25 November 2010

Karangetang

KARANGETANG, P. Siau - Kepulauan Sangir
Compiler : Syamsul Rizal Wittiri (syamsul@vsi.esdm.go.id)

Editor : Asnawir Nasution



KETERANGAN UMUM

Keterangan Umum

Nama

:

G. Karangetang

Nama Lain

:

Gunung Api Siau

Nama Kawah

:

Kawah Utara (kawah Utama, KI)

Lokasi

:

a. Posisi geografi 125o 29’ BT dan 02o47’ L

b. Administrasi : Pulau Siau, Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Sangir Talaud, Provinsi SulawesiUtara.

Ketinggian

:

a. 1820 m dml (1996)

Kota Terdekat

:

Manado

Tipe Gunungapi

:

Gunungapi berlapis (strato)

Pos Pengamatan

:

Bukit Maralawa, Desa Salili, Kecamatan Siau Barat Posisi geografi 125o27’ BT & 02o45’ LU. Ketinggian 250 m dml.

Pendahuluan

Cara Mencapai Wilayah

Satu-satunya cara untuk mencapai Pulau Siau hanya dengan kapal laut dari Kota Manado. Pelayaran Rakyat (kapal kayu bertonase 30 – 40 ton) yang melayari route dari Manado ke Siau atau dari Manado ke Sangir Talaud dan singgah di Siau. Lama pelayaran dari Manado ke Siau antara 10 – 12 jam setiap hari senin, rabu, dan jumat dari Manado. Sedangkan pelayaran sebaliknya setiap hari selasa, kamis, dan sabtu. Dalam tahun 2000 mulai dioperasikan kapal laut cepat dengan route dan jadwal yang sama dengan waktu tempuh lebih singkat, yaitu antara 3 – 4 jam berpenumpang 75 orang.

Cara Mencapai Puncak

Sebelum tahun 1980 pendakian puncak dimulai dari Kampung Tarorane, Ulu Siau, sebelah tenggara puncak. Jalur ini melewati Lembah Kali Kahetang. Tetapi sejak lembah tersebut terisi lava dan dilanda lahar dalam tahun 1988, maka pendakian dilakukan dari arah baratdaya, yaitu Desa Salili atau Beong mengikuti lembah barat dari punggungan Arengkambing. Jalur pendakian inipun menjadi tertutup karena endapan lava yang mengalir dalam tahun 1992. Dalam tahun 1998 jalur pendakian baru dimulai dari Kampung Batubulan, arah utara puncak. Untuk mencapai Batubulan harus dengan naik perahu motor dari Ulu Siau selama 1 jam. Sedangkan pendakiannya sendiri diperlukan waktu selama 5 jam.

SEJARAH LETUSAN


Tercatat Gunung Karangetang pertama kali meletus dalam tahun 1675. Berikut ini catatan sejarah kegiatannya.

Catatan letusan/peningkatan kegiatan Gunung Karangetang

Waktu

Kegiatan

1675

Terjadi letusan eksplosif normal dari puncak, pembentukan Kawah Utama (?)

1712

16 Januari, letusan eksplosif normal

1825

Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1864

16 Juni, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1883

25 - 26 Agustus, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama, kemungkinan pembentukan Kawah Utara (KII)

1886

Terjadi peningkatan kegiatan, kemungkinan pembentukan Kawah III (KIII).

1887

27 Mei, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1892

14 Juni, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1899

Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1900

Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1905

21, 22 Mei, menyemburkan abu yang jatuh di bagian barat

1921

Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1922

9 atau 10 Mei, peningkatan kegiatan, nampak sinar api di atas kawah. Tanggal 14 Agustus, letusan abu

1924

Mei, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1926

Oktober, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1930

4, 6 Februari, letusan dari Kawah Selatan (KIV)

Terjadi gempabumi terasa.

1935

31 Agustus, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1940

1, 2, dan 9 Maret, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama, korban 1 orang meninggal, 2 orang luka-luka dan ratusan pohon kelapa musnah.

20 Juni, 22 Juli, 23 Agustus, peningkatan kegiatan

1941

29 atau 30 Oktober, terjadi gempa terasa pada pukul 00.35, kemudian diikuti dengan letusan yang berlangsung hingga pukul 10.00. Abu campur lapili jatuh di Ondong, Lehi, Hiung, Kiawang, Batubulan dan Nameng, mengakibatkan seorang luka-luka.

1947

9 Februari, 1 - 15 Desember, 21 Desember, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama

1949

14 September, terjadi gempa terasa pada pukul 05.00, kemudian diikuti letusan abu pada pukul 15.00

1950

Juli, letusan abu setinggi 300 m.
18 Desember, letusan abu setinggi 250 m

1952

Terjadi letusan di Kawah Utama dan Kawah Utara

1961

Terjadi beberapa kali letusan besar dan kecil yang dimulai sejak 17 Februari. Tinggi kolom asap mencapai 2000 m, lemparan bom berjarak 500 m dari kawah. Material berukuran lapili dilontarkan sejauh antara 1 - 2 km. Letusan besar yang terjadi sering didahului oleh gempa terasa.

1962

29 Januari, letusan abu setinggi 2000 m.

2 Februari, letusan besar, mengeluarkan rempah vulkanik pijar dan kilat api, serta asap hitam tebal.

29 Mei, letusan abu setinggi 2000 m.

14 September, leleran lava pijar dan suara ledakan. Tinggi asap mencapai 3000 m. Tiga jam sebelumnya terjadi gempa terasa.

13 Desember, terjadi lahar dingin akibat hujan lebat di puncak, mengakibatkan jalan rusak, 5 rumah hancur dan 5 lainnya rusak di Ulu dan Tarorane.

1963

Januari, letusan asap setinggi 300 - 400 m

1965

April - Mei, terjadi semburan lava pijar di sekitar kawah dan letusan abu.

Agustus, terjadi beberapa kali letusan, tinggi asap maksimum 900 m.

27 dan 30 Oktober, terjadi letusan dengan semburan material pijar dan asap tebal setinggi 1000 m, mengakibatkan 2 orang luka-luka.

1966

Januari, letusan asap setinggi 2000 m

April, letusan asap dan leleran lava di sekitar kawah

1967

13 Januari terjadi gempabumi terasa menyebabkan kerusakan rumah penduduk di Ondong, Kanawong, dan Ulu Siau.

16 Januari, semburan material pijar di sekitar kawah

Juni, semburan material pijar si sekitar kawah

29 November, letusan besar mengeluarkan material pijar dan diikuti dengan awan panas guguran

1970 - 1971

Peningkatan kegiatan dimulai akhir Desember 1970. Suara gemuruh terus menerus terdengar, disertai asap putih tebal dan sinar api setinggi 200 m di atas puncak.

1972

27 Juni terjadi gempabumi terasa. Terjadi kerusakan rumah disepanjang lereng antara Kampung Pehe hingga Nameng. Tanahlongsor di Kampung Batubulan.

1974

11 - 23 Februari, dimalam tampak sinar api dan semburan lava pijar. Terjadi leleran lava ke arah selatan dan baratdaya sejauh 1 km. Kubah lava di Kawah Utama di perkirakan mencapai 12 juta m3. Hingga bulan April hampir setiap hari terjadi gempa tektonik (terasa), yang menyebabkan kerusakan bangunan dan tanah longsor, 3 orang meninggal dunia

1975

15, 17 dan 21 Januari, terjadi letusan besar yang menyemburkan abu mencapai tinggi 600 m, kemudian diikuti dengan semburan lava pijar (letusan tipe strombolian).

26 Oktober, letusan abu.

20 November, letusan asap, mencapai tinggi 1100 m.

Desember, letusan-letusan masih terjadi, bahkan lebih besar dari November, dengan lemparan lava pijar se tinggi 300 m.

1976

15 dan 17 September terjadi letusan samping membentuk 2 (dua) titik di Bukit Areng Kambing, lereng selatan puncak. Titik letusan yang terjadi pada 15 September mengambil tempat di ketinggian 1000 m, sedangkan yang terjadi pada 17 September di ketinggian 850 m.

Letusan samping dengan leleran lava tersebut diawali gempa tektonik terasa semenjak Agustus. Gempa terasa ini terus meningkat, bahkan mencapai 120 kejadian per-hari.dan berlangsung hingga pertengahan September

15 September, pukul 07.00 terjadi letusan, kepulan asap mencapai tinggi 500, kemudian sore harinya terjadi leleran lava.

17 September, terjadi letusan kecil, 300 m bagian selatan lubang letusan 15 September, yangdiikuti dengan leleran lava dan alirannya bersatu dengan aliran lava sebelumnya. Leleran lava tersebut berhenti pada 23 Oktober, mencapai panjang 7 km dari pusat erupsi. Peristiwa tersebut mengakibatkan korban satu orang meninggal dan 1 orang luka-luka akibat tersembur awan panas longsoran lava pijar pada waktu menonton lava yang sedang mengalir pada malam hari.

1979

Muncul kawah baru diatas Kampung Batu Bulan, dikenal dengan Kawah Batu Bulan

1983

Terjadi peningkatan kegiatan

1984

Aliran lava dari Kawah Utama, mengalir ke Kali Beha (Barat), Kali Keting (Timur), Kali Batuawang (Selatan(. 5 September awan panas guguran ke Kali Keting, Batuawang dan Kali Beha.

1985

Leleran lava terus keluar dari pusat kegiatan baru Arengkambing, Kawah Utama dan Kawah III ke Kali Beha, Kali Keting dan Kali Batuawang. Tanggal 31 Desember terjadi awan panas guguran ke Kali Keting.

1986

Alirang lava ke Kali Keting berlanjut terus, dan 19 Januari terjadi penyimpangan leleran lava pada daerah ketinggian 1.000 m dpl.

1987

Suara gemuruh bagaikan pesawat jet dan letusan asap terjadi sepanjang tahun. Tanggal 6 Februari terjadi semburan material pijar disertai awan panas sejauh lebih kurang 1.500 m.

1988

Januari - Februari terjadi semburan lava pijar.

18 - 20 Agustus terjadi letusan disertai suara gemuruh kuat

25 Oktober letusan kuat diikuti muntahan lava pijar dan menabrak tumpukan lava yang nampak selama ini, sehingga terjadi awan panas guguran.

1989

10 - 12 Januari, Februari terjadi leleran lava sejauh 750 m

Maret terjadi semburan/luncuran lava pijar

9 dan 22 Mei terjadi leleran lava menuju ke Kali Beha

8 Agustus sebagian lidah lava gugur dan terjadi awan panas guguran

1990

2, 6, 8, 11, dan 19 September terjadi semburan dan luncuran material pijar ke Kali Keting dan Kali Beha

6 dan 13 Oktober terjadi letusan agak kuat dengan asap setinggi lebih kurang 1.500 m.

Bulan November terjadi leleran lava yang teramati sejauh lebih kurang 250m.

1991

Februari, terjadi letusan asap yang kemudian disusul leleran lava sejauh 750 m kearah Kali Hiung.

Juni, terjadi letusan yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung hingga Agustus.

1992

Februari, letusan abu

Mei, terjadi leleran lava ke Kali Beha Timur yang disertai awan panas guguran, yang mengakibatkan 6 (enam) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang lukan bakar

1993

Juni, terjadi lahar di Kali Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu Siau menyebabkan beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung pertemuan, asrama polisi, jalan dan jembatan hancur

1996

Januari, terjadi letusan abu

13 Februari, terjadi leleran lava pijar dari Kawah Utama ke Keting dan ke Kali Batuawang, Kali Beha dan Kali Batang berlangsung hingga Maret.

Juni, terjadi letusan abu mencapai ketinggian 1.500 m.

Juli, terjadi letusan abu setinggi 2.000 m.

Agustus, terjadi letusan abu yang kemudian diikuti leleran lava

1997

Maret, letusan abu terjadi hampir setiap hari.

17 April, terjadi letusan abu yang disertai strombolian dan leleran lava ke arah Kali Bahembang berlangsung hingga akhir Juni, panjang leleran lava mencapai 3.400 m. Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang penduduk desa Dame meninggal diterjang awan panas guguran

1998

Pada 5 Maret mulai terdengar suara gemuruh dari arah puncak, semakin hari bertambah kuat, sinarapi di Kawah Pusat mulai membesar. Tanggal 13 Maret leleran lava terlihat mengalir ke arah Kali Keting. Tanggal 19 Maret lava membesar serta melebar ke arah Kali Kahetang. Keesokan harinya terjadi awanpanas guguran sejauh 1000 m di Lembah Kali Keting.

Tidak ada korban jiwa.

15 Juli, pukul 12.17 terjadi letusan eksplosif dari Kawah Pusat. Hujan abu mengguyur Desa Kinali, Hiung, dan Kiawang. Tebal abu tidak diketahui karena hujan air menyusul kemudian

2000

Diawali dengan membesarnya sinarapi di Kawah Utama pada 26 Mei. Tanggal 27 Mei, pukul 18.15 mulai terlihat leleran lava ke Kali Bahembang, satu jalur dengan Lava 1997. Tanggal 30 Mei terjadi letusan strombolian disertai suara gemuruh kuat.

27 Oktober terjadi letusan eksplosif. Asap letusan mencapai tinggi 1000 m. Material letusan jatuh di bagian timur, selatan dan barat dan menyebabkan kebakaran hutan di sekitarnya.

2 November terjadi letusan abu disusul kemudian dengan letusan strombolian. Material pijar dilontarkan setinggi 1750 m.

6 November mulai terlihat lava di puncak, seolah-olah membentuk kubah.

2001

Sepanjang tahun kenaikan kegiatan.

Januari mulai terjadi leleran lava kelanjutan dari kegiatan November 2000. Lava mengalir dari Kawah Utama dan Kawah Selatan ke arah baratdaya, timur dan selatan-tengara ke Kali Beha Timur, Kali Kahetang, Kali Batuawang.

25 Juni terjadi letusan kuat disertai awanpanas dari Kawah Selatan dan menghancurkan dinding/bibir selatan dari Kawah Selatan, 1 (satu) orang luka terkena udara panas (surge). Tanggal 29 Juni kubah baru mulai muncul kembali mengisi bekas letusan 25 Juni dan dikenal dengan Kubah 2001. Hingga akhir tahun kubah baru tersebut belum berhenti tumbuh meskipun sangat lambat.

Dalam September terjadi lahar di dalam Kali Kahetang dan melanda sebagian rumah penduduk di Kampung Tarorane dan Terminal Ulu Siau. Tidak korban jiwa.

Karakter Letusan

Sebagai gunungapi yang sangat aktif, masa istirahat Gunung Karangetang sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada umumnya kegiatan dimulai dengan letusan asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Kegiatan berlanjut berupa letusan magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava (efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.

Letusan eksplosif terkadang diikuti oleh awanpanas letusan, tetapi yang sering terjadi setiap leleran lava selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse) karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunung Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunung Karangetang hampir selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah. Hal tersebut terjadi karena perbedaan viskositas magma dari masing-masing gunungapi.

Salah satu ciri khas Gunung Karangetang yang patut dicatat, adalah peran gempabumi tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu letusan.


Daftar Acuan:

· Laporan Bulanan Pos Pengamatan Gunungapi Karangetang, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tidak diterbitkan.

· K. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi

· M. Neumann Van Padang, 1951, Cataloque Of The Active Volcanoes Of The World Including Solfatara Fields, Part I, Indonesia, Internasional Volcanological Association, Napoli, Italia

· R.W. Van Bemmelen, 1941, Bulletin Of The Indian Volcanological Survey For The Year 1941 (Bulletin Nrs. 95-98), Pert. Tjahaja, Bandung

GEOLOGI



Struktur Kawah

Secara garis besar, kawah Gunung Karangetang menempati puncak dan lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus.

Berdasarkan Peta Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama.

Peta Topografi Puncak Gunung Karangetang tahun 1962

Agaknya beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi ajang letusan dalam satu atau beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi puncak dan lereng selatan Gunung Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979 memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan Kawah II (KII) di sisi utara.

Dalam tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap terlihat dan pada kenyataannya masih aktif.

Pada Juli 2001, purna Letusan 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam komplek Kawah Utama. Agar menjadi simple dan mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII) sesuai posisinya di puncak.

Pada September 1976 terjadi letusan (efusif) samping di lereng selatan yang dikenal dengan Lava Arengkambing. Letusan tersebut tidak meninggalkan lobang letusan.

Dalam Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan. Semula lokasi tersebut hanya berupa lobang solfatara, kemudian terjadi longsoran akibat gempabumi tektonik. Lobang tersebut melebar dan bertambah dalam serta berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik letusan.

Stratigrafi

G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan selalu disertai oleh leleran lava.

Dalam Peta Geologi Gunungapi Karangetang (2000), batuan disusun berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder. Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas kejadiannya dalam tahun 1976. Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang dari yang tua hingga yang paling muda.

Aliran Lava 1 Karangetang (Kl.1). Lava andesit, dijumpai di kaki selatan dan barat sejak pantai hingga ketinggian 300 m.

Aliran Lava 2 Karangetang. (Kl.2). Lava andesit basaltis, tersingkap di baratlaut puncak.

Aliran Lava 3 Karangetang (Kl.3). Lava andesit basaltis ini tersingkap di Nameng, Batubulan (utara).

Aliran Lava 4 Karangetang (Kl.4). Satuan lava andesit, dijumpai di tenggara dan sepanjang sisi timur di Kali Beha dan Kali Lanage.

Aliran Lava 5 Karangetang (Kl.5). Satuan ini tersingkap di lereng selatan dan umumnya ditutupi oleh lapukan setebal 0,5 m dan berasosiasi dengan endapan guguran lava, berkomposisi andesit.

Aliran Lava 7 Karangetang (Kl.7). Lava andesit basaltis, dijumpai di Kali Kanawong dan Batuawang, baratdaya puncak selatan Karangetang.

Aliran Lava 8 Karangetang (Kl.8). Lava yang menjadi fondasi jalan antara Batuawang dan Beong yang berasosiasi dengan material guguran lava, berkomposisi andesit.

Aliran Lava 9 Karangetang (Kl.9). Satuan ini membentuk morfologi Bukit Arengkambing (1400 m) adalah andesit.

Aliran Lava 10 Karangetang (Kl.10). Lava andesit abu-abu.

Aliran Lava 11 Karangetang (Kl.11). Dari jenis andesit basaltis yang di jumpai di Kali Beha Barat, lereng barat puncak.

Aliran Lava 12 Karangetang (Kl.12). Satuan ini berkomposisi andesit basaltis dan dijumpai di bagian timur pada ketinggian 1600 m.

Aliran Lava 13 Karangetang (Kl.13). Tersingkap di Kiawang berkomposisi andesit berwarna abu-abu.

Aliran Lava 14 Karangetang (Kl.14). Lava ini tersebut di bagian utara di Desa Batubulan berkomposisi andesit basaltis.

Aliran Lava 16 Karangetang (Kl.16). Lava ini tersingkap di bagian utara puncak adalah lava andesit basaltis.

Aliran Lava Arengkambing (Akl). Leleran lava ini terjadi dalam tahun 1976 dan merupakan letusan samping G. Karangetang. Titik letusannya di lereng Arengkambing, pada ketinggian 900 m. Lava mengalir hingga mendekati pantai tenggara Pulau Siau.

Kubah Lava 1 Karangetang (Kk.1). Dierupsikan dari Kawah Utara berkomposisi andesit basaltis dan membentuk kubah di puncak.

Kubah Lava 2 Karangetang (Kk.2). Terbentuk di Kawah Selatan berkomposisi andesit basaltis berwarna hitam.

Aliran Lava 17 Karangetang (Kl. 17). Lava ini mengalir ke barat dan selatan hingga ketinggian 500 – 600 m, berkomposisi andesit basaltis.

Batuan sekunder terdiri dari endapan lahar dan alluvial


Daftar Acuan :

· A. Martono, 1979, Peta Situasi G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· A. Solihin, 1991, Laporan Pengamatan Visual, Seismik dan Pemeriksaan Kawah G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, Tidak diterbitkan

· L. Manalu, 1986, G. Karangetang, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus No. 109, Direktorat Vulkanologi.

· S. Harto, 1962, Peta Topografi Puncak G. Karangetang

· A. Budianto, M.N. Kartadinata, Kusdaryanto, 2000, Peta Geologi Gunung Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi

GEOFISIKA


Seismik

Penelitian seismic pertama kali dilakukan oleh S. Siswowijoyo dalam tahun 1974. Ketika itu masih menggunakan seismograf mekanik jenis “Spindler and Hoyer”.

Sejak dioperasikannya pos pengamatan gunungapi dalam tahun 1978, seismograf adalah salah satu peralatan standard, dengan demikian pengamatan seismik mulai kontinyu dilakukan. Masa awal pengoperasiannya dipergunakan seismograf Hosaka dengan sistem telematri kabel (mekanik). Tahun 1993 sistem tersebut dirubah menjadi sistem telemetri radio (RTS). Transducer (seismometer) ditempatkan di lereng selatan, 2 km dari puncak.

Sampai saat ini ada 6 (enam) jenis gempabumi yang lazim terekam di Karangtang, yaitu;

1. gempa vulkanik tipe A (VA)

2. gempa vulkanik tipe B (VB)

3. gempa tektonik local (TL)

4. gempa fasebanyak (FB)

5. gempa letusan

Gempa Vulkanik Tipe A (VA) adalah gempa yang berasosiasi dengan perekahan di bawah tubuh gunungapi dengan kedalaman antara > 1 – 10 km. Nilai (S-P) <>

Gempa Vulkanik Tipe B (VB) adalah gempa yang berasosiasi dengan perekahan di bawah tubuh gunungapi dengan kedalaman <>

Gempa Tektonik Lokal (TL) khas di Karangetang. Gempa ini secara fisik sama dengan VA, tetapi tidak terjadi di bawah tubuh Karangetang. Nilai (S-P)-nya > 5 detik.

Gempa Fasebanyak (FB) adalah gempa yang terjadi karena kenaikan magma ke permukaan dan menjelang leleran atau pembentukan kubah.

Gaya Berat

Penelitian gaya berat dilakukan pada Mei 1996. Dari penelitian tersebut diketahui, bahwa zona lemah di G. Karangetang bentuknya konsentris terhadap puncak dan mengecil ke arah puncak. Hal tersebut diinterpretasikan adanya sistem saluran magma (diatrema) yang terbuka. Semaki ke arah selatan strukturnya lebih kompak dan homogen karena sistem vulkanisnya berada di bagian utara Pulau Siau.


Daftar Acuan:

· Kristianto, 1998, Laporan Pengamatan Seismik Kegiatan G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· Minakami, Takeshi, 1974, Seismology of Volcanoes in Japan, Phisical Volcanology, Elsevier Sci. Pub. Co, 1974, Prediction of Volcanic Eruptiuon, Phisical Volcanology, Elsevier Sci. Pub. Co

· S. Siswowijoyo, 1974, Laporan Pengamatan Seismik G. Karangetang di P. Siau, tidak diterbitkan

· SR. Wittiri, 1986 Laporan Penelitian Seismik G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· Edi Suhanto, dkk, 1997, Laporan Penyelidikan Gaya Berat di G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

GEOKIMIA


Petrografi

Lava Karangetang pada umumnya adalah andesit – andesit basaltis berforitik dan sebagian kecil pilataksitik dengan fenokris plagioklas dan hornbelende dalam masa dasar mikrolit plagioklas, gelas, mineral opak dan mikrogranular piroksen.

Mineral plagioklas dijumpai dengan jumlah 40 – 50 % berbentuk subhedral – euhedral. Sedangkan mineal opak tampil sebagai masa dasar berbentuk anhedral. Piroksen ditemui sebagai masa dasar sebanyak 5 – 15 % berbentuk prismatik berupa kristal subhedral – euhedral. Terkadang dijumpai berasosiasi dengan gelas, opak dan mikrolit plagioklas. Hornblende hanya 5 % dengan ring structur.

Kimia batuan

Kandungan silica yang terdapat pada batuan Karangetang berkisar 52 – 54 %, tetapi sample terakhir (Lava 2001) prosentase tersebut meningkat menjadi 57 %.

Perpaduan antara unsur alkali dari Na2O + K2O terhadap MgO + FeO menunjukan, bahwa lava di Karangetang berada dalam kelompok calk alkali.

Berikut ini hasil analisis kimia batuan G. Karangetang.

Hasil analisis kimia batuan/lava G. Karangetang, tahun 1976, 1985, 1996, 2001

Unsur

Lava 1976

Lava 1985

Lava 1996

Lava 2001

SiO2

53,59

52,53

53,14

57,09

Al2O3

18,36

18,12

17,59

17,62

Fe2O3

5,59

10,10

9,86

8,17

CaO

8,05

9,34

9,41

8,50

MgO

4,79

4,28

4,51

3,71

Na2O

2,80

3,18

3,10

2,28

K2O

0,86

1,16

1,14

1,12

MnO

0,29

0,20

0,21

0,20

TiO2

0,73

0,86

0,85

0,63

P2O5

0,08

0,23

0,20

0,26

H2O

0,30

0,10

HD

0,45

0,01


Daftar Acuan:

· Imam Santoso dkk, 1996, Laporan Penyelidikan G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· Soeharto Umar, Analisis Kimia Batuan Karangetang 1976 dalam tulisan Kamid, BSc, 1976, Laporan Lapangan Peninjauan G. Api Siau (Dalam rangka pemetaan topografi), Direktorat Geologi, tidak diterbitkan

· Hasil Analisis Kimia, Laboratorium Kimia Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Dalam rangka memitigasi ancaman bahaya primer dan bahaya sekunder terhadap penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi, telah dibuat Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Karangetang yang dapat menjadi pedoman beraktifitas. Peta tersebut dibuat berdasarkan bentuk bentang alam, karakteristik dan potensi bahaya yang ada. Kawasan rawan bencana dibagi atas 3 bagian berdasarkan ancaman bahaya yang mungkin melanda, yaitu Kawasan Rawan Bencana III (KRB III), Kawasan Rawan Bencana II (KRB II), dan Kawasan Rawan Bencana I (KRB I).

Kawasan Rawan Bencana III

Kawasan ini sering terlanda awanpanas, lontaran dan guguran material (pijar) dan aliran lava. Kawasan ini berdiameter 2 km meliputi daerah puncak dan beberapa aliran sungai yang berhulu di puncak hingga 3 km ke hilir. Misalnya Kali Kahetang dan Kali Keting di sebelah selatan, Kali Maralebuhe dan Kali Batuawang di sebelah utara. Secara umum kawasan ini mencapai luas 18 km2 dan di dalam peta berwarna merahjambu (pink) tua.

Kawasan Rawan Bencana II

Berpotensi terlanda aliran lava dan lahar serta kemungkinan perluasan awanpanas yang mencakup lereng dan aliran sungai di sebelah barat, utara, timurlaut, dan tenggara puncak seluas 28 km2. Di dalam peta berwarna merahjambu (pink) muda.

Kawasan Rawan Bencana I

Sangat mungkin terlanda hujan abu yang meliputi radius 6 km dengan pusat di puncak. Dalam peta kawasan ini bergaris kuning dengan batas lingkaran berwarna kuning.


Daftar Acuan:

· S. Bronto, A. Djuhara, 1996, Laporan Evaluasi Kegiatan Gunungapi dan Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Kabupaten Sangir Talaud, Direktorat Vulkanologi.

· Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi Sulawesi Utara, 1996

DAFTAR PUSTAKA


· A. Martono, dkk., 1979, Peta Situasi G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· A. Budianto, M.N. Kartadinata, Kusdaryanto, 2000, Peta Geologi G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi

· A. Solihin, 1991, Laporan Pengamatan Visual, Seismik dan Pemeriksaan Kawah G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· Edi Suhanto, dkk, 1997, Laporan Penyelidikan Gaya Berat di G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· Imam Santoso dkk, 1996, Laporan Penyelidikan G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· Kamid, BSc, 1976, Laporan Lapangan Peninjauan G. Api Siau (Dalam rangka pemetaan topografi), Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.

· K. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi

· Kristianto, 1998, Laporan Pengamatan Seismik Kegiatan G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan

· L. Manalu, 1986, G. Karangetang, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus
No. 109, Direktorat Vulkanologi.

· Minakami, Takeshi, 1974, Seismology of Volcanoes in Japan, Phisical Volcanology, Elsevier Sci. Pub. Co

· …………. ,1974, Prediction of Volcanic Eruptiuon, Phisical Volcanology, Elsevier Sci. Pub. Co

· M. Neumann Van Padang, 1951, Cataloque Of The Active Volcanoes Of The World Including Solfatara Fields, Part I, Indonesia, Internasional Volcanological Association, Napoli, Italia

· N.E. Sutaningsih, 2001, Hasil Analisis Kimia, Laboratorium Kimia Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2001

· R.W. Van Bemmelen, 1941, Bulletin Of The Indian Volcanological Survey For The Year 1941 (Bulletin Nrs. 95-98), Pert. Tjahaja, Bandung

· S. Harto, 1962, Peta Topografi Puncak G. Karangetang,

· S. Siswowijoyo, 1974, Laporan Pengamatan Seismik G. Karangetang di P. Siau, tidak diterbitkan

· SR. Wittiri, 1986 Laporan Penelitian Seismik G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.

· S. Bronto, A. Djuhara, 1996, Laporan Evaluasi Kegiatan Gunungapi dan Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Kabupaten Sangir Talaud, Direktorat Vulkanologi.

· …………. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi Sulawesi Utara, 1996

Dokumentasi Peta

1. Peta Lingkungan Pantai Indonesia

Lembar LPI 2418-04, Ulu Siau

Skala 1: 50.000

Tahun 1995 (edisi I), Bakosurtanal

2. Peta Sitausi G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara

Skala 1 : 10.000

Tahun 1979, Direktorat Vulkanologi

3. Peta Rawan Bencana Gunungapi Karangetang, Propinsi Sulawesi Utara

Skala 1 : 50.000

Tahun 1996, Direktorat Vulkanologi

4. Peta Geologi Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara

Skala 1 : 50.000

Tahun 2000, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar