TALANG, Sumatera Barat
Compiler : Isya N. Dana (isya@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata
Keterangan Umum
Nama | : | G. Talang |
Nama Lain | : | Talang, Salasi, Sulasih |
Nama Kawah | : | Danau Talang dan Danau Kecil |
Lokasi a. Geografi b. Administrasi | : : | 0°58'42,24" LS, 100°40'46,19" BT Kecamatan Kota Anau, Kabupaten Solok Propinsi Sumbar |
Ketinggian | : | 2597 m dml |
| : | Solok |
Tipe Gunungapi | : | Strato |
Pendahuluan
Cara Pencapaian:
Dari arah timur yaitu melalui Bukit Sileh, Batubarjanjang, Batu Rajo Awa dan Bt. Palangkakan melalui cabang jalan terobosan dari jalan besar Alahan Panjang – Padang, sedangkan untuk mencapai daerah fumarola dari Batubarjanjang ke Gabuo Gadang dan Gabuo Belerang Tanah memerlukan waktu 2-3 jam.
Demografi
Pemukiman terutama berkembang secara mencolok di sepanjang dataran Lembah Solok yang memanjang tenggara – baratlaut termasuk Kotamadya Solok yang berada di sebelah utara G. Talang, serta bagian lereng, puncak bagian bawah sebelah utara dan selatan.
Melalui lembah Solok ini mengalir sungai besar yang dikenal sebagai Sungai Bt. Sumani yang bermuara di Danau Singkarak. Sungai ini merupakan gabungan dari beberapa sungai dan cabang – cabang lainnya yang berhulu dari daerah puncak G. Talang, yaitu diantaranya Bt. Muaragauang dan Bt. Lembang. Di sekitar daeran aliran sungai tersebut merupakan daerah permukiman serta beberapa kegiatannya, dan pengembangan lahan pertanian yang sudah ada, baik berupa persawahan maupun ladang, perkebunan. Penduduknya juga berkembang dan tumbuh di sekitar daerah resapan air, yang mensuplai kebutuhan air di Kabupaten dan Kotamadya Solok.
Mata pencaharian penduduk di daerah ini sebagaian besar berasal dari kegiatan pertanian, terutama persawahan dan berkebun, sebagaian kecil lainnya berdagang dan sebagai pegawai, buruh serta tukang.
Pemukiman cukup padat, pada ketinggian 1200 –1300, yaitu desa Kubang Kaik, Bale Ateh dan Batu Barjanjang, Kecamatan Bukit Sileh, dan desa Nagari Bukit Sileh, Limau Lunggo dan Kampung Batu, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, dengan kegiatan penduduk sehari-hari umumnya berkebun dan bertani. Kemudian pada daerah yang lebih rendah, termasuk daerah padat adalah pada lembah Solok, merupakan daerah aliran sungai yang berhulu dari G. Talang, yaitu sebagian wilayah Kecamatan Lembang Jaya, yang terdiri dari Nagari Koto Anau, Batubanyak, Koto Lawas, Kampung Batu dan Simpang Tanjung Nan Ampek. Serta seluruh wilayah kecamatan G. Talang, Sebagian Kecamatan Bukit Sundi, Kubung dan Singkarang. Daerah tersebut merupakan daerah pemukiman yang relatif dekat dan rawan bencana bila ada aktivitas Vulkanik G. Talang, baik langsung atau tak langsung (lahar).
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Dengan adanya mata air panas menunjukan adanya potensi sumberdaya gunungapi panas bumi yang bisa dikembangkan, baik untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi, untuk industri atau untuk keperluan pemanas ruangan. Selain itu di bagian tubuh G. Talang ini tersimpan potensi air didalamnya, merupakan potensi sumberdaya air dari gunungapi yang besar dan banyak manfaatnya untuk pengairan dan bisa untuk pengembangan energi listrik dari tenaga air (mikro hydro).
Wisata
Potensi wisata daerah G. Talang yaitu dengan terdapatnya mata air panas di kaki Gunung api yaitu di daerah Bt. Kili, Batubarjanjang, Buah Batung dan Sapan. Juga terdapat 2 buah danau, yang awalnya mungkin kawah, yaitu danau Talang dengan luas 1950 m x 1050 m dengan kedalaman 88m, ketinggian 1674 m dml dan Danau Kecil seluas 400 m x 100 m ketinggian 1707 m. Tempat-tempat itu belum dikembangkan untuk wisata atau untuk keperluan kesehatan dalam penyembuhan berbagai penyakit kulit.
Puncak G. Talang banyak menarik minat para pencinta alam dan para pendaki, terutama anak-anak muda pelajar dan mahasiswa yang senang melakukan pendakian.
SEJARAH LETUSAN
1833 | - | Korthals melihat suatu letusan dari |
1843 | - | Kern ( 1845, p.94 ) melaporkan terjadi letusan pada 21 Oktober. |
1845 | - | Stumpe menggambarkan tiang asap raksasa berwarna hitam yang besar pada 22 April, hinggga rakyat menjadi panik karenanya. Letusannya terjadi juga dari kawah parasit (Junghuhn, 1853 p.1243 ). |
1883 | - | Verbeek ( 1883, p.505 ) menyebut – nyebut adanya dua buah rekahan dengan jurus timurlaut-baratdaya.Yang giat adalah rekahan sebelah selatan. Neumann van Padang ( 1951,p.29 ) mencantumkannya juga sebagai letusan dari kawah parasit. |
1963 | - | Kenaikan kegiatan |
1967 | - | Seorang pengamat gunungapi melaporkan, bahwa pada 10 Oktober terdapat kenaikan kegiatan tembusan fumarola pada sebuah celah sepanjang lk 800 m selebar 10 hingga 50 m dengan jurus timurlaut. Kegiatan utamanya terjadi pada 7 lubang utama,lk 200 m dibawah puncak. Tidak terjadi letusan ( Kusumadinata, 1967, p.3 ). |
1972 | - | Tidak ada hal yang menyolok. Suhu mataair panas batu barjanjang pada 9 September adalah 58oC (55oC dalam Juni 1952 dan 61oC dalam Nopember 1967 ). |
1981 | - | 23 Maret terdengar suara gemuruh dan asap tebal serta bau belerang kuat, yang sebelumnya didahului oleh adanya gempa yang terjadi sejak Agustus 1980 hingga Maret 1981 |
Lapangan fumarola | Juni 1952 | Nopember 1967 | | Okt 2001 |
1. Gadang Atas I | 95oC | 96oC | 95o, 80oC | 115 o C |
2. Gadang Atas II | 95oC | 96oC | 92o, 94o, 94oC | 110 o C |
3. Belerang Tanah | 97oC | 86oC | 93 o , 88o, 94oC | 100 o C |
Karaker Letusan
Letusan bersifat explosive
Periode Letusan
Periode letusan tidak jelas, pada abad 19 periode letusan hampir 10 tahun, namun pada abad 20 tidak ada letusan besar yang berarti, yang terjadi hanya beberapa kali kenaikan kegempaan yang disertai adanya hembusan asap yang berbau belerang kuat di sekitar kawah.
GEOLOGI
Morfologi
Bentuk dan struktur G. Talang, menurut Neumann van Padang (1951, p.28 ), adalah kembar dengan Pasar Arbaa yang telah padam. Puncaknya tidak mengandung kawah. Tempat terjadinya letusan dan tembusan fumarola merupakan sebuah lembah sepanjang lk 300 m dan selebar 30 – 90 m antara garis ketinggian 2360 hingga 2460 m dml.
Menurut Akkersdijk ( 1927, p.74 ) terbagi-bagi oleh tembereng lingkaran dari andesit menjadi ‘kawah ‘ selebar 10 – 4 m sedalam-dalamnya 50 m.
Terdapat dua buah danau, mungkin tadinya kawah, ialah Danau Talang, luas 1950 x 1050 m dan sedalam 88 m, 1674 m dml, dan Danau Kecil seluas 400 x 100 dan setinggi 1707 m.
Mataair panas terdapat di kaki gunung, ialah di Bt. Kili, Batubarjanjang, Buah Batung dan Sapan. Berdasarkan data geologi yang terangkum, dijumpai adanya sebaran awan panas yang terdiri dari blok dan abu vulkanik yang cukup luas di bagian lereng dan kaki G. Talang, juga sebaran lava yang cukup luas, menandakan bahwa G. Talang pernah meletus cukup besar dalam sejarah pertumbuhannya.
GEOFISIKA
Seismik
Pengamatan seismik dilakukan dari pos PGA di Batu Barjanjang, Gempa-gempa umumnya sering didominasi oleh gempa tektonik pada saat keadaan aktif normal. Gempa Vulkannik harian yang tercatat dalam keadaan normal adalah rata-rata kurang dari 2 kali perminggu dan kenaikan kegempaan yang pernah terjadi pada bulan Oktober- Nopember tahun 1995 dan terjadi pula kenaikan kegempaan pada bulan Agustus - September 2001 disertai letusan freatik pada 25 September 2001.
GEOKIMIA
Jenis Batuan Andesit
Hasil analisis Batuan G. Talang
Diambil pada 11 Agustus 1973
- | SiO2 | 59,65% |
- | Fe203 | 3,53 |
- | Fe0 | 1,79 |
- | Al203 | 19,98 |
- | Ca0 | 6,32 |
- | Mg0 | 1,95 |
- | Ti0 | 0,54 |
- | Mn0 | 0,01 |
- | S03 | 0,20 |
- | P205 | 0,49 |
- | Na20 | 2,65 |
- | K20 | 1,37 |
- | H20 | 0,99 |
- | Hilang dibakar | 1,70 |
Analisis 30 Desember 1973 oleh : D. Darsadudin.
Kimia air panas dan Endapan Lumpur.
Erupsi freatik terjadi 25 September 2001 di Kawah Gabuo Atas, pada jarak yang tidak berjauhan dijumpai 4 lubang bekas letusan, masing-masing berdiameter tidak lebih dari 2 meter. Di ke empat lubang ini telah keluar mata air panas, disalah satu lubang bekas letusan masih terdapat endapan lumpur tipis yang berwarna ke abu-abuan. Sebaran lumpur hanya di sekitar lubang, diambil contoh endapan lumpur dan mata air panas ( T = 100°C ) untuk dianalisa di laboratorium. Hasil analisa endapan lumpur sebagai berikut.
Hasil analisa contoh lumpur memberikan gambaran bahwa komponen-komponen yang habis terbakar (HD) cukup tinggi. Ini menandakan banyaknya kandungan organik di dalam endapan lumpur tersebut. Kandungan Al2O3 yang tinggi mencerminkan bahwa Lumpur tersebut lebih banyak mengandung batuan samping yang teralterasikan kuat. Tidak terlihat di dalamnya komponen-komponen magmatik yang signifikan. Jelas bahwa endapan lumpur ini merupakan produk letusan freatik.
Hasil analisa air panas dari tempat yang sama adalah dari jenis air asam yang ditunjukan oleh kandungan sulfat yang tinggi. Temperatur gas yang cukup tinggi dicerminkan pula oleh kandungan SiO2 yang tinggi.
Lumpur letusan freatik 25 September 2001 di lokasi Gabuo Atas (MA. Purbawinata 2001)
Unsur | dalam % | A | B |
- | SiO2 | 38,73 | 56,83 |
- | Fe203 | 0,97 | 0,90 |
- | Al203 | 28,61 | 19,98 |
- | Ca0 | 0,10 | 0,24 |
- | Mg0 | 0,02 | 0,02 |
- | Ti0 | 0,78 | 0,85 |
- | Mn0 | 0 | 0,01 |
- | P205 | 0,39 | 0,26 |
- | Na20 | 0,84 | 0,56 |
- | K20 | 1,30 | 1,71 |
- | H20 | 5,01 | 0,96 |
- | HD | 22,81 | 16,41 |
Hasil analisis air dari mata air panas
Nopember 1967 | Bt. Kili | Batubarjanjang | Buah Batung | Sapan |
Kekeruhan | jernih | jernih | jernih | jernih |
Warna | t.a | t.a | t.a | t.a |
Bau | t.a | t.a | t.a | t.a |
Rasa | t.a | t.a | t.a | t.a |
pH | 7,0 | 6,7 | 6,7 | 6,4 |
Dalam mg/1
Sisa Kering | 1140,0 | 500,0 | 900,0 | 620,0 |
Sisa Pijar | 940,0 | 400,0 | 800,0 | 520,0 |
Hilang dalam pemijaran | 200,0 | 100,0 | 100,0 | 100,0 |
Ca++ | 51,3 | 27,1 | 89,0 | 28,5 |
Mg++ | 35,1 | 18,2 | 49,4 | 35,5 |
SiO2 | 56,8 | 64,0 | 76,4 | 34,0 |
Zat organic(KMn04) | 4,4 | 4,0 | 3,1 | 6,5 |
CO2 bebas | 9,5 | 19,0 | 19,0 | 9,3 |
HCO3_ | 504,8 | 208,4 | 129,1 | 129,1 |
CO3--- | t.a | t.a | t.a | t.a |
Fe jumlah | t.a | t.a | t.a | 0,05 |
Mn++ | t.a | t.a | t.a | t.a |
SO4-- | 57,1 | 67,5 | 264,7 | 124,6 |
Cl- | 158,0 | 25,0 | 160,0 | 88,0 |
K+ dan Na+ (dihitung sebagai Na+ ) | 196,2 | 61,4 | 51,3 | 66,2 |
Juni 1952 | Batu Barjanjang | Buah Batung | Sapan |
Sisa Kering | 465,0 | 853,0 | 1102,0 |
Sisa pijar | 375,0 | 621,0 | 847,0 |
Hilang dalam pemijaran | 90,0 | 231,0 | 255,0 |
Asam bebas | t.a | t.a | t.a |
H2S | t.a | 28,8 | t.a |
SiO2 | 173,0 | 128,0 | 145,0 |
Ca++ | 52,8 | 110,0 | 132,9 |
Mg++ | 2,6 | 32,4 | 57,3 |
Fe++(energi) | t.a | t.a | t.a |
Mn+ | t.a | t.a | t.a |
HCO3- | 192,2 | 192,2 | 219,6 |
SO4 | 59,3 | 187,6 | 331,6 |
Cl- | 15,4 | 8,7 | 127,8 |
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistim Pemantauan
Pemantauan kegiatan G. Talang dilakukan di pos PGA G. Talang yang terdapat di daerah Batu Barjanjang pada posisi 100o 42’ 10” ketinggian 1393,93 m dpl. Kegiatan pemantauan berupa pemantauan seismik (kegempaan) yang menerus selama 24 jam, dengan seismometer PS - 2 Kinemetrik sistim pancar dan sensor diletakan di lereng G. Talang pada bagian atas dari mata air panas.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran suhu air panas, fumarola dan solfatara serta pengamatan warna asap, tinggi asap dan kekuatan hembusannya, yang dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap hari ke Direktorat vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui SSB.
Pemantauan secara berkala (kegempaan deformasi) dilakukan disaat-saat gunungapi mengalami peningkatan, misal kegempaan, seperti pada tahun 2001.
Peta Daerah Bahaya
Dalam mengantisipasi sebelum terjadinya bencana letusan gunungapi, khususnya G. Talang, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, telah menerbitkan Peta Daerah Bahaya, yang bertujuan untuk memberikan petunjuk kemana arah bahaya dan kemana tempat menghindar/mengungsi bila terjadi letusan G. Talang, yang terbagi menjadi, Daerah Bahaya dan Daerah Waspada.
Daerah Bahaya adalah daerah yang mudah terjangkau oleh hasil letusan Gunungapi seperti oleh aliran lava, aliran piroklastik dan oleh jatuhan batu pijar, sedangkan daerah Waspada adalah daerah yang kemungkinan terlanda terutama oleh akibat sekunder, yaitu aliran lahar.
Daerah bahaya berada di sekitar puncak mulai dari ketingian 1300 sampai ke puncak, termasuk sebagian desa Kubang Kacik, Bale Ateh dan Batu Barjanjang, meliputi seluas 76,1 km2.
Daerah Waspada tersebar dari ketinggian 1200, pada radius 8 km dari puncak, menyebar ke sungai yang berhulu di G. Talang diantaranya mengikuti lembah sungai Muara Gauang, dan Bt. Sumani, termasuk sebagian Kecamatan Lembang Jaya, meliputi Nagari Koto Anau, Batubanyak, Koto Lawas, Kampung Batu dan Simpang Tanjung Nan Ampek, seluruh nagari di Kecamatan G. Talang dan sebagian Kecamatan Bukit Sundi, Kubung dan Singkarak.
DAFTAR PUSTAKA
· K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi
· A.C. effendi, 1990, G. Talang, Berita Berkala Vulkanologi edisi khusus.
· L. Manalu, 1992, Laporan Pengumpulan data G. Talang.
· R.D. Ervan dkk, 1996, Laporan Pengumpulan Bahan Informasi G. Talang.
· E. Kriswati dkk, 1998, Laporan Pengamatan Visual dan Seismik G. Tandikat, G.Talang, G. Kerinci dan G. Kaba.
· M. A. Purbawinata dkk (2001), Laporan aktivitas G. Talang September 2001.
Dokumentasi Peta
· Nama Lembar Peta
· Nomor Lembar Peta
· Skala Peta
· Penerbit Peta
· Tahun Penerbitan
Lain - Lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar