29 Oktober 2010

Sinabung

SINABUNG, Sumatera Utara

Compiler : Rudy Dalimin (rudal@vsi.esdm.go.id)

Editor : Asnawir Nasution


Keterangan Umum

Nama Gunungapi

:

G. Sinabung

Nama Lain

:

Sinaboeng

Nama Kawah

:

Kawah I - IV. Kawah Batu Sigala (III)

Lokasi

a. Administrasi

b. Posisi Geografi

:

:

Termasuk wilayah Kab. Karo (Kabanjahe), Prop. Sumatera Utara. G. Sinabung terletak 86 km ke arah selatan dari kota Medan yang merupakan ibu kota Propinsi dan kota terbesar yang terdekat.

3°10’LU dan 982°3.5' BT (Atlas Trop. Nederl.1938,Lemb.12b)

Ketinggian

:

a. 2460 m dpl (Jvsl. Top.Dienst, 1912, plate 24)

Tipe Gunungapi

:

Strato

Pendahuluan

a. Cara pencapaian

G.Sinabung dapat dicapai dengan kendaraan roda 4 dari kota Kabanjahe, sebuah kota kecamatan yang terletak di kaki tenggara. Pendakian ke puncak G. Sinabung dapat dilakukan dari Desa Mardinding di kaki baratdaya dalam waktu ± 5 jam jalan kaki.

b. Demografi

Kota terdekat adalah Kabanjahe di sebelah tenggara, dibandingkan dengan kota kecamatan lainnya jumlah penduduk kota Sinabung ± 9.200 jiwa (1982). Kota kecamatan lain yang termasuk di kaki gunungapi ini adalah Kecamatan Payung dengan penduduk 9.073 jiwa (data tahun 1982), dan Kecamatan Simpang Empat terdiri atas 4.520 jiwa (data 1982) diperkirakan pada saat ini telah bertambah lebih banyak.

Sebagian besar penduduk bermukim di pedesaan yang tersebar di sekeliling kaki dan lerengnya, kecuali lereng dan kaki barat, baratlaut dan utara dimana morfologi dan topografinya relatif terjal namun mempunyai alam yang cukup sejuk dengan Danau Kawar yang terletak di kaki baratlaut.

Mata pencaharian penduduk pedesaan di sekitarnya sebagian besar umumnya bertani, dan sisanya terdiri atas pegawai negeri, pedagang dan buruh.

Di antara kota-kota di sekitarnya Brastagi dan Kabanjahe diperkirakan mempunyai penduduk terbanyak karena merupakan kota tujuan wisata dan juga kota transit.

c. Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

Hasil erupsi G.Sinabung pada masa lalu telah menghasilkan banyak batuan yang dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan baik berupa PAD maupun pendapatan masyarakat yang berada di sekeliling lerengnya. Produk erupsi G. Sinabung terutama terdiri atas batuan keras (lava) dan pasir (endapan jatuhan piroklastik) yang dapat dijumpai di sekitar lereng dan kakinya.

Sumberdaya lain yang dapat dimanfaatkan adalah endapan sublimasi belerang yang terdapat di daerah puncak dan endapan yang baik terkonsentrasikan pada dinding-dinding kawah (M.S. Santoso dkk, 1982). Pada tahun 1912 pernah dilakukan penyelidikan oleh peminat yang akan memanfaatkan belerang tersebut, namun tidak diketahui bagaimana kelanjutan hasil penyelidikan tersebut.

Disamping kedua jenis sumberdaya gunungapi tersebut di atas juga terdapat manifestasi (kenampakan) sumberdaya panasbumi berupa kegiatan solfatara, yang juga terdapat di daerah puncak (M.S Santoso dkk, 1982).

d. Wisata

G. Sinabung juga merupakan gunungapi soliter dengan bentuk kerucut yang relatif sempurna dan alur-alur sungai berbentuk radial, menjulang tinggi di atas dataran tinggi Karo. Oleh karena itu, secara keseluruhan G. Sinabung dan sekitarnya mempunyai alam yang indah sebagai tujuan wisata.

SEJARAH LETUSAN


Tulisan mengenai G. Sinabung sangatlah sedikit sehingga tidak banyak diketahui tentang sejarah kegiatannya pada masa lalu meskipun produk erupsinya terutama lava banyak ditemukan di daerah lereng dan puncaknya. Kegiatan yang diketahui pada 1881? Kenampakan kondisi kawahnya dengan beberapa solfatara yang masih menunjukkan aktivitas vulkanik mengindikasikan bahwa gunungapi ini diperkirakan masih berpotensi untuk bererupsi, meskipun perlu dilakukan penyelidikan dan pengamatan lebih lanjut untuk membuktikannya.

Karakter letusan

Ditinjau dari produk erupsinya yang banyak terdiri atas batuan lava menunjukkan bahwa corak erupsi G. Sinabung lebih didominasi oleh erupsi bersifat efusiv namun kadang-kadang diselingi oleh erupsi bersifat esplosiv.

GEOLOGI


Fisiografi

G. Sinabung dan G. Sibayak merupakan suatu kelurusan dengan Danau Toba yang terletak di sebelah selatannya. Dibadinga dengan G. Sibayak yang tubuhnya telah rusak, G. Sinabung mempunyai tubuh yang sangat mulus dan merupakan gunungapi soliter yang muncul di atas Dataran Tinggi Karo.

Morfologi

Dilihatdari bentuk tubuhnya yang relatif lebih mulus menunjukan bahwa G. Sinabungrelatif lebih muda daripada G. Sibayak yang terletak di sebelah baratlautnya.G. Sinabung merupakan gunungapi strato dengan kerucut bagus, secara morfologi dapat dibagi menjadi tiga satuan yaitu : satuan morfologi puncak, satuan morfologi lereng dan satuan morfologi kaki.

Sruktur geologi

Ditinjau dari pola struktur regional yang dapat diamati, G. Sinabung dan G. Sibayak mempunyai kelurusan dengan Danau Toba, diperkirakan aktivitas dan kemunculan gunungapi ini mempunyai kaitan erat dengan terjadinya Danau Toba tersebut.

Sejarah geologi

Diperkirakan gunungapi ini mulai tumbuh antara Plistosen hingga Holosen, dengan menghasilkan banyak aliran lava pada lereng-lerengnya.

Stratigrafi

Secara regional gunungapi ini termasuk Kuarter, sedangkan stratigrafi vulkanik gunngapi ini belum ada (belum dipetakan).

Petrografi

Batuan lava dari peneliti terdahulu adalah berupa : Andesit piroksen

Komposisi mineral terdiri atas: augit, hornblende dan hipersten.

GEOFISIKA


Belum pernah dilakukan

GEOKIMIA


Kimia batuan/petrokimia (lava)

Analisis kimia yang diperoleh dari lava andesit piroksen berupa elemen mayor yaitu:

Mayor (% berat) SiO2

55.99

TiO2

0.70

Al2O3

18.19

Fe2O3

4.10

FeO

3.85

MnO

-

MgO

3.02

CaO

8.27

Na2O

3.28

K2O

1.53

P2O5

0.13

H2O+

0.99

H2O-

0.20

Total %

100.25

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Meskipun gunungapi ini tidak dimasukkan dalam kelompok gunungapi aktiv tipe A, dan juga berlum ada penyelidikan tentang kegiatan terakhir gungapi ini, dilihat dari kondisi kawahnya yang masih menunjukkan aktivitas vulkanik bukan tidak mungkin bahwa gunungapi ini dapat meletus pada waktu yang akan datang.

Oleh karena itu usaha mitigasi untuk mengantisipasi kemungkinan erupsi pada waktu yang akan datang perlu dilakukan penyelidikan geologi terutama studi stratigrafi detil untuk mengetahui evolusi dan sejarah kegiatannya, baru kemudian bila perlu diikuti dengan pemantauan secara visual dan instrumental.

Usaha mitigasi lainnya berupa pembuatan peta kawasan rawan bencana, peta zona risiko bahaya gunungapi, penelitian deformasi, geokimia, dan geofisika yang dilakukan secara berkesinambungan.

Daerah Bahaya G. Sinabung

Peta Daerah Bahaya oleh M.S Santoso dkk (1982) membagi daerah bahaya G. Sinabung yang ada masih bersifat sementara. Dalam peta daerah bahaya tersebut dibagi dua tingkatan yaitu Daerah Bahaya (warna merah) dan Daerah Waspada (warna kuning).

Berdasarkan produk erupsinya pada masa lalu yang dominan terdiri atas lava dan diselingi oleh piroklastik menunjukkan bahwa letusan G. Sinabung dapat digolongkan sebagai letusan yang didominasi oleh erupsi bersifat efusiv.

Daerah Bahaya

Daerah Bahaya meliputi daerah berjari-jari ± 3 km dari pusat erupsi, bervariasi dan diperpanjang mengikuti bentuk morfologi dan topografi di sekitar lerengnya terutama sungai-sungai yang berhulu di daerah puncak. Jarak terpanjang sejauh 5 km ke arah selatan mengikuti cabang K. baru, sedangkan jarak terpendeknya menuju ke arah utara, barat dan timur sejauh ± 3 km. Luas Daerah Bahaya ± 30 km2 dengan jumlah penduduk ± 200 jiwa pada tahun 1982 (Santoso dkk, 19820).

Daerah Waspada

Daerah Waspada merupakan perluasan daerah bahaya berpusatkan titik erupsi yan sama dengan jari-jari 5 km. Jarak terjauh ± 11 km ke arah baratdaya mengikuti lembah sungai Penra, L. Mahakam dan L. Baru. Jarak terpendeknya ± 5 km ke arah barat. Luas daerah waspada ± 32 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 1981 sebanyak 13.593 jiwa (Santoso dkk, 1982).

DAFTAR PUSTAKA


· Santoso, M.S., S. Wikartadipura, dan A.D Sumpena,1982 Laporan Kegiatan Pemeriksaan Puncak dan Pemetaan Daerah Bahaya G. Sinabung, Sumatra Utara.

· Simkin, T. & L. Siebert, 1994 Volcanoes of the World; Second Edition. A Regional Directory, Gazetteer and Chronology of Volcanism During the Last 10.000 years. Smithsonian Institution, Global Volcanism Program

· Westerfeld, J., 1952 Quaternary Volcanism on Sumatre. Bull. Geol. Soc. Am, 63: 561-594

Dokumentasi Peta

Peta geologi regional skala 1 : 250.000

Pemeta: Cameron, Aspden, Bridge, Djunudin, Ghazali dkk

Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

Peta-peta topografi/rupabumi

Peta Indeks topografi

Skala 1 : 50.000; 1.250.000

Ukuran 23 x 29 inci

Publikasi tahun : 1983

Penerbit: Badan Koordinasi Survey & Pemetaan Nasional

Peta Indeks 1 : 250.000, berwarna & hitam putih, berupa foto copy

Ukuran 08 x 14” ada dua lembar dari 8 lembar, dalam bahasa Inggris

Peta topografi

Skala 1 : 250.000, garis kontur 100 meter

Nama lembar : Medan

Penerbit: BAKOSURTANAL

Data publikasi 1986

Format : berwarna

Ukuran 20 x 33 inci

Proyeksi Tranverse Mercator

1 komentar:

  1. EDIT: (Santoso dkk, 19820). Harusnya Santoso dkk, 1982.

    BalasHapus