25 November 2010

Rinjani

RINJANI, P. Lombok, Nusatenggara Barat
Compiler : Iing Kusnadi (iing@vsi.esdm.go.id)

Editor : Syamsul Rizal Wittiri



Keterangan Umum

Nama

:

G. Rinjani

Nama Lain

:

Kaldera Rinjani (danau Segara Anak),

Ada 2 (dua) kerucut di bagian timur danau,yaitu G. Barujari atau G. Tenga, tingginya 2376 m dan G. Mas atau G. Rombongan, tingginya 2110 m dpl.

Lokasi

a. Geografi

b. Administratif

:

:

08°25' Lintang Selatan dan 116°28' Bujur Timur

Kac. Aikmel, Kab. Lombok Timur, Prop. NTB.

Ketinggian

:

3726 m dpl

Di atas kota terdekat 3650 m dpl

Kota Terdekat

:

Selong (kab. Lombok Timur)

Tipe Gunungapi

:

Strato dengan danau kawah

Pos Pengamatan

:

Kampung Sembalun Lawang

Pendahuluan

Cara Mencapai Puncak

Jalur pertama yaitu Mataram - Sembalun Lawang. Di Sembalun Lawang tersedia rumah penginapan, sehingga para pendaki dapat mempersiapkan perbekalan untuk pendakian ke puncak G. Rinjani.

Dimulai dari Sembalun Lawang mulai jalan kaki menuju ke G. Plawangan yang ditempuh selama 8 jam. Tiba di G. Plawangan ada dua pilihan, yaitu mendaki ke puncak G. Rinjani atau ke danau Segara Anak yang mempesona. Dari G. Plawangan ke puncak G. Rinjani dapat ditempuh selama kl. 3 jam dengan kondisi jalan yang terus menanjak dan gersang. Apabila memilih ke Danau Segara Anak dapat ditempuh selama 2,5 jam dengan menuruni tebing. Di tepi danau para pendaki dapat menyaksikan kerucut G. Barujari (pusat aktifitas vulkanik sekarang) dan G. Mas yang hampir tertutup lava G. Barujari. Untuk mencapai G. Barujari dari tepi danau (Hulu S. Kokokputih) dapat di tempuh selama 1,5 jam.

Jalur kedua yaitu Mataram - Senaru yang ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 3 jam. Sebelum mendaki, di Senaru akan ditemui banyak ragam bentuk bangunan penginapan, serta airterjun. Jalur ini akan menempuh Senaru - Danau Segara Anak - G. Plawangan - Puncak G. Rinjani. Sejak dari Senaru medan yang ditempuh langsung mendaki hingga dinding kaldera Rinjani, setelah itu baru turun ke Danau Segara Anak. Dari Segara Anak pendakian dilanjutkan menuju G. Plawangan yang ditempuh selama 3 jam, kemudian ke puncak G. Rinjani yang juga ditempuh selama 3 jam.

Pada kedua jalur pendakian tersebut di atas tersedia perlengkapan untuk berkemah serta pemandu jalan dengan sewa yang terjangkau, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi para pendaki.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

Salah satu bahan galian yang menjadi primadona P. Lombok adalah batu apung. Material tersebut adalah hasil pembentukan kaldera Rinjani dimasa lalu. Pusat penambangan yang dominan berada di bagian utara, timur, dan selatan G. Rinjani.

Selain batuapung, juga terdapat beberapa lokasi lapangan panas bumi (geothermal field) di Kampung di Sendanggile dan Sembalun Bumbung. Namun sampai sekarang potensi tersebut belum dikembangkan dengan alasan kurang ekonimis. Dimasa datang memungkinkan dikembangkan, paling tidak untuk energi di kedua kampung tersebut.

Wisata

P Lombok, adalah pulau tersebesar di Provinsi Nusatenggara Barat dan merupakan pilihan kedua tujuan wisata selain P. Bali. P. Lombok dapat ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan kapal motor (ferry), sedangkan dengan pesawat terbang hanya 30 menit dari Pulau Bali. Daerah wisata yang ada misalnya Pantai Senggigi, kerajinan gerabah, perkampungan primitif Suku Sasak yang terdapat di Lombok Utara (Kampung Segenter), dan kerajinan tenun yang banyak dikerjakan di perkampungan serta mendaki G. Rinjani.

Oleh pemerintah setempat G. Rinjani dijadikan sebagai salah satu tujuan utama wisata. Selain pemandangan yang indah, juga di dalam kaldera memberikan panorama yang menawan dengan air danau yang jernih. Dalam tahun 2000 pemerintah setempat bekerjasama dengan pemerintah Australia telah menata jalur-jalur yang menghubungkan Senaru dan Sembalun Lawang menuju puncak G. Rinjani (Kaldera Rinjani).

Apabila wisatawan melakukan perjalanan dari Mataram ke Kayangan (bagian timur P. Lombok) akan disuguhkan pesona G. Rinjani yang menjulang tinggi berada di sebelah utara jalan raya.

SEJARAH LETUSAN


Letusan G. Rinjani yang diketahui sejak tahun 1847 hingga 1994 dan tercatat telah berlangsung 9 kali. Letusan umumnya menghasilkan lava dan jatuhan piroklastik. Masa istirahat sejak letusan 1847 hingga1994 adalah berkisar antara 3 hingga 37 tahun hal ini menunjukan bahwa G. Rinjani termasuk gunungapi yang giat. Secara lengkap letusan Rinjani sebagai berikut:

Tabel 1. Tahun dan Kejadian letusan G. Rinjani

Tahun kejadian

Keterangan

1846

Zollinger mengatakan, bahwa dalam tahun 1846 kegiatan G. Rinjani dalam stadia fumarola, selanjutnya letusan yang terjadi berlangsung di dalam Kaldera Rinjani (G. Barujari dan G. Rombongan/Mas).

1884

Dalam Natuurkunding Tijdschrift voor Nederl. Indie, v. 45, mencantumkan bahwa asap dan nyala api tampak pada beberapa hari pertama bulan Agustus.

1901

1 Juni, pukul 23.00 terdengar suara ledakan, dan malam berikutnya di Mataram terjadi hujan abu tipis.

1906

April, pukul 21.15 terdengar suara ledakan.

1909

30 November, pukul 21.15 hujan abu di Lombok yang berlangsung hingga 2 Desember. Setelah itu tampak kegiatan meningkat berupa asap tebal yang mengepul. Air sungai tampak keruh..

1915

4 November tampak tiang asap.

1944

30 Mei terlihat asap di atas puncak G. Rinjani. Menurut Petroeschevsky kegiatan mulai pada 25 Desember 1943.

Pukul 16.00 terdengar suara gemuruh yang disusul dengan hembusan asap tebal. Pada malam hari tampak sinar api dan kilat sambung-menyambung. Gempa bumi terasa terjadi antara 25 - 30 Desember disertai suara gemuruh. Hujan abu turun selama 7 hari dengan lebatnya, merusak tanaman dan rumah.

G. Rombongan atau G. Mas muncul dari dalam danau (2110 m) yang berada di kaki G. Barujari sebelah baratlaut, melebar ke utara dan barat. Mitrohartono (1969) menghitung, bahwa jumlah bahan baru yang dikeluarkan waktu itu adalah sebanyak lk. 7,4 x 107 m3. Kusumadinata (1969, 1973) dengan menggunakan rumus Yokoyama (1956 - 1957) telah menghitung Energi Kalor yakni 2,3 x 1024 erg, sedangkan Kebesaran Letusan adalah 8,98 dan Kesetaraan Bom Atomnya 273,8.

1966

28 Maret Pulau Lombok digoncang gempabumi. Sejak itu terdengar suara dentuman berasal dari Segara Anak.

21 Mei terlihat dari puncak G. Punduk, bahwa di sebelah selatan kepundan G. Baru tempak ke luar pasir dari dasar Segara Anak menuju ke utara dan melebar ke barat dan timur. Persentuhan pasir panas dengan air Segara Anak menyebabkan terjadinya suatu kukusan, asap mengepul.

Kusumadinata (1969), mengatakan bahwa yang disebut pasir panas ini pada hakekatnya adalah lava baru yang muncul di lereng G. Barujari sebelah timur, yang mencapai Segara Anak di utara dan Segara Endut di selatan.

Mitrohartono (1969) telah menghitung luas penyebaran lava sebesar 954.350 m2 dan isi 6,6. 106 m3. Kusumadinata (1969) menghitung Energi Kalornya ialah 2,1. 1021 erg, Kebesaran Letusan 6,44 dan Kesetaraan Bom Atom 250,0.

1994

4 Juni, pkl. 02.00 WITA terjadi suatu ledakan sangat kuat yang berasal dari dalam Kaldera Rinjani, terdengar hingga di Desa Sembalun. Pukul 08.00 terlihat asap hitam tebal membumbung ke udara mencapai tinggi 400 m dari puncak G. Plawangan. Pada 6 Juni, pkl 17.40 Wita terjadi hujan abu di sekitar Pos Pengamatan dengan ketebalan endapan 2 - 3 mm. Titik letusan mengambil tempat di G. Barujari dan berlangsung hingga awal bulan Januari 1995.

Letusan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, hanya petani bawang di Sembalun gagal panen karena rusak oleh hujan abu.

Volume material letusan sebesar 15.036.405,07 m3, dengan energi thermal sekitar : 4,7 X 1023 erg.

Karakter Letusan

Tidak jelas kapan terbentuknya Kaldera Rinjani, tetapi bila melihat sebaran batuapung yang sangat luas, menandakan bahwa letusan G. Rinjani pada waktu itu sangatlah dahsyat, sehingga terbentuk lubang kaldera yang sangat besar. Dari sejarah letusan dan material yang dikeluarkan selama terjadinya letusan adalah endapan lava dan endapan jatuhan piroklastik serta endapan aliran piroklastik, hal ini mencirikan bahwa sifat letusan G. Rinjani adalah Strombolian.

Kegiatan vulkanik G. Rinjani purna kaldera telah berpindah ke dalam kaldera, sehingga bahaya letusan gunungapi yang langsung mengancam terhadap kehidupan masyarakat kecil sekali, karena produk letusan yang berbahaya dimuntahkan di dalam kaldera, hanya abu yang diterbangkan ke angkasa dan terbawa oleh angin ke segala arah, tergantung arah angin.

GEOLOGI


Stratigrafi

G. Rinjani merupakan salah satu gunungapi aktif tipe A yang tersebar di Indonesia, dan merupakan gunungapi kedua tertinggi setelah G. Kerinci. Berdasarkan catatan sejarah letusan, G. Rinjani memiliki 3 masa kegiatan, yaitu kegiatan sebelum pembentukan kaldera (pra kaldera), masa pembentukan kaldera dan masa sesudah pembentukan kaldera (purna kaldera).

Batuan gunungapi Pra Kaldera

Batuan yang dihasilkan pada perioda Pra Kaldera didominasi oleh endapan lava yang tersebar hampir kesegala arah, dengan pusat erupsinya berasal dari beberapa lokasi dari tua ke muda yaitu: Produk G. Rinjani Tua, G. Kondo G. Sangkareang dan G. Rinjani.

Batuan Rinjani Tua didominasi oleh endapan lava yang dicirikan dengan pelapukan yang kuat, membentuk perbukitan yang halus. Selain endapan lava juga terdapat aliran piroklastik yang tersusun dari dari material berukuran pasir sampai kerakal, tersebar di bagian lereng baratlaut kaldera. Dalam masa Rinjani Tua pernah terjadi erupsi samping G. Manuk, endapanya tersebar di lereng bagian selatan, bersifat basal.

Endapan batuan G. Kondo yang tersingkap adalah endapan lava yang masif, berwarna abu-abu gelap hingga terang, terdapat lubang-lubang bekas gas, sebagian telah mengalami pelapukan, endapan lava ini tersebar diselatan G. Kondo. Batuan yang berasal dari G. Sangkareang yang tersingkap umumnya adalah endapan lava yang tersebar ke arah utara G. Sangkareang, dicirikan dengan lava yang masif, sebagian telah menunjukan proses pelapukan, berwarna abu-abu terang hingga gelap, bersifat andesitik hingga andesit basaltis.

Batuan yang terakhir dari Pra Kaldera adalah batuan hasil G. Rinjani yang sebagian besar tersebar ke arah tenggara, timur hingga timurlaut. Endapan batuan hasil G. Rinjani dicirikan dengan perselingan antara endapan lava dengan aliran piroklastik

Batuan gunungapi pembentukan Kaldera

Produk kaldera merupakan hasil letusan paroksismal Gunung Rinjani Tua, menghancurkan bagian puncak G. Rinjani Tua. Letusan tersebut menghasilkan sebuah kaldera berbentuk ellip dengan diameter 2,4 x 4,8 km. Endapan yang dihasilkan dari letusan yang dahsyat tersebut adalah endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Batuan aliran piroklastik terendapkan ke arah selatan dan utara merupakan endapan yang terluas dibandingkan hasil letusan yang lainnya, hal ini dimungkinkan, karena letusan ini merupakan letusan yang sangat kuat. Penyusun endapan batuan aliran piroklastik didominasi oleh fragmen batuapung, selain itu juga terdapat fragmen litik dan scoria.. Endapan jatuhan piroklastik tersebar luas di bagian puncak kaldera yang tersusun dari batuapung berukuran pasir sampai kerikil serta litik, berwarna putih kotor, fragmen scoria umumnya berwarna abu kehitaman, dibeberapa tempat dijumpai adanya perlapisan yang baik (graded bedding).

Batuan gunungapi Purna Kaldera

Setelah terbentuknya Kaldera Rinjani, kegiatan gunungapi berpindah ke bagian dalam kaldera yaitu ke G. Barujari dan G. Rombongan. Kegiatan letusan di dalam kaldera dimulai dengan pembentukan G. Barujari. Batuannya dicirikan dengan lava yang masif, sebagian telah teralterasi berwarna kuning hingga merah kecoklatan, secara umum berwarna abu-abu terang, bersifat basal, sebagian pada permukaan dijumpai lava bloken dengan lubang-lubang bekas gas serta permukaannya kasar. Kegiatan G. Barujari yang terakhir terjadi dalam tahun 1994 yang menghasilkan lava serta jatuhan piroklastik. Lava tersebar ke arah baratlaut hampir menutupi G. Rombongan,sedangkan yang ke barat masuk kedalam danau Segara Anak. Lavanya adalah lava bloken dengan permukaan yang kasar lubang bekas gas.

Pembentukan G. Rombongan (G. Mas) terjadi pada tahun 1944 mengambil tempat di kaki bagian baratlaut G. Barujari. Batuan umumnya tersusun dari endapan lava yang tersebar ke bagian utara hingga barat.

Morfologi

Sebelum terbentuknya kaldera kemungkinan G. Rinjani memiliki tubuh yang indah, dengan bentuk kerucut menjulang tinggi seperti halnya gunung-gunung yang belum terpotong bagian kerucutnya, sehingga membentuk morfologi kerucut. Morfologi G. Rinjani dibagi kedalam beberapa satuan morfologi, yaitu:

Satuan morfologi perbukitan tinggi ,

Menempati bagian timur, barat serta bagian lereng puncak komplek Rinjani, dengan ciri memiliki tebing yang terjal dengan sudut lereng 30 - 80, dengan lembahnya berbentuk V sampai U yang mencerminkan tingginya tingkat erosi. Aliran sungai pada morfologi ini adalah radial dan dendritik serta paralel, batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklatik dengan vegetasi cukup lebat.

Satuan morfologi punggungan rendah dan bergelombang

Menempati sekeliling lereng bawah komplek Rinjani yang dicirikan dengan sudut lereng kurang dari 30 derajat. Batuan dasarnya adalah jatuhan dan aliran piroklastik, dengan vegetasi terbuka berupa ilalang.

Satuan morfologi kaldera

Ditemukan di dinding kaldera yang berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80 derajat. Batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik.

Satuan morfologi kerucut gunungapi

Satuan ini menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu kerucut G. Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan lereng berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan batuan dasarnya adalah jatuhan piroklastik.

Satuan morfologi dataran

Mengambil tempat pada daerah-daerah seperti dataran tinggi Sembalun dengan elevasi 1000 m dpl, dataran pantai utara serta dataran di bagian selatan komplek Rinjani. Batuan dasar umumnya adalah aluvium dan lahar.

Struktur Geologi

Van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa struktur pulau Lombok bagian utara merupakan kelanjutan Zona Solo dari P. Jawa yang merupakan pembentukan bagian puncak jalur geantiklin. Zona Solo ke bagian timur tersingkap di P. Lombok bagian barat dengan basementnya tertutupi oleh intrusi plutonik, dan struktur ini berakahir di P. Lombok. Blown (1974, dalam Nasution dkk, 1984) menafsirkan bahwa struktur P. Lombok pada akhir Tersier atau awal Kuarter terdapat beberapa struktur sesar yang arahnya bervariasi, sesar-sesar yang berarah baratdaya - timurlaut, selatan baratdaya - utara timurlaut dan utara - selatan kemungkinan sesar aktif bergerak sejak Tersier hingga Kuarter.

Berdasarkan hasil survey gaya berat regional, terdapat struktur sesar yang berarah utara timurlaut - selatan baratdaya. Sedangkan berdasarkan hasil penafsiran kelurusan pada citra landsat menunjukan arah kelurusan selatan baratdaya - utara timurlaut.

Geofisika


Gaya Berat

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Janes Simanjuntak (1991) yang dilakukan di kaki timur G. Rinjani (daerah Sembalun) menyimpulkan bahwa pola anomali Bougeur masih membuka ke arah barat dan timur yang pola konturnya masih belum menyambung. Penafsiran secara kwantitatif di daerah Sembalun memperlihatkan pola kontur yang cukup menarik, yaitu berupa lingkaran, tetapi ke arah barat masih membuka yang memberi kesan bahwa sumber panas berada di tengahnya, sedangkan daerah Sembalun merupakan pusat kegiatan tua yang berupa sisa dinding kaldera.

Seismik

G. Rinjani merupakan satu-satunya gunungapi di P. Lombok, sehingga bila terjadi suatu letusan yang dahsyat (pembentukan kaldera) akan menghancurkan seluruh kehidupan di P. Lombok. Oleh sebab itu pemantuan terhadap G. Rinjani sangat penting, guna mengetahui kegiatan vulkanik yang ditimbulkan oleh kegiatan G. Rinjani.

Pemantauan seismik mulai dilakukan sejak Mei 1994 dengan seismograf Teledyne bersistem telemetri radio. Seismometernya pada waktu itu di tempatkan disekitar Pemantauan (4 Km dari G. Rinjani /8 Km dari G. Barujari). Purna Letusan 1994, dalam tahun 1996, seismometer dipindahkan ke lokasi yang lebih dekat ke G. Barujari, yaitu sekitar daerah Padabalong dengan pertimbangan pusat kegiatan berada di G. Barujadi .

GEOKIMIA


Jenis Batuan

Hasil analisa batuan yang dilakukan terhadap batuan lava dari lava 1944 adalah basalt andesit dan basalt menurut hasil analisa dari Suyatna (1969), sedangkan lava 1966 hasil dari analisa Hardjadinata (1969) adalah berjenis basalt. Analisa kimia yang dilakukan terhadap beberapa contoh batuan dari setiap produk letusan adalah sebagai berikut :

Analisa kimia batuan G. Rinjani (Suyatna dan Hardjadinata).

Unsur Kimia

Conto Batuan

Lava

1944

Lava

G. Mas

Lava

1966

Lava

G. Tenga

Lumpur

Kokok Putih (Batusanek)

SiO2

Fe2O3

FeO

Al2O3

CaO

MgO

P2O5

MnO

K2O

TiO2

Na2O

SO3

H2O-

Hilang dibakar

51.65%

7.04

2.59

19.26

8.31

4.02

0.00

0.17

0.88

1.18

2.58

2.06

0.10

0.10

52.3%

4.86

2.87

19.77

8.71

4.32

0.00

0.17

0.83

1.20

2.75

1.92

0.13

0.13

52.60%

7.44

0.54

19.13

8.37

3.15

0.00

0.20

1.70

0.85

2.59

3.19

0.18

0.18

52.16%

7.70

1.40

19.51

8.68

3.29

0.00

0.20

1.48

0.90

2.61

1.91

0.20

0.20

4.83%

2.68

0.00

1.59

46.78

0.43

0.01

0.43

0.00

0.45

0.08

2.88

2.50

39.80

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Santosa I, dkk (1994), deskripsi petrografi diketahui tekstur batuan lava-lava G. Rinjani umumnya porfiritik dengan fenokris plagioklas, piroksen dan olivin. Selain tekstur tersebut ditemukan juga tekstur intergranular dengan mineral piroksen dan olivin terdapat atau sering dijumpai diantara mineral plagioklas yang memanjang dan tidak teratur. Jumlah fenokris di dalam masa dasar berkisar antara 35 - 80 % volume seluruh batuan.

Santosa I (1994) melakukan analisa kimia terhadap conto batuan yang tersebar di bagian tubuh G. Rinjani, jumlah conto batuan yang dianalisa sebanyak 17 conto batuan, maka hasil analisa kimia batuan menunjukan bahwa silika (SiO2) antara 48,95% - 56,86%, kandungan TiO2 kurang dari 1 (satu) %, hanya 2 conto yang mempunyai harga 1,02% dan 1,04% ini adalah suatu fenomena bahwa lava G. Rinjani terdapat pada busur kepulauan. Berdasarkan diagram Le Maitre 1989 (SiO2 terhadap K2O), komposisi batuan G. Rinjani umumnya basalt - basalt andesit.

Berdasarkan komposisi kimia, seri G. Rinjani termasuk ke dalam kerabat Kalk-Alkalin yang unsur K-nya sangat tinggi. Komposisi umumnya berkisar antara basaltis sampai andesitis. Dalam tabel berikut disajikan analisa kimia beberapa sample lava dari nilai silica terendah hingga tertinggi.

Tabel 5. Hasil Analisa Kimia ( Santosa I, 1994) beberapa conto batuan.

Unsur

Ri-16

Ri-17

Ri-18

Ri-27

SiO2

Al2O3

Fe2O3

CaO

MgO

Na2O

K2O

MnO

TiO2

P2O5

H2O-

HD

Jumlah

48.95

18.82

9.80

8.78

4.91

4.54

1.33

0.15

0.89

0.31

0.26

1.18

99.92

52.62

18.65

8.63

7.76

5.08

3.74

1.91

0.13

1.02

0.31

0.06

0.02

99.93

53.37

17.48

8.93

7.33

5.35

3.93

1.79

0.13

0.85

0.30

0.03

0.02

99.03

56.86

17.54

7.60

6.69

3.65

3.85

1.96

0.13

0.78

0.42

0.06

0.35

99.89

Evolusi magmatis berdasarkkan konsentrasi unsur utama produk G. Rinjani terhadap kandungan SiO2 dan TiO2 menunjukkan fraksinasi kristal mineral-mineral piroksen dan plagioklas, sedangkan korelasi negatif antara SiO2 terhadap unsur-unsur Al2O3, Fe2O3, MgO dan CaO menunjukkan adanya dominasi fenokris dari plagioklas, piroksen dan olivin.

Hasil penelitian tentang pemeriksaan air juga dilakukan pada tahun 1994, yaitu pada bulan Mei dan Oktober (Priatna, dkk, 1994), hal ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada kimia air di sekitar G. Barujari. Contoh air yang analisa adalah airpanas di S. Kokok Putih, air danau Segara anak dan airpanas Sprela, contoh-contoh tersebut adalah:

Tabel 7. Analisa Kimia Air G. Rinjani, Mei dan Oktober 1994

Unsur Kimia

Airpanas

S. Kokok Putih

Air Danau

Segara Anak

Airpanas

Sprela

Mei

Oktober

Mei

Oktober

Mei

Oktober

SiO2

Ca

Mg

Na

K

Mn

SO4

H2S

NH3

Cl(-)

HCO3 (-)

B

Suhu

pH

119,10

191,00

184,00

320,25

51,60

0,00

648,50

9,25

1,44

1.552,00

628,58

1,07

45,6°

6,67

120,20

180,80

172,00

330,20

60,25

0,00

630,50

12,25

2,02

1.425,00

520,23

1,05

43,24°

6,82

139,83

209,00

232,00

213,50

54,00

0,26

970,50

6,94

1,74

296,00

806,83

0,00

14,60°

6,58

142,25

211,00

240,00

215,50

59,25

0,43

982,50

7,24

1,62

283,00

812,00

0,00

16,8°

6,52

129,23

119,00

355,30

299,50

46,00

0,00

724,00

6,94

1,64

1.334,00

450,33

0,89

40,73°

6,34

128,32

121,23

342,36

310,50

50,50

0,00

716,00

8,82

1,84

1,223

432,50

0,69

39,50°

6,65

Kalau dilihat dari tabel hasil analisa kimia air G. Rinjani sebelum dan sesudah letusan G. Barujari, terlihat adanya perbedaan kandungan unsur yang meningkat dan menurun, kemungkinan adanya unsur yang menambah pada lokasi-lokasi tersebut.

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Sistem pemantau secara menerus selama ini yang dilakukan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dari Pos Pengamatan Gunungapi (Pos PGA). Selain itu, usaha untuk mengurangi resiko bencana letusan G. Rinjani, telah dibuat Peta Daerah Bahaya G. Rinjani. Dalam peta tersebut daerah dibagi atas dua bagian, masing Daerah Bahaya dan Daerah Waspada.

Daerah Bahaya umumnya di bagian utara, terutama hulu Kali Kokok Putih yang berhulu di puncak atau bukaan kawah. Sedangkan Daerah Waspada meliputi sekeliling gunung. Pendataan penduduk yang berada di dalam Daerah Bahaya dan Daerah Waspada telah dilakukan sejak tahun 1990, 1992 dan tahun 1995. Data tersebut dijadikan sebagai bahan perbanding, sehingga kita dapat memperkirakan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya serta penambahan perkampungan di sekitar tubuh G. Rinjani. Selain itu juga terdapat Dusun-dusun baru yang terbentuk dari keadaan lingkungan yang memungkinkan terbentuknya suatu dusun, mungkin kerena dekat dengan lokasi matapencaharian penduduk setempat.

Penduduk yang bermukim disekitar Daerah Bahaya umumnya terdapat di bagian utara G. Rinjani, hal ini karena sebaran Daerah Bahya adalah aliran Sungai Kokok Putih yang bemuara kebagian utara, hal ini karena bukaan kaldera Rinjani adalah S. Kokok Putih, sehingga bila terjadi letusan, air Sungai Kokok Putih akan melimpah dan kemungkinan terjadi banjir yang membawa material letusan G. Barujari. Pendataan yang dilakukan pada tahun 1991, 1992 dan 1995 adalah seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Data jumlah Penduduk pada Daerah Bahaya G. Rinjani

Nama Dusun, Desa

Penduduk 1991

Penduduk 1992

Penduduk 1995

Ledang Tinggi, Sajang

321 Jiwa

-

-

Torean, Loloan

387 Jiwa

468 Jiwa

481 Jiwa

Sambikelen, Loloan

-

-

213 Jiwa

Birak, Sajang

-

-

273 Jiwa

Bilok, Sajang

-

-

375 Jiwa

Batusantek, Loloan

-

-

73 Jiwa

Wilayah pemukiman yang berada di dalam Daerah Wasapada G. Rinjani meliputi beberapa dusun yang berada disekitar tubuh G. Rinjani yang kemungkinan akan terkena lontara material pijar, dusun-dusun tersebut adalah :

Tabel 4. Data jumlah Penduduk pada Daerah Waspada G. Rinjani

Nama Dusun, Desa

Jumlah Penduduk Tahun

1991

1992

1995

Senaru, Bayan

1.119 Jiwa

-

754 Jiwa

Tanak Petak Lauq , Loloan

79 Jiwa

229 Jiwa

247 Jiwa

Tanak Petak Daya , Loloan

70 Jiwa

368 Jiwa

394 Jiwa

Batusantek, Loloan

81 Jiwa

282 Jiwa

288 Jiwa

Sajang

422 Jiwa

-

323 Jiwa

Bawa Nau Daya, Sajang

-

-

297 Jiwa

Bawa Nau Lauq, Sajang

-

-

296 Jiwa

Lelongken , Sajang

389 Jiwa

-

358 Jiwa

Terasgenit, Sajang

-

-

919 Jiwa

Beburung Sajang

251 Jiwa

-

-

Bilok, Sajang

297 Jiwa

-

375 Jiwa

Berdasarkan catatan sejarah tentang kegiatan vulkanik G. Rinjani, pada waktu sekarang ini kegiatannya telah berpindah ke bagian dalam kaldera, sehingga yang perlu di waspadai apabila terjadi letusan di dalam Kaldera adalah aliran S. Kokok Putih, karena sungai tersebut merupakan satu-satunya pelimpahan air dari Danau Segara Anak. Oleh sebab itu masyarakat yang bermukim disekitar aliran ini perlu lebih waspada.

DAFTAR PUSTAKA


· Foden, J.D and R. Varne, The Geochemistry and Petrology of the basal - andesitic - dacite suite from Rinjani Volcano, Lombok. Proc. Of the CCOP - IOC SEATAR The geology and Tectonic of Eastern Indonesia, 1981 : 115 - 134.

· Hendrasto M, dkk, 1992, Laporan Kegiatan Pemetaan Geologi Komplek Rinjani, Lombok, Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.

· Imam Santosa, Iman KS (1994), Laporan Penyelidikan Petrokomia G. Rinjani, Bulan Juni 1994, No. 85/DV/94, Direktorat Vulkanologi.

· Iing Kusnadi, dkk, 1994, Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Rinjani, Juni - September 1994, No. 67/DV/1994, Direktorat Vulkanologi.

· Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi

· Nasution A., dkk, 1984, Geologi Panas Bumi Daerah Sembalun, Lombok Timur, NTB, Sub Dit. Panas Bumi, Direktorat Vulkanologi.

· Ruska Hadian (1995), Laporan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi G. Rinjani, P. Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bulan Juni 1995, No. 17/DV/96, Direktorat Vulkanologi

· Suparto S, 1981, Seismologi Gunungapi, Direktorat Vulkanologi.

· Priatna, dkk, 1994, Laporan Penyelidikan Kimia Gas dan Air G. Rinjani Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.

Dokumentasi Peta

Daftar Peta Rupabumi Indonesia yang termasuk kedalam wilayah penyebaran G. Rinjani

Lembar Peta

Nomor

Skala

Penerbit

Tahun penerbitan

Wilayah Administrasi

D. Segara Anak

1807-522

1:25.000

Bakosurtanal

1992

3 Kabupaten

Santong

1807-523

1:25.000

Bakosurtanal

1992

Lombar

Bayan

1807-524

1:25.000

Bakosurtanal

1992

Lombar

G. Buanamangge

1807-521

1:25.000

Bakosurtanal

1992

Loteng

Sembalun Lawang

1807-613

1:25.000

Bakosurtanal

1992

Lotim

Sembalun Bumbung

1807-611

1:25.000

Bakosurtanal

1992

Lotim

Aikmel

1807-233

1:25.000

Bakosurtanal

1992

Lotim

Petunjuk letak peta

1807 - 523

SANTONG

1807 - 524

BAYAN

1807 - 613

SEMBALUN LAWANG

1807 - 521

G. BUANA

MANGGE

1807 - 522

D. SEGARA

ANAK

1807 - 611

SEMBALUN BUMBUNG

1807 - 243

MANTANG

1807 - 244

MASBAGIK

1807 - 333

AIKMEL

2 komentar: