TANDIKAT, Sumatera Barat
Compiler : Isya N. Dana (isya@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata
Keterangan Umum
Nama | : | G. Tandikat |
Nama Lain | : | Tandikai, Tandike |
Nama Kawah | : | A. B dan K |
Lokasi a. Geografi b. Administrasi | : : | 0°25'57" LS, 100°19'01,69" BT Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat |
Ketinggian | : | 2438 m dml, 1740 m dari kota Padang |
| : | |
Tipe Gunungapi | : | Strato Volcano |
Pendahuluan
Cara Pencapaian
Pendakian dilakukan dari arah timur dari Kampung Ganting melalui Lalo, melalui jalan setapak sampai ke Puncak, dengan waktu tempuh 6 jam (Hamidi 1970), juga dapat dicapai dari sebelah barat laut dari kampung Malalak, namun jalan sangat rumit karena perlu pengantar serta harus menyeberang jurang B Air Sungai Jernih yang dalam, kemudian tiba di Rimbo Piatu dengan merintis jalan untuk sampai di Puncak (Kemerling 1919)
Demografi
G. Tandikat tidak terlalu tinggi, mempunyai daerah pemukiman yang berada agak jauh di luar kawasan rawan bencana. Hanya ada beberapa kampung (desa) yang berada pada kawasan rawan bencana I, yaitu: desa-desa yang berada di bagian selatan, karena bukaan kawahnya cenderung ke bagian selatan, sehingga banyak sungai yang berhulu dari puncak. Sedangkan perkampungan lain umumnya terletak pada daerah punggungan yang berjarak lebih dari 6 km dari pusat erupsi dan relatif aman terhadap bahaya aliran, hanya kemungkinan terjangkau oleh jatuhan piroklastik yang diperkirakan dapat mencapai 8 km dari pusat erupsi.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Hasil erupsi Gunung Tandikat pada masa lampau banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung di G. Tandikat, sumberdaya alam berupa tempat tersimpannya cadangan air tanah, untuk irigasi, air minum di kota-kota dan lainnya. Juga terdapat beberapa mata air panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan. Sumberdaya Panas bumi di daerah ini belum diexplorasi, padahal sumberdaya alam ini sangat murah dan sangat bermanfaat untuk keperkuan energi listrik dan industri.
Wisata
G. Tandikat mempunyai pemandangan yang indah sebagaimana layaknya sebuah gunungapi, dapat dijadikan objek tujuan wisata.Di sekitar G. Tandikat ini terdapat perkebunan markisa, mata air panas, air terjun serta kawasan hutan lindung dan banyak tempat tempat yang baik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata. Dengan banyaknya flora dan fauna dapat pula dijadikan kawasan wisata, sebagai taman safari. Selain itu G. Tandikat yang tinggi puncaknya mencapai 2438 m dpl. banyak menarik minat para pendaki gunung sebagai tujuan wisata pencinta alam, terutama anak-anak SMU dan Mahasiswa.
SEJARAH LETUSAN
Diketahui telah terjadi dua kali letusan dalam sejarah yaitu letusan tahun 1889 dan letusan 1914
Letusan 1889
Kegiatan dari kawah B ini terjadi pada 19 Pebruari petang hari. Diatas puncaknya tampak tiang asap tinggi dan nyala api, terasa getaran gempa, juga terdengar suara letusan. Hujan abu jatuh di sekitarnya. Keesokannya harinya di malam hari dan seterusnya pada hari dan bulan berikutnya kegiatan agak kuat, diselingi beberapa istirahat pendek dan panjang. Sampai
Pada 27 Maret 1889 juga G. Marapi kegiatanya mulai meningkat. Pada 29 Maret 1889 abu yang jatuh di atas jalan kereta api antara Padang Panjang – Bukittinggi ketebalan sampai 1 cm. Kepulan tiang asap terlihat lagi pada 3 dan 4 Desember 1889 yang pada pagi hari kelihatan jelas dari Bukittinggi.
Menurut Neumann van Padang ( 1940 ), jenis letusan yang terjadi dari lubang kecil di dalam dan di lereng luar Kawah B sama dengan letusan G. Cereme (Jawa Barat) pada 1937. Pada letusan G. Cereme nyala api tidak tampak, sedangkan pada letusan G. Tandikat selain letusan uap, kemungkinan juga terjadi letusan magma. Dengan demikian kegiatan G. Tandikat pada 1889 lebih kuat dari kegiatan G. Cereme 1937.
Letusan 1914
Pada 31 Mei kira-kira pukul 9 malam terjadi letusan.
Bahan letusan berjatuhan di sekitar puncak.
Menurut Administratur Veen ( Natuurk. Tijdschr. Nederl.
Karaker Letusan
Berdasarkan produk yang dihasilkan G. Tandikat dari peta Geologi Gunungapi menurut Zainuddin dkk, menunjukan bahwa hasil endapan G. Tandikat tidak ditemukan adanya endapan piroklastik jatuhan, hanya ditemukan aliran piroklastik dan aliran lava. Data letusan yang tercatatpun hanya abu yang tipis dan tampak disekitar kawah. Karakter letusannya cenderung bertipe letusan strombolian dan aliran lava yang terkadang menghasilkan pula aliran piroklastik.
Periode Letusan
Didalam sejarah hanya diketahui 2 kali letusan dengan periode 15 tahun, yaitu tahun 1889 dan tahun 1915.
GEOLOGI
G. Tandikat adalah gunungapi kembar dengan G. Singgalang, yang tumbuh diatas granit tua, sekis dan batu gamping dari Bukit Barisan. Hasil letusan lampau dari gunung Kembar ini menutupi daerah seluas 247 km2, dan 143 km2 adalah bahan letusan G. Tandikat (Neuman Van Padang 1951). Bahan letusan yang dikeluarkan gunung Kembar menempati bidang datar seluas 210 km2, dan 120 km 2 hasil letusan G. Tandikat dan 90 km2 dari G. Singgalang, (Kemmerling 1921).
Endapan hasil letusan G. Tandikat ini tersebar ke arah selatan-baratdaya yaitu ke Dataran Pariaman, dan ke arah timur terbatas sampai Batang Air Singgalang Kecil dan Batang Air Anai, ke barat sampai Batang Air Mangui, sedangkan ke bagian utara terhalang oleh G. Singalang. Kegiatan letusan berpindah-pindah kearah selatan-baratdaya. Di daerah puncaknya terdapat Kawah A yang besar dengan diameter 1125 – 1250 m, kelilingnya 3925 m. Kawah ini terbuka kearah Batang Air Paraman Sani dan Batang Air Singgalang kecil. Terdapatnya bukaan ini karena pematang kawah tersebut roboh, dan yang terbesar kearah selatan dengan terbentuknya jurang yang dalam. (Verbeek 1883). Didalam kawah besar ini tumbuh kerucut baru dengan kawah B agak eksentris, berbentuk corong dengan garis tengah 405 – 365 m, kelilingnya 1209 m, dengan kemiringan tebing kawah mencapai 40 –50 o dengan kedalaman mencapai 150 m. Selain Kawah A dan B, terdapat pula 9 lubang bekas letusan kecil (buah dalam kawah B dan 6 buah pada lereng kerucut B), dengan garis tengah antara 10 – 70 m dan kedalaman antara 4 – 30 m.
Morfologi
Morfologi G. Tandikat sangat dipengaruhi bukan hanya oleh aktivitas gunung apinya, tetapi dipengaruhi pula oleh susunan batuan dan aktivitas gunungapi disekitarnya, seperti batuan dasar tersier Tua, aktivitas vulkanik Maninjau dan gunungapi Singgalang. Didaerah G. Tandikat ini terbagi menjadi beberapa kelompok morfologi, yaitu :
Satuan Morfologi Perbukitan Tua
Satuan Morfologi Perbukitan Tua
Satuan ini menempati daerah sekeliling G. Tandikat, yang dicirikan oleh bentuk perbukitan berelief kasar sampai sedang dengan lembah-lembah yang relatif dalam dan terjal, serta banyak ditemui jeram-jeram dengan garis ketingian berkisar antara 200 –1200 meter diatas muka laut. Kelompok ini mempunyai beberapa puncak-puncak bukit antara lain : Bt. Karikih, Bt. Tjantjang Baning, Bt. Birah Tingi, Bt. Upamg-upang, Bt. Djadjaran, Bt. Batu Barong, Bt. Ubang Badar, Bt. Padang Satoempak, Bt. Tilaboeng. Pada bagian barat satuan ini terdapat sungai B. Air Manggu yang berlembah sangat terjal dan dalam, tersusun oleh batuan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik tua produk Kaldera Maninjau. Seperti di bagaian tenggara terdapat Bt. Karikih yang berrelief kasar dengan lereng yang sangat erjal. Daerah ini disusun oleh batuan beku granit dan batuan metamorf yang mempunyai tingkat pelapukan relatif tingi yang dipengaruhi oleh sesar normal, sehingga di sekitar lembah anai sering terjadi longsoran-longsoran. Sedabgkan dibagian timur–timurlaut terdapat Bt. Tilaboeng dan Bt. Padang Satoempak yang berelief kasar–sedang dengan lereng relatif terjal. Satuan ini tersusun oleh lava, aliran piroklastik produk G. Singgalang.
Satuan Morfologi Kerucut G. Tandikat, terbagi menjadi 4 sub satuan yaitu :
· Satuan Morfologi Puncak dan Kawah, terdapat di sekitar puncak
· Satuan Morfologi Tubuh, terdapat pada tubuh G. Tandikat
· Satuan Morfologi Lereng dan Kaki, terdapat pada bagian bawah kerucut
· Satuan Morfologi Dataran, terdapat pada bagian kaki kerucut Tandikat.
Satuan Batuan G. Tandikat dan Stratigrafinya
Batuan di G. Tandikat dan sekitarnya dikelompokan kedalam beberapa kelompok satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda, antara lain :
· Satuan Batuan Tua merupakan batuan dasar yang terbentuk sebelum pembentukan G. Tandikat , penyebarannya terdapat disekeliling G. Tandikat tersebut, terdiri dari : Satuan Batuan Dasar yang tersusun dari batuan granit dan batuan metamorf, yang terdapat di sebelah tenggara yaitu di sekitar lembah Anai dan Bt. Karikih.
· Batuan Produk Kaldera Maninjau, merupakan satuan yang menyebar di sebelah barat dan selatan. Satuan batuan disebelah barat membentuk tebing-tebing yang curam dan dalam, merupakan dinding luar kaldera maninjau. Pada bagian selatan umumnya membentuk bukit-bukit yang relatif terjal, seperti di sepanjang jalan raya Sitjintjin, Sungai Durian dan Kampung Tandikat. Satuan batuan ini didominasi oleh aliran pikoklastik dan jatuhan piroklastik, yang terdiri dari fragmen batu apung yang berukuran maksimum 20 cm, serabut-serabut gelas, litik bertekstur andesitik berukuran pasir – kerikil, mineral mafik, berwarna putih sampai kekuningan, dan lepas-lepas sampai agak kompak. Setempat-setempat terdapat lapisan-lapisan batu pasir kasar yang kaya akan kuarsa. Batuan ini mencerminkan produk suatu letusan ‘Besar” di masa lalu.
Batuan Produk G. Singgalang
Satuan batuan ini merupakan hasil endapan aktifitas G. Singgalang, tersebar di bagian utara dan timur daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari lava andesit yang bertekstur porfiritik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang mengandung batu apung (Pumis). Singkapan yang baik ditemukan di sepanjang tebing S. Singgalang, pada Bukit batas pemisah produk G. Singgalang dengan produk G. Tandikat. Satuan batuan ini ditemukan juga di Bt.Padang Satoempak dan Bt. Tilaboeng.
Batuan Produk G. Tandikat
Satuan Batuan produk Gunungapi Tandikat dibentuk oleh dua titik erupsi, yaitu Kawah A dan Kawah B. Dari Kawah A dihasilkan 24 aliran lava (Tl 1 – Tl 24 ) dan 4 aliran piroklastik (Tap 1 – Tap 4 ), sedangkan dari Kawah B dihasilkan satu aliran lava (Tl 25). Satuan-satuan batuan tersebut adalah terdiri dari :
Aliran Piroklastik Tandikat
Satuan batuan ini menyebar memanjang membentuk sebuah punggungan terjal dengan dinding lembah yang curam seperti di sekitar S. Malancar dan Kampung Malancar, di bagian barat menutupi produk kaldera Maninjau. Terdapat pula aliran piroklastik lainnya yang membentuk morfologi kipas di bagian selatan, seperti terdapat di sekitar Bt. Silasung, Bt. Bulaan, Kandang Ampek dan Perkampungan Bungakaju
Satuan batuan ini secara umum mudah runtuh (tidak kompak), berwarna abu-abu, coklat, tersusun oleh fragmen litik, mengambang dalam matriks berukuran pasir kasar terpilah buruk, kemas terbuka bentuk fragmen menyudut- menyudut tanggung, sangat padat. Dengan fragmen dari batuan andesitik berwarna abu-abu, tekstur fanerik, kristalin, subhedral – anhedral, ukuran fenokkris maksimum 0.4 cm, porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen, tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan mineral mafik.
Satuan aliran piroklastik ini terbagi menjadi empat satuan dari muda ke tua adalah : aliran piroklastik 1 sampai aliran piroklastik 4, dengan nama Tap 1 –Tap 4, (peta Geologi G. Tandikat)
Aliran Lava Tandikat
Satuan batuan lava Tandikat ini mempunyai kenampakan dilapangan terkadang berupa bukit, atau berupa punggungan dengan ujung-ujung lava membentuk bukit atau tersebar berupa umpulan bongkah batuan atau tersingkap di lembah sungai, yang umumnya terkekarkan. Untuk satuan batuan lava ini terurai menjadi beberapa satuan lava yang terpisah karena umurnya tidak sama dan jenis lavanya agak berbeda. Namun secara umun lava ini terdiri dari batuan lava andesitik yang berwarna abu-abu terang sampai gelap, terkadang tampak mempunyai textur porfiritik, dengan fenokris dari plagioklas dan piroksen dengan masa dasar halus, ada yang berpesikuler an ada yang tidak. Berdasarkan hasil pemetaan geologi gunungapi terbagi menjadi 25 satuan lava Tandikat yang tersusun mulai dari Lava Tandikat 1 (Tl 1 ) sampai dengan Lava Tandikat 25 ( Tl 25 )
Lahar Tandikat
Satuan lahar ini secara umum tersebar dibagian kaki G. Tandikat, pada daerah morfologi dataran yang dicirikan oleh aliran sungai yang landai. Satuan Batuan ini merupakan satuan batuan hasil rombakan batuan yang lebih tua dengan ciri-ciri, warna kecoklatan, kadang terlihat adanya perlapisan dengan struktur sedimen, atau berupa breksi batuan lahar, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk bongkah-bongkah batuan bersudut mengambang dalam masa dasar berukuran pasir sampai abu dan cukup kompak.
Satuan Aluvial
Satuan ini merupakan satuan batuan termuda yang tersebar pada aliran sungai yang datar dan berkelok, berupa hasil endapan batuan yang berlangsung terus sampai kini.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan ditafsirkan berdasarkan pengamatan di lapangan, ditunjang dengan penafsiran foto udara dan peta topografi.
Berdasarkan ciri-ciri gejala struktur yang dapat diamati di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa G. Tandikat merupakan daerah yang mengalami penurunan, ini dibuktikan dengan adanya sesar normal di sebelah timur, sebelah barat dan utara, yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh sistim Sesar semangko (Sesar Sumatera) yang berarahkan barat laut – tenggara. Berikut ini uraian singkat dari beberapa struktur geologi yang berkembang disekitar G. Tandikat.
Sesar Batang Anai
Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah utara – selatan, memanjang 11.5 km dimana blok bagian timur relatif naik dibandingkan blok bagian barat. Sesar ini merupakan pembahas antara batuan dasar dan produk G. tandikat, sedangkan batuan yangt tersesarkan adalah batuan dasar. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai dan gawir-gawir yang dalam dan curam serta memanjang.
Sesar Lembah Anai
Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah timur laut – barat daya, blok bagian tenggara relatif naik terhadap blok bagian barat laut. Sesar ini mempunyai panjang 4 km dan merupakan penyebab terbentuknya Lembah Anai dan diperkirakan pembentukannya akibat adanya ketidakstabilan setelah akhir pembentukan Sesar Batang Anai.
Ciri-ciri sesar inin di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang, zone hancuran di sepanjang jalan raya Lembah Anai pada musim hujan, serta “shear joint” yang kedudukannya berkisar N 125oE/75o dan N 330oE/46o, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan dasar.
Sesar Batang Air Manggu
Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal bararah hampir utara – selatan, memanjang sepanjang 8 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur.
Sesar ini merupakan penyebab terbentuknya lembah yang sangat dalam dan terjal di sebelah barat yang dilalui Batang Air manggu, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk kaldera Manijau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir – gawir yang dalam, curam dan memanjang, adanya “ triangular facet” yang terdapat pada dinding luar sebelah timur Kaldera Maninjau.
Sesar Rimba Piatu
Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah sejajar dengan Sesar Batang Air Manggu, panjangnya 10 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan pembatas antara produk kaidera maninjau dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk kaldera Maninjau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan berupa bukit yang antara lain Bt. Rimba Piatu dan G. Sanggul.
Sesar Batang Air Singgalang Bukit
Struktur sesar ini terdapat disebelah timur daerah penelitian, merupakan sesar normalberarah hampir barat laut - tenggara sepanjang 4 km, blok bagian barat daya relatif turun dibandingkan blok bagian timur laut. Sesar ini merupakan pembatas produk G. Singggalang dan produk G. Tandikat sebelah timur, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain : kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang.
Sesar Kampung Lalo
Struktur sesar ini terdapat di bagian timur laut daerah penelitian, merupakan sesar normal, memanjang hampir barat – timur sepanjang 5 km, blok bagian selatan relatif turun dibandingkan blok bagian utara. Sesar in melalui Kampung Lalo dan merupakan pembatas antara rpoduk G. Singggalang dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan lembah yang sempit dan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang.
Sesar Puncak G. Tandikat
Struktur sesar ini terdapat di puncak G. Tandikat, merupakan sesar normal berarah utara – selatan, panjang 3.5 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini penyebab terbentuknya rekahan dinding kawah A kearah selatan, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik G. Tandikat sendiri, yaitu aliran lava Tandikat 11 dan 19 (Tl 11 dan Tl 19 ). Ciri-ciri sesar ini lapangan antara lain adanya lembah yang sempit dan memanjang, adanya gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang.
Keberadaan Struktur di daerah ini menunjukan bahwa komplek G. Tandikat sangat terpengaruh oleh Struktur Sesar Semangko, menunjukan pula daerah G. Tandikat berada pada daerah yang relatif lemah.
Struktur Kawah
Di daerah G. Tandikat terdapat minimal 11 buah kawah. Kawah A terdapat di puncak G. Tandikat yang merupakan kawah paling besar dengan diameter 112.5 – 1250 meter, terbuka kearah selatan ( Hulu Batang Air Paraman Sari ) dan ke arah timur ( Hulu Batng Air Singgalang Katjil ).
Didalam Kawah A muncul Kawah B yang letaknya eksentrik berbentuk corong, berbaris tengah 365 – 405 meter, kedalamnan kawahnya sekitar 100 meter. Selain Kawah A dan Kawah B, terdapat pula 9 buah lubang bekas letusan kecil yaitu 3 buah di dalam Kawah B dan pada lereng bagian luarnya sebanyak 6 buah, berdiameter 10 – 70 meter dan kedalaman antara 4 – 30 meter.
Kelurusan Vulkanik
Kelurusan vulkanik (volcanic lineament) dijumpai di puncak G. Tandikat, bearah utara – selatan. Kemungkinan besar aktifitas G. Singgalang dG. Tandikat dikontrol oleh kelurusan vulkanik ini. Karena keduanya merupakan gunungapi kembar dan berdekatan.
GEOFISIKA
Seismik
Kegempaan di komplek G. Tandikat sangat didominasi oleh seringnya tercatat gempa-gempa tektonik, baik jauh ataupun local.
Pada saat aktif normal keadaan kegempaan G. Tandikat setiap bulan adalah sbb:
Gempa Tektonik Jauh : antara 70 – 90 kali
Gempa tektonik Lokal : antara 10 – 20 kali
Gempa vulkanik A : antara 20 – 30 kali
Gempa vulkanik B : antara 0 – 5 kali
Pada Akhir Desember 2002 – Februari 2003 terdapat kenaikan jumlah gempa tektonik dan gempa vulkanik A mencapai lebih dari 100 kali dalam 1 bulannya, terutama bulan januari 2003 minggu ke 3 hingga awal Februari 2003, mencapai lebih 200 kali dalam 3 minggu, keadaan status level 2, walaupun kenampakan di Kawah tidak terdapat perubahan.
GEOKIMIA
a. Jenis Batuan
b. Analisis Gas
c. Analisis Air
Telaga kawah Telaga kawah
Sebelah timur sebelah barat
Kekeruhan | Jernih | Jernih |
Warna | 10 | 10 mgPt/1 |
Bau | Tidak ada | Tidak ada |
Rasa | Tidak ada | Tidak ada |
PH | 3,6 | 3,6 |
Sisa kering | 260,0 | 260,0 mg/1 |
Sisa pijar | 200,0 | 200,0 mg/1 |
Hilang dalam pemijaran | 60,0 | 60,0 mg/1 |
Kesadahan | 3,2 | 3.0 oD |
Ca++ | 6,1 | 6.1 mg/1 |
Mg++ | 10,6 | 9.2 mg/1 |
SiO2 | 18,0 | 20.0 mg/1 |
Zat organic | 1,2 | 1.2 mg/1 |
CO2 (bebas ) | 61,8 | 61,8 mg/1 |
HCO3 | 12.4 | 12.4 mg/1 |
CO3- | 0.0 | 0.0 mg/1 |
Fe+++(Total) | 0.5 | 0.4 mg/1 |
Mn +++ | 0.0 | 0.0 mg/1 |
SO4- | 134.9 | 134.9 mg/1 |
C1- | 11.4 | 11.4 mg/1 |
NO2- | 0.0 | 0.0 mg/1 |
Na+ & K+ ( dihit. Sb. Na+ | 49.7 | 49.7 mg/1 |
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistim Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan adalah dengan metoda visual dan instrumental, yang dilakukan dari Pos Pengamatan G. Api Tandikat, pada posisi, 100 o 22,004’ BT dan 0 o 25,147 LS di Kampung Cikadungduang, Desa Ganting, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar. Peralatan permanen yang digunakan untuk memonitor kegempaan G. Tandikat selama 24 jam terdiri dari satu unit seismograf PS 2 sistim pancar, dengan sensor seismografnya ditempatkan pada tubuh G. Tandikat pada posisi Stasiun 100o 21,607’ BT dan 0 o 25,139 LS, di ketinggian 1350 m dpl.dengan alat perekam ditempatkan di pos PGA tersebut.
Pemantauan lainnya dilakukan secara temporer, misalnya pengukuran suhu, pengukuran deformasi, pengukuran metoda geolistrik, pengukuran geomagnit dan pengukran metoda geokimia gas dan air.
Dalam mengantisipasi terjadiya letusan G. Tandikat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi membuat Peta Daerah Bahaya, bertujuan untuk menentukan daerah-daerah yang kemungkinan tidak terkena bencana letusan, sebagai lokasi tempat melakukan pengungsian dan untuk mengetahui luas daerah dan jumlah penduduk yang berada di daerah Bahaya tersebut. Peta Daerah Bahaya ini terbagi menjadi Daerah Bahaya dan Daerah Waspada.
Daerah Bahaya meliputi radius 3 km yang kemungkinan terlanda oleh hujan batu pijar dan hujan abu lebat atau mudah terlanda lava, serta pada sungai-sungai yang berhulu dari puncak dapat mencapai 5 km, dan kawah terbuka kearah selatan dan timur laut, yaitu ke daerah Air Singgalang Kecil dan Air Paranan Sani, juga ke daerah Air Limbukan, Air Manggung Tanang, Air Manggur Tuhur, Air Ulakan, Air Tarjun, Air Titian Panjang dan Air Kepuyuh. Sungai sungai tersebut kemungkinan dapat terlanda aliran piroklastik atau lava bila terjadi letusan sejauh 8 km dari kawah. Daerah Waspada yang kemungkinan terlanda lahar adalah di sepanjang sungai tersebut diatas dan sungai yang berhulu dari puncak (sekitar kawah).
DAFTAR PUSTAKA
· K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi
· G. Suantika dkk, 1995, Pengamatan Visual dan Pemasangan Seismograf PS 2 dan pengamatan seismic di G. Tandikat, Sumbar.
· G Suantika dkk, 1998, Pengamatan Visual dan Seismik G. Tandikat.
· Zainuddin dkk, 1996. Laporan Pemetaan Geologi G. Tandikat, Kab.
· S. Hamidi. 1970, Laporan Pemeriksaan G. Tandikat dan Daerah Bahayanya
· Waziel Effendi dkk, 1995, Laporan Pemetaan Geologi Foto G. Tandikat dan Sekitarnya, Kab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar