01 November 2010

Papandayan

Papandayan, Jawa Barat

Compiler : A.R. Mulyana (arm@vsi.esdm.go.id)

Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution


Keterangan Umum

Nama Gunungapi

:

G. Papandayan

Nama Lain

:

-

Nama Kawah

:

Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk

Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal ALun-alun dan Tegal Brungbung.

Lokasi

a. Administrasi

b. Posisi Geografi

:

:

Kabupaten Garut, Jawa Barat

7°19’00" LS dan 107°44'00"BT

Ketinggian

:

a. 2665 dml

b. 1950 m di atas dataran kota Garut.

Kota Terdekat

:

Garut

Tipe Gunungapi

:

Strato tipe A

Pos Pengamatan

:

Terletak pada ketinggian 1050 m dml di kampung Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan.

Pendahuluan

Cara Pencapaian

Kawah Mas G. Papandayan dapat dicapai dari Bandung dengan kendaraan bermotor melalui 2 jalan alternatif. Jalan alternatif pertama, melalui kota Garut (lama perjalanan sekitar 2 jam), lalu menuju Kecamatan Cisurupan (lama perjalanan sekitar 20 menit) dan dari sini dilanjutkan hingga Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 25 menit). Jalan alternatif kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah perkebunan Garut Selatan (Perk. Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy (lama perjalanan sekitar 3 jam), dari sini dilanjutkan menuju Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 30 menit).

Demografi

Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timurlaut, tenggara dan timur-tenggara yakni di Kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Cisurupan. Sedangkan pemukiman penduduk di sektor utara, baratlaut, barat, baratdaya dan selatan jumlahnya relatif sedikit.

Inventarisasi Sumberdaya Gunung Api

a. Batuan Beku

Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit dan andesit-basaltik, dimanfaatkan menjadi batu belah dan batu lempengan untuk keperluan bahan bangunan dan batu hias serta pengerasan jalan dan pembuatan jembatan.

b. Belerang (Sulfur)

Cadangan belerang (sulfur) cukup berlimpah, terutama di Kawah Mas (puncak G.Papandayan), dipergunakan untuk pembuatan pupuk. Akses jalan menuju Kawah Mas sudah beraspal dengan kondisi relatif baik, kecuali antara tempat parkir dan Kawah Mas.

c. Kaolin

Cadangan kaolin relatif sedikit, terutama terdapat di sekitar G. Walirang, Kawah Mas dan di sebaran endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Biasanya dipergunakan untuk pembuatan porselin dan obat-obatan.

Wisata Gunungapi

Terdapat di sekitar puncak G. Papandayan, yakni di Kawah Mas. Untuk objek camping yang cukup representatif, adalah di sekitar Tegal Alun-alun dan Tegal Brungbung. Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor barat, baratlaut dan utara, terutama karena hamparan perkebunan tehnya.

Bagi penggemar hiking, dapat melakukannya melalui sektor timurlaut, yakni melalu kampung Panday, melewati Pos Pengamatan G, Papandayan (berposisi di kampung Pusparendeng), kampung Pangauban (dengan kemiringan lereng relatif kecil, yakni berkisar antara 5o dan 10o). Dari sini menuju puncak G.Papandayan sektor timurlaut melewati punggungan berkemiringan lereng antara 30 o dan 45o. Lama perjalanan berkisar 5-6 jam.

Geologi


1. Foto Udara

Foto udara skala 1:40.000 daerah G. Papandayan dan sekitar, lengkap, begitu juga Landsatnya.

2. Peta Geologi

Peta geologi G. Papandayan dan sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat skala 1:25.000 telah diterbitkan oleh Direktorat Vulkanologi pada tahun 1986.5)

Penulis : Pudjo Asmoro, Deden Wahyudin, dan Eddy Mulyadi

Partisipan pelaksanaan pemetaan geologi gunungapi Papandayan :

Tim Vulkanologi : R.D. Erfan, R. Bacharudin, Suparman, A.R. Mulyana, R.D. Hadisantono, E. Kusdinar, A. Zaennudin, I.N. Dana, O.K. Suganda, dan H. Loebis.

Tim USGS : D. Peterson, C. Newhall, T. Cassadeval, H. Glicken, dan D. Frank.

Lembar peta topografi yang dipakai adalah terbitan AMS skala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000. Untuk keperluan kompilasi, dipergunakan peta geologi regional Lembar Garut dan Pameungpeuk, skala 1:100.000.

Output Peta Geologi Gunungapi, adalah :

Pembagian morfologi G. Papandayan (didasarkan atas perbedaan bentuk, kemiringan lereng, bentuk dan struktur lembah), dipisahkan menjadi: Morfologi Puncak (G.Papandayan, +2640 m, G. Masigit, +2671 m, Pasir Malang, 2679 m, dan G. Nangklak, +2474 m, dicirikan dengan dinding tajam dan lembah sempit, erosi kuat, vegetasi lebat); Morfologi Tubuh (termasuk di dalamnya adalah kawah Brungbrung, Kawah Manuk, Kawah Nangklah, Kawah Baru dan Lembah Ruslan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran radier; Morfologi Kaki, dicirikan oleh morfologi berelief halus di sektor timurlaut dan selatan, dan berelief sedang di sektor selatan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran dendrtitik; dan Morfologi Tapalkuda, merupakan depresi berarah timurlaut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong dan Cibodas sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris avalanche deposit).

Stratigrafi, dipisahkan menjadi Produk Primer, terdiri dari Batuan Tersier terdiri dari andesit, ditemukan di sebelah selatan G. Papandayan; Produk Gunungapi di sekitar G. Papandayan (endapan jatuhan piroklastik G. Geulis, intrusi G. Kembar, endapan jatuhan piroklastik dan aliran lava G.Cikuray, endapan jatuhan piroklastik G. Jaya, dan aliran piroklastik G.Puntang); Produk G. Papandayan (aliran lava, endapan jatuhan dan aliran piroklastik); Produk Kawah Tegal Alun-alun (aliran lava dan endapan aliran piroklastik); Produk G. Nangklak (endapan jatuhan piroklastik); Produk Kawah Manuk (endapan jatuhan piroklastik); dan Produk Kawah Mas (endapan jatuhan piroklastik) dan Produk Sekunder (endapan guguran puing Kawah Manuk, endapan guguran puing Kawah Mas, dan lahar).

Struktur Geologi, dipisahkan menjadi struktur sesar dan struktur kawah. Struktur sesar umumnya berjenis sesar normal, ditemukan di sekitar G.Nangklak, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Mas dan G.Walirang, serta di lereng baratlaut dan tenggara G.Papandayan, berarah umum NE-SW, NW-SE. dan NNW-SSE dengan indikasi berupa breksiasi, kelurusan topografi, zona hancuran Struktur kawah, terdapat di Kawah Mas, Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, dan Kawah Baru.

Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan pembentukkan Pegunungan Selatan (tersier), diikuti dengan pembentukkan gunungapi di lsekitar G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G. Jaya, dan G. Puntang), disusul dengan pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan kawah Papandayan, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk, Kawah Mas, dan Kawah Baru. Pembentukkan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi sebelum tahun 1772 (tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk) dan terjadi pada tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas).6)

Petrografi

Aliran lava produk G. Papandayan, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni: aliran lava berkomposisi basalt augit hipersten (bertekstur aliran pilotaksit, terdiri dari andesin An56An44 hingga labradorit An46An54, augit, hipersten, olivin, magnetit dalam masadasar gelas gunungapi) dan aliran lava andesit hipersten augit. 7), 8)

Lava andesit hipersten augit vitrofirik, terdiri dari lava bertekstur vitrofirik, terdiri dari hipersten, augit, andesin An66An34, dan magnetit dalam masadasar gelas gunungapi; sebagian terubah (kloritisasi, limonitasasi dan serisitisasi). Di beberapa tempat terdapat batuan asing (kuarsit dan batulempung mengandung bijih) yang terkungkung dalam lava andesit hipersten augit.

Lava andesit hipersten augit kriptokristalin, tersusun oleh hipersten, augit, andesin An66An34, magnetit, dan pigeonit dalam masadasar gelas gunungapi. Sebagian lava yang terdapat di sekitar Kawah Walirang sudah tidak bisa dikenali lagi, berwarna merah bata, abu-abu keputihan – cenderung berubah menjadi lempung dan kaolin. 9)

Di daerah kawah, pengaruh hembusan solfatar terhadap aliran lava menghasilkan endapan lempung dan kaolin bercampur lumpur belerang, sering disertai dengan firit, lembar-lembar gipsum, limonit dan jarosit. 10)

5) Pudjo Asmoro, dkk., Peta Geologi G. Papandayan dan sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat skala 1:25.000; Bandung: Direkt. Vulkanologi, 1986.

6) Ibid.

7) M.Z. Sjarifudin, Penyelidikan Petrologi dan Pemeriksaan Petrografi Batuan (Lava) G.Papandayan dan Sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanologi, 1985.

8) R. Mawardi, dkk., Laporan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanologi, 1995.

9) M.Z. Sjarifudin, loc. cit.

10) M.Z. Sjarifudin, loc. cit.

GEOFISIKA


Gaya Berat

Pola anomali gayaberat regional G. Papandayan, memberikan gambaran sebaran densitas batuan dalam yang besar di bagian selatan dan menurun ke arah utara. Bentuk kontur yang melingkar elipsoidal di bagian tengah memberikan gambaran adanya zona densitas batuan yang rendah. Pola anomali Bouguer G. Papandayan, memperlihatkan harga anomali tinggi, seperti halnya anomali magnetik, mendominasi bagian selatan peta. Hal ini diperkirakan erat kaitannya dengan batuan dasar G. Papandayan, berupa andesit Pegunungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh batuan vulkanik produk letusan G. Papandayan yang penyebarannya dicerminkan dalam pola anomali sisa, menutup hampir seluruh bagian peta.

Terdapat harga anomali rendah dan tinggi yang kontras di sebelah timur kawah. Di bagian anomali rendah diasumsikan kemungkinannya merupakan bekas kawah G. Papandayan, saat ini diisi oleh material baru. Ke arah vertikal, harga terendah di bagian timur kawah terlihat bergerak mendekati kawah sekarang.

Hal ini, mencerminkan kemungkinan adanya perpindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat. Data sebaran episenter gempa, mendukung asumsi di atas.; sedangkan data permukaan berupa topografi, merupakan pencerminan morfologi yang ada sekarang. 16)

Berdasarkan penyebaran anomali gayaberat, baik anomali Bouguer maupun anomali sisa dapat disimpulkan sebagai berikut. 17)

1. Harga anomali tinggi Bouguer yang dominan menempati daerah selatan peta (yang didukung oleh anomali magnetik tinggi), merupakan pencerminan basement batuan andesit tua Pegungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh produk vulkanik baru.

2. Diperkirakan telah terjadi perpiindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat, secara vertikal ditunjukkan oleh harga anomali rendah Bouguer dan anomali sisa.

Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999)18), hasil data lapangan untuk Metoda Gayaberat, adalah:

1. Hasil perhitungan Anomali Bouguer ataupun Anomali Sisa memperlihatkan dua kelompok anomali, yakni kelompok anomali rendah (negatif) <> 0 miligal, terdapat di bagian tengah, baratdaya, timurlaut dan tenggara daerah penyelidikan.

2. Dari hasil interpretasi Anomali Bouguer dan Anomali Sisa dapat disimpulkan bahwa struktur sesar yang terjadi di daerah penyelidikan terdapat enam buah struktur sesar yang diperkirakan. Dua sesar berarah hampir utara-selatan (baratlaut-tenggara), dua buah sesar mengarah baratdaya-timurlaut, dan dua buah sesar berarah baratlaut-tenggara.

3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.

Geomagnet

Penyebaran pola anomali magnetik G. Papandayan, di bagian barat dan tenggara kawah, berelief magnetik yang tinggi (>45.500 nT) dan secara sporadis terlihat anomali tinggi membentuk lingkaran-lingkaran kecil, terdapat di bagian timurlaut menyebar ke arah selatan. Di daerah puncak dan kaki G. papandayan, menunjukkan relief magnetik yang lebih rendah dari 45.500 nT.

Harga anomali tinggi diperkirakan adanya intrusi magma, baik yang muncul maupun yang tidak mencapai permukaan dan penyebaran leleran lava, kesemuanya mempunyai harga susceptibilitas yang tinggi terhadap batuan sekitar. Penurunan drastis harga kemagnetikan di bagian barat kawah disertai kelurusan kontur utara-selatan, diperkirakan berasosiasi dengan terdapatnya struktur sesar. Sedangkan harga anomali magnetik tinggi di bagian tenggara (di daerah Cikajang) dan korelasinya dengan harga anomali Bouguer di daerah ini yang menunjukkan harga densiti tinggi, diperkirakan akibat adanya pengaruh daerah andesit tua Pegunungan Selatan.

Topografi bagian selatan G. papandayan, memperlihatkan morgologi perbukitan, ditunjukkan oleh relief anomali magnetik maupun gayaberat. Sebaran sumber gempa yang memperlihatkan konsentrasinya di sekitar kawah ke arah timur dan timurlaut dengan arah struktur saling berpotongan, ditunjukkan oleh kelurusan anomali magnetik di bagian barat dengan arah utara-selatan dan timur-barat di bagian timur kawah, pada zona anomali rendah di sekitar puncak. 19)

Berdasarkan analisa metoda magnetik di G. Papandayan, disimpulkan sebagai berikut. 20)

1. Daerah dengan harga anomali magnetik tinggi, kemungkinan berasosiasi dengan adanya intrusi bawah permukaan maupun adanya leleran lava di permukaan sebagai produk akhir letusan gunungapi yang mempunyai susceptibilitas batuan relatif tinggi dengan produk vulkanik lainnya.

2. Kelurusan dengan arah utara-selatan di bagian barat kawah, diperkirakan karena pengaruh struktur sesar. Daerah dengan bentuk kontur elipsoidal, diperkirakan karena pengaruh intrusi batuan dalam.

Seismik

Monitoring aktivitas G. Papandayan dilakukan secara kontinu dari Pos Pengamatan G.Papandayan (Kampung Pusparendeng, berposisi di sebelah timurlaut G. Papandayan).

Perlalatan monitoring seismik yang dipakai adalah Seismograph Telemetric System (Kinemetrics PS-2 type) dengan seismometer yang diposisikan di sekitar Kawah Mas-Kawah Waliran. Seismik, didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe-B), sebagian kecil berupa gempa tektonik dan gempa vulkanik dalam (tipe-A), serta hembusan gas. Peningkatan Jumlah gempa tektonik terjadi pada bulan Agustus 1997, disebabkan oleh efek aktivitas sesar Kendang yang melalui daerah geotermal Kamojang-Darajat.

Data Seismik Numerik dengan Sistem peralatan Balise yang dilakukan pada bulan Juni 1995, telah merekam 14 buah gempa tektonik dan 2 buah gempa vulkanik. Hasil analisis spektral bernilai frekuensi maksimum antara 0,9 – 1,3 Hz dengan lokalisasi dan kedalaman pusat gempa berkisar antara 0,9 – 2 km di bawah titik referensi. 21)

Deformasi

Pada tahun 1995, telah dibangun titik ukur (benchmark) baru 12 titik (5 titik untuk EDM, 5 titik untuk Levelling serta 2 titik untuk EDM dan Levelling. Penempatan titik ukur lebih difokuskan di sekitar kawah dan memanjang ke arah timur-timurlaut dengan tujuan dengan tujuan bahwa daerah sekitar kawah akan terdeformasi secara langsung dengan anggapan bahwa posisi kawah terletak relatif di atas sumber tekanan. Pengukuran EDM di G.Papandayan dibuat dengan dua sistem jaringan trilaterasi (jaringan trilaterasi puncak dan kaki, jaringan trilaterasi puncak dan lereng).

Pembangunan titik ukur levelling dilakukan dengan arah radial dari kawah, dimaksudkan agar apabila terjadi deformasi baik pembumbungan (inflation) maupun pengkerutan (deflation), maka hasil pemantauan levelling dapat memberikan gambaran deformasi secara berangsur menjauhi sumber.Sehingga memudahkan di dalam melakukan interpretasi mengenai kondisi tekanan internalnya (internal pressure). Perluasan jaringan trilaterasi ke arah timur-timurlaut dimaksudkan agar pengukuran dapat dilakukan setiap saat, baik dalam keadaan krisis maupun tenang. 22)

Geolistrik

Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999) 23), hasil data lapangan untuk Metoda Geolistrik, adalah:

· Nilai tahanan jenis rendah £10 Ohm-meter dijumpai di sekitar titik-titik A.9000, C.5000, C.5500, D.6500, D.7000, dan E.6500 pada bentangan AB/2=1000 meter. Pada bentangan ini, nilai tahanan jenis rendah berkembang sedikit lebih luas dengan pola kontur membuka ke arah timurlaut dan selatan. Dari perkembangan nilai tahanan jenis ini, diperkirakan semakin ke arah timurlaut dan selatan harga tahanan jenisnya semakin mengecil.

· Nilai tahanan jenis rendah yang membuka ke arah timurlaut, diperkirakan merupakan out flow dari G. Darajat, sedangkan di sebelah selatan merupakan pengaruh dari daerah alterasi akibat aktivitas G. Papandayan. Di bagian lain yang mempunyai nilai tahanan jenis rendah terdapat di antara Bayongbong dan Cisurupan, diperkirakan merupakan daerah endapan longsoran puing (debris avalanche deposit) dari G. Papandayan.

· Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.


16) Salman Palgunadi, dan Yusep Hidayat, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., 1999.

17) Ibid.

18) Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten DT. II Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., 1999.

19) Salman Palgunadi, dan Yusep Hidayat, Laporan Penyelidikan Magnetik G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., 1999.

20) Ibid.

21) Nia Kurnia Praja, dkk., Laporan Penyelidikan Seismik Numerik G. Papandayan dan Sekitarnya, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., 1995.

GEOKIMIA


Lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitarnya mempunyai kisaran silika antara 55,34 – 57,64%. Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO, karena proses pembentukkan mineral olivin sangat kurang. Kandungan TiO2 umumnya kurang dari 1%, khas untuk lava busur kepulauan. Tergabung dalam over saturated rocks, hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten, diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang sebanding dengan kandungan SiO2. 11)

Dari variasi SiO2 dengan K2O (Le Maitre, 1989), lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitar mempunyai kandungan silika 54,57%, diklasifikasikan sebagai andesit medium-K; kandungan 63-79%, diklasifikasikan sebagai dasit/riolit medium-K. Kandungan silika dan potasium lava-lava G. Papandayan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lava-lava pada seri Kalk-Alkalin.

Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO2 dengan MgO, menunjukkan korelasi negatif terhadap SiO2, menandakan berkurangnya mineral olivin dalam batuan seiring dengan bertambahnya kandungan SiO2. Variasi SiO2 dengan alkali (Na2O + K2O) berbanding terbalik, walaupun makin bertambahnya kandungan alkali dan silika, makin berkurang olivin pertanda tida terjadi fraksinasi olivin.

Variasi MgO dengan CaO mempunyai korelasi positif, menandakan terjadinya fraksinasi piroksen. Pada diagram SiO2 dengan TiO2, memperlihatkan trend acak, tidak ada pengayaan Fe pada seri batuan, kemungkinan terdapat bimodal TiO2 sehingga titanomagnetit didapat pada semua seri batuan. 12)

Analisis Gas

Suhu solfatar Kawah Mas berkisar 180° dan 375° C. Acapkali terjadi kenaikan (hingga 430° C) bahkan terjadi penurunan suhu (hingga 80°-115° C).

Hasil analisis gas vulkanik berbahaya yang diambil dari Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nagklak dan Kawah Manuk, umumnya melebihi nilai ambas batas/NAB (permission gas concentration). Kandungan gas CO2, SO2 dan H2S ditampilkan pada tabel di bawah. 13)

TABEL

Kandungan Gas CO2, SO2 dan H2S Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk Dibandingkan dengan NAB (Max. Permission Concentation)

Nama Kawah

CO2 (ppm)

SO2 (ppm)

H2S (ppm)

Kawah Mas I

27.100

7.500

400

Kawah Mas II

25.100

7.600

400

Kawah Nangklak

905.900

79.350

5.000

Kawah Manuk

66.500

10.900

900

Max.permissible concentration

5.000

5

10

Kadar gas yang diditeksi oleh gas ditektor Kitagawa hasilnya dalam tingkat semi kuantitatif menunjukkan bahwa kadar gas CO, CO2, HCN, AsH3, H2S dan SO2 secara keseluruhan berada di atas nilai ambang batas (NAB), dengan artian bahwa gas-gas tersebut sudah pada tingkat membahayakan bagi manusia.

Untuk melihat perkembangan lebih jauh hubungan dengan aktivitas gunungapi, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik (minimal 3 bulan satu kali).

Untuk keselamatan penduduk maupun pengunjung, agar diusahakan ditempel semacam pengumuman/penjelasan bahaya gas racun dan bagaimana cara pertolongan pertama pada keadaan darurat termasuk cara pengamanan/pencegahannya. 14)

Analisis Air

Hasil analisis kimia air menunjukkan bahwa kadar CO2, SO4 dan pH nya menunjukkan harga yang tinggi. Derajat keasaman air (pH) menunjukkan harga yang rendah (2,95; 4,60; 3,23). Harga yang diperkenankan untuk keperluan perikanan dan pertanian berkisar antara 6,50 dan 8,20.. Adanya penurunan pH, kemungkinan besar disebabkan oleh akibat larutan sulfat yang berasal dari kawah bercampur dengan beberapa mata air di sekitarnya. Kadar sulfat sebesar 11,50, masih dapat ditemukan di mata air, hal ini mengindikasikan bahwa sistem perairan di sekitar kawah G. Papandayan relatif telah dipengaruhi oleh aktivitas solfatara.

Kandungan CO2 dan SO4 dari conto air, mengindikasikan bahwa mata air di Desa Cisurupan berhubungan dengan aktivitas solfatara G. Papandayan. Mata air tersebut dapat dipergunakan untuk bahan percobaan monitoring kegiatan kawah tanpa harus mendaki ke kawah G. Papandayan. 15)


11) M.Z. Sjarifudin, op. cit.

12) M.Z. Sjarifudin, op. cit.

13) M.Z. Sjarifudin, Laporan hasil Penyelidikan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi, tidak dipublikasikan, 1986

14) Terry Sriwana, Laporan Penyelidikan Geokimia Gunungapi Papandayan, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi, tidak dipublikasikan, 1989.

15) Ibid

Mitigasi Bencana GunungApi


1. Sistem Pemantauan

Pemantauan kegiatan G. Papandayan, dilakukan dengan sistem pengamatan visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan yang terletak di kampung Pusparendeng/Pangadegan, Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut.

Pemeriksaan kegiatan gunungapi yang tampak di permukaan berupa hembusan asap, bualan lumpur, konsentrasi H2S, perubahan kegiatan solfatara dan fumarola serta suhu kawah aktif dilakukan secara berkala oleh petugas pengamat.

Penagamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan tektonik dengan menggunakan alat seismograf. Selama ini, hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang bersumber dari daerah pantai selatan P. Jawa. Pada umumnya kegiatan di setiap kawah tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok.

Walaupun kegiatan G. Papandayan terhitung dari tahun 1600 baru meletus satu kali (letusan eksplosif katastropik pada tahun 1772), dan sejak tahun 1923 sampai dengan sekarang hanya meletus 4 kali (dengan letusan epusif berskala kecil), akan tetapi tetap harus diwaspadai.

2. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)

G. Papandayan mempunyai kawah aktif yang terbuka ke arah timurlaut, sehingga kemungkinan bahaya yang akan ditimbulkan apabila terjadi letusan (terutama letusan eksplosif magmatik/preatomagmatik), daerah yang mungkin dilanda terutama yang berada di arah bukaan (dengan konsentrasi pemukiman relatif besar).

Daerah bahaya G. Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II.

a. Daerah Bahaya I

Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas dan aliran lava serta eflata dan lahar. Daerah ini meliputi daerah timurlaut (daerah bukaan kawah aktif). Pada letusan 1772, daerah ini terlanda awan panas dengan korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar. Kampung yang termasuk ke dalam Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadegan, Ciburuy, Cipaniis, Cilimus, Dungus Maung, dan Cipaganti dengan jumlah penduduk sekitar 6.014 (data 1984).

b. Daerah Bahaya Lontaran

Merupakan daerah yang terancam jatuhan bom gunungapi dan eflata lainnya (jatuhan piroklastik). Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah hampir berbentuk lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km, berpusat di kawah aktif (Kawah Mas). Daerah bahaya lontaran ini meliputi 44 kampung (menurut data tahun 1984, jumlah penduduk di sekitar bahaya lontaran ini sekitar 46.494 jiwa), di antaranya; kampung Simpang (sebagian), Rancadadap, Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing, Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar.

c. Daerah Bahaya II

Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan (bahaya sekunder), meliputi daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang berhulu dari tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif lebih rendah. Kampung yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini, adalah; kampung Cipagetaran (sebagian), Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka, Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab, Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan, Panggilingan, Simpang 1, dan Pasirparung. Jumlah penduduk yang berada di Daerah Bahaya II ini sekitar 46.494 jiwa (data 1984).

LAIN-LAIN


Ciri Khas G. Papandayan

Adanya pelamparan endapan guguran puing (debris avalanche deposit) bervolume besar hasil letusan tahun 1772, tersebar mulai dari daerah puncak sesuai dengan arah bukaan ke arah timurlaut hingga daerah kampung Cibodas yang berjarak sekitar 18 km dari puncak G.Papandayan.

Peristiwa pembentukkan endapan guguran puing yang terjadi pada tahun 1772 ini, dimungkinkan karena adanya intensitas proses alterasi hidrotermal cukup besar, dan tidak tertutup kemungkinan dipicu oleh peristiwa pensesaran yang mengganggu kestabilan dan kemasifan morfologi di sekitar Kawah Manuk dan Kawah Mas.6)

Peta Situasi

Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat Vulkanologi (A.R. Sumailani, Pandi Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar sungai Ciparugpug pada tahun 1989.


DAFTAR PUSTAKA


Aidil, 1980, Laporan Pemeriksaan Kawah-Kawah G. Papandayan, G. Guntur dan G.Galunggung Bulan Mei 1980; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Anonim, 1934, Archives of Papandayan Volcano 1826-1934.

Anonim, 1974, Data Dasar: G. Papandayan, G. Galunggung, G. Guntur, G. Ciremai, Pegunungan Dieng, G. Merapi, G. Kelut, G. Lamongan dan G. Raung.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Pemetaan Geologi G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., Erfan, R.D., Bacharudin, R., Suparman, Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Zaennudin, A., Dana, I.N., dan Suganda, O.K., 1986, Laporan Akhir Pemetaan Geologi G.Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1987, Geologi Gunungapi Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Proc. PIT XVI IAGI, Bandung, 7-10 Dec. 1987.

Asmoro, P., 1988, The Geology of Papandayan Crater and Future Debris Avalanche Possibilities, West Java, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.

Direktorat Vulkanologi, 1997, Papandayan Volcano (Brosur); Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Erfan, R.D., Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Dana, I.N., dan Suganda, O.K., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Timur, Selatan dan Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Farisy, S, dan Suryadi, B., 1986, Laporan Pengamatan Visual G. Papandayan Bulan Oktober 1986; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Frank, D., Lubis, H., and Casadevall, T.J., 1987, Influence of Hydrothermal Alteration on Volcanic Hazards at Papandayan Volcano, West Java, Indonesia; Hawaii Symp. On How Volcanoes Work..

Glicken, H., et.al., 1986, The 1772 Debris Avalanche Eruption of Papandayan Volcano, Indonesia, and Hazard from Future Similar Events; USGS, open file report, unpublished.

Hadisantono, R.D., 1986, Geologi Sementara G. Papandayan; Berita Geologi v.18, n.20.

Ilyas, M.E., 1987, Laporan Pengamatan G.. Papandayan Bulan September 1987; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Ilyas, M.E., 1988, Laporan Pengamatan Visual dan Seismik G. Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kamid, M., 1986, Analisis Petrokimia dan Gas dari G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kasturian, P., Wikartadipura, S., dan Djadja, A., 1984, Pemetaan Daerah Bahaya G.Papandayan; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kusuma, D.S., 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kusumadinata, K., 1970, Sekoleksi Bahan Keterangan Mengenai G. Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kusumadinata, K., 1970, Konsep: Gunung Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunungapi; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Manalu, L., Tasman Sihombing, A.J., 1980, Pendataan Kependudukan Dalam Daerah Bahaya G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Mawardi, R. dkk., 1995, Laporan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Miller, C.D., 1982, Reconnaissance Investigation at Guntur and Papandayan Volcanoes and Kamojang Geothermal Areas, West Java, Indonesia; USGS Project Report Indonesian Investigation.

Mulyadi, M., Hendrasto, M., dan Rosadi, U., 1999, Laporan Pengukuran Deformasi Levelling G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Magnetik G. Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G. Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Praja, N.K., dkk., 1995, Laporan Penyelidikan Seismik Numerik di G. Papandayan dan sekitar, Jawa Barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Samud, 1970, Laporan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan Mei 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Samud, 1970, Laporan Lanjutan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan Juni 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Sjarifudin, M.Z., 1985, Analisis Petrologi dan Pemeriksaan Petrografi Lava G. Papandayan dan sekitarnya, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Sjarifudin, M.Z., 1986, Laporan hasil Penyelidikan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Setiawan, T., Yayo, Y., dan Karyana, 1998, Inventarisasi Potensi Wisata G. Papandayan dan Sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Smithsonian Institution, 1998, Papandayan: Minor Phreatic Explotion Eject Mud and Gas on 23 June; Bull. Of the Global Volc. Network vol. 23, no.7, July 1998: 3.

Sriwana, T., 1989, Laporan Penyelidikan Geokimia G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Stehn, E., 1935, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan); Samengesteld Volgen het “Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.

Stehn, E., 1938, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan); Samengesteld Volgens het “Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.

Subagiyo, Sugiri, A, dan Hidayata, U.S., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan Pengukuran Suhu G. Papandayan dan G. Guntur; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suganda, O.K. Yohana, T., dan Hidayati, S., 1995, Penyelidikan Deformasi di G.Papandayan dengan menggunakan Metoda EDM dan Leveling; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suherman, E., Suryadi, D., dan Sukadi, D., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan Pengukuran Suhu G. Papandayan, dan G. Guntur, Jawa Barat, 23-28 Mei 1984; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Sumailani, A.R., Karnaen, P., Karim, A., Sihat, E., 1989, Pengukuran Situasi sekitar K.Ciparugpug (G. Papandayan), Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suparman, 1988, A Study of 1772 Debris Avalanche Deposits of Papandayan Volcano, West Jawa, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.

Supramono, 1988, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G. Guntur dan G.Papandayan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Supramono, 1990, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G.Papandayan, G.Kelut, dan G. lamongan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Supramono, 1990, Koleksi Data Aktivitas dan Informasi Gunungapi Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Supartono, H., 1990, Laporan Penyelidikan Aktivitas G. Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suratman, 1972, Laporan Peninjauan G. Papandayan dan G. Galunggung; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Surono, Handayani, G., Triastuti, H., 1998, Low Frequency Earthquakes (Hydraulic Fractuation) of Papandayan Volcano; Proc. Of Sym. On Japan-Indo. IDNDR Proj. Volc. Tect., Flood and Sediment Hazards 1998: 137-146.

Taverne N.J.M., 1925, Noteworthy Eruption of Papandayan; published report; Geologigische Mijnbouwkundig Genootschap, Verh. Geol. Serie, v.8, 1925: 481-482.

Taverne N.J.M., 1925, Volcano Report, XLII Papandayan Volcano; published report.; N.T.V. Ned. Indie, pt.85: 2, 1925: 102-205.

Taverne N.J.M., 1925, Temperature Observations of Papandayan Volcano: Extension and Intensity of the Gas Development at Papandayan Volcano; published report.

Taverne N.J.M., 1925, The Eruption in Kawah Baru G. Papandayan in 1925.

Taverne N.J.M., 1925, The Activity in Kawah Nangklak, G. Papandayan, December 1924-March 1925.

Tim Seismik, 1998, Laporan Penyelidikan Kegiatan G. Papandayan Menggunakan Metoda Seismik; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi, 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Daerah TK. II Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Van Padang, N.M., 1929, The Northern Breakthrough in the Papandayan Crater Wall; De Mijningenieer, 10 e jg., no. 3, March 1929: 1-9.

Van Padang, N.M., 1934, Het Temperatuur Verloop in den Krater van den Papandayan; published report.

Van Padang, N.M., 1936, Gesteente van den Papandayan; published report.

Van Padang, N.M., 1963, The Temperatures in The Crater Region of Some Indonesian Volcanoes Before The Eruption; The Phreatic Eruption of Papandayan Volcano in 1923-1925; Bull. Volc. Tome XXVI, 1963: 330-331..

Verbeek R.D.M., 1896, The Eruption of 1772 (Papandayan); Description Geologique de Java et Madoera, 1896: 713-788.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar