Compiler : M. Hendrasto (totok@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution
Keterangan Umum
Nama | : | G. Guntur |
Nama Lain | : | Gunung Gede |
Nama Kawah | : | Kawah Guntur |
Tipe Gunungapi | : | Strato |
Lokasi a. Geografi b. Administratif | : : | 07o 08’ 30” LS dan 107o 20’ BT Kabupaten Garut, Jawa Barat |
Ketinggian a. Dml b. Dari kota terdekat | : : | 2249 m 1600 m |
Pos Pengamatan a. Lokasi b. Posisi Geografi | : : | Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong, Kab. Garut 07o 11’ 55.2767”LS dan 107o 51’ 39.1195” BT |
| : | Garut |
Pendahuluan
Gunung Guntur adalah nama sebuah puncak dari suatu kelompok gunungapi yang disebut dengan Komplek Gunung Guntur. Komplek Gunung Guntur ini terdiri atas beberapa kerucut, yaitu Gunung Masigit (2249) yang merupakan kerucut tertinggi. Ke arah tenggara dari Gunung Masigit terdapat kerucut Gunung Parukuyan (2135m), Gunung Kabuyutan (2048) dan Gunung Guntur.
Cara Pencapaian
Gunung Guntur dapat dicapai dari Kota Bandung menuju Kota Garut (55 km) dengan waktu tempuh 2 jam. Pendakian ke puncak/kawahnya dapat dilakukan dari Kampung Citiis sebelah selatan Gunung Guntur, dengan waktu tempuh 3 – 4 jam. Untuk menuju Kampung Citiis bisa dilakukan dari Kota Garut (3 km) dengan menggunakan kendaraan roda 4 (empat).
Demografi
Pemukiman di sekitar Gunung Guntur umumnya berada pada ketinggian 600 m – 1000 m dpl. Pemukiman ini sebagian besar terkonsentrasi di kaki tenggara dan selatan serta sebagian kecil di kaki timur dan utara
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Sumberdaya gunungapi yang bisa dimanfaatkan adalah:
· Mata air panas di Cipanas, Tarogong Garut
· Bahan galian (batu, pasir) yang terdapat di Kampung Citiis, Cikatel dan Rancabango
Wisata
Daerah Wisata yang menarik untuk dikunjungi adalah:
· Mata air panas di Cipanas, dengan fasilitas pemandian, kolam renang dan hotel serta pemandangan alam yang menarik.
· Air terjun dan tempat perkemahan di atas Kampung Citiis
SEJARAH LETUSAN
TAHUN | | KEGIATAN |
1690 | : | Letusan besar, banyak orang menjadi korban, daera rusak |
1770 | : | Keterangan lebih lanjut tidak |
1777 | : | Terjadi letusan |
1780 | : | Terjadi aliran lava |
1803 | : | Letusan pada tanggal 3-15 April |
1807 | : | Terjadi letusan pada tanggal 9 Mei |
1809 | : | Keterangan lebih lanjut tidak ada |
1815 | : | 15 Agustus |
1815/1816 | : | 21 September |
1816 | : | 21-24 Oktober |
1825 | : | 14 Juni, hutan di sekitar gunung terbakar |
1827/1828 | : | Keterangan lebih lanjut tidak ditemukan |
1829 | : | Beberapa kampung hancur, beberapa orang menjadi korban |
1832 | : | 16 Januari, 8-13 Agustus |
1833 | : | 1 September |
1834/1835/1836 | : | Bulan Desember |
1840 | : | Terjadi aliran lava ke Cipanas |
1841 | : | 14 Nopember, letusan sangat besar lk 400.000 batang pohon kopi hancur |
1843 | : | 4 Januari dan 25 November Tanah rusah dan beberapa kampung terlanda |
1847 | : | Tidak ditemukan keterangan lebih lanjut |
Karakter Letusan : Eksplosif
Periode Letusan
Antara tahun 1800 sampai 1847 tercatat tidak kurang dari 21 kali letusan. Letusan itu berulang-ulang dalam tempo pendek, berlangsung paling lama 5 sampai 12 hari. Periode letusan berselang-selang antara 1,2 dan 3 tahun dan ada kalanya letusan terjadi setelah masa istirahat 6 dan 7 tahun
GEOLOGI
Gunung Guntur tidak berdiri sendiri sebagai kerucut tunggal, yang mana di bagian puncaknya dicirikan dengan adanya kerucut-kerucut tua bekas titik erupsi yang merupakan satu kelompok besar Gunung Guntur. Dari kelompok besar Gunung Guntur ini nampak dua buah kaldera, yaitu Kaldera Pangkalan di sebelah barat dan Kaldera Gandapura di sebelah timur.
Dengan terbentuknya kedua kaldera itu maka terbentuk pula rekahan-rekahan yang memanjang dimana kemudian muncul kerucut-kerucut gunungapi, diantaranya Gunung Gajah, Gunung Gandapura, Gunung Agung, Gunung Picung dan Gunung Batususun. Deretan gunungapi yang lebih muda adalah Gunung Masigit, Gunung Sangiang Buruan, Gunung Parupuyan Gunung Kabuyutan dan Gunung Guntur yang merupakan gunungapi termuda dan paling aktif sampai sekarang. Gunung Putri yang terletak agak jauh diselatannya mungkin merupakan salah satu kerucut parasit dari kelompok Gunung Guntur ini. Komplek Gunung Guntur ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran tinggi Leles, sedangkan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan dataran tinggi Garut dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Gunung Kunci, Sanggar, Rakutak dan Kawah Kamojang.
Morfologi komplek Gunung Guntur mempunyai kemiringan yang sangat bervariasi antara 2o sampai 75o. Kemiringan landai umumnya terdapat di daerah pemukiman, seperti Kota Garut, Kadung Ora, Leles, Tarogong dan Cipanas. Sedang kemiringan yang terjal terdapat di sekitar puncak Gunung Guntur.
Tubuh Gunung Guntur dibangun oleh hasil erupsi eksplosif dan efusif. Hasil erupsi Gunung Guntur sebagian besar berupa aliran lava bongkah masih segar dan saling menindih. Lava yang termuda (hasil erupsi tahun 1840) mengalir dari Kawah Gunung Guntur ke arah tenggara dan selatan dan berakhir di daerah Cipanas (sekitar 300 meter sebelah utara lokasi wisata pemandian Cipanas), dimana ujungnya membentuk morfologi tapal kuda. Aliran Piroklastika tersebar di sebelah tenggara Kawah Gunung Guntur dan sebagian tertutupi oleh aliran-aliran lava
Aliran piroklastika
Endapan Jatuhan Piroklastika sebagian besar terkonsentrasi di sekitar puncak Gunung Guntur dan menyebar ke arah utara dan tenggara. Endapan tersusun atas Skoria dan litik basaltis berwarna hitam, berukuran halus sampai kasar, berlapis baik dengan ketebalan berkisar antara 4-34 cm.
GEOFISIKA
Pengukuran
Dalam anomaly sisa orde-2 juga masih memperlihatkan pola konsentrik zona lemah (terendah –24 s/d –26 mgal) di atas Komplek Gunung Guntur, dengan pusat diantara Gunung Guntur dan Gunung Masigit.
Potensial Diri
Pengukuran potensial diri yang dilakukan pada tahun 1990 memperlihatkan bahwa diatas Gunung Guntur terdapat anomali negatif berkisar -1 s/d –9 mV, ke arah timur di sekitar Kawah Kabuyutan ditemukan anomaly posisitf berkisar +40 mV s/d +98 mV. Ke arah baratlaut (Gunung Parukuyan) anoma S.P secara berangsur menurun dan di sekitar Gunung Parukuyan ditemukan anomaly negatif tertinggi –38 mV. Anomali serupa ditemukan juga disebelah barat laut Gunung Parukuyan (-36 mV).
Dilihat secara menyeluruh pola penyebaran anomaly SP, maka komplek sebelah tenggara daerah penyelidikan (Gunung Kabuyutan, Gunung Guntur dan Kawah Kabuyutan) merupakan zona panas. Untuk Komplek Gunung Guntur diperkirakan berkaitan erat dengan aktifitas panas dari dalam (magma)
Seismik
Sejak letusan terakhir yang terjadi pada tahun 1847 sampai saat ini (154 tahun) tidak pernah terjadi letusan lagi. Aktifitas gunung ini selanjutnya dicirikan dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik yang berkisar antara 20-30 kejadian/bulan. Peningkatan kegiatan yang terjadi hanya berupa peningkatan jumlah gempa vulkanik. Seperti yang terjadi pada tahun 1997, yaitu dengan terekamnya gempa secara berurutan yang berasal dari daerah puncak. Kemudian pada bulan Mei 1999 terjadi lagi peningkatan gempa yang disertai dengan gempa terasa (M=2,7 dan 2,8), dimana episenternya berada di sekitar 2 km baratlaut dari puncak.
Lokasi hiposenter dihitung dengan asumsi bahwa batuannya homogen dengan cepat rambat gelombang VP=2,76 km/detik. Sumber gempanya terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km, serta di sekitar Kaldera Kamojang, Gandapura dan Gunung Putri dengan kedalaman 5-10 km (Suantika, 1997). Untuk gempa-gempa yang terjadi di bawah puncak diduga dikarenakan oleh rekahan-rekahan kecil dalam batuan pipa kepundan hasil erupsi sebelumnya. Dengan melihat penyebaran hiposenter dan struktur geologi permukaan terlihat bahwa mekanisme sumber gempa di daerah Kamojang umumnya dihasilkan oleh adanya pergeseran sesar dengan arah timurlaut dan baratdaya.
Deformasi
Pengamatan deformasi tubuh Gunung
Pemantauan deformasi dengan tiltmeter dilakukan secara kontinyu sejak tahun 2000.
GEOKIMIA
Jenis Batuan : Umumnya basalt (hasil erupsi tahun 1840) dan augit hyperstene dari tholeitic dan calc alcaline suites.
Hasil analisa beberapa conto batuan adalah seperti berikut :
Unsur Kimia | Conto Lava G. Agung (Utara G. Guntur) | Conto Lava G. Guntur erupsi th. 1840 (tepi kw. Sebelah timur) | Conto Lava G. Guntur erupsi th. 1840 (Cipanas) |
| % berat | % berat | % berat |
SIO2 | 61,75 | 50,80 | 52,00 |
Al2 O3 | 16,79 | 22,13 | 18.19 |
Fe2O3 | 2,31 | 5,78 | 3,85 |
FeO | 3,91 | 4,37 | 6,32 |
MnO | 0,13 | 0,05 | 0,07 |
MgO | 2,73 | 4,26 | 4,28 |
CaO | 6,16 | 9,22 | 9,86 |
Na2O | 3,77 | 2,29 | 3,04 |
K2O | 1,50 | 0,44 | 0,88 |
H2O | 0,52 | 0,05 | 0,12 |
TiO2 | 0,79 | 0,16 | 0,88 |
P2O5 | + | + | + |
Cl | - | - | 0,06 |
Sumber : Neumann van Padang, 1929
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pemantauan
Sistem pemantauan aktifitas gunungapi dilakukan dengan metoda:
1. Visual
2. Pengukuran Suhu (solfatara dan fumarola di kawah dan air panas di Cipanas)
3. Seismik
Pemantauan gempa dilakukan dengan memasang 5 (
4. Deformasi
Pemantauan deformasi dengan metoda Sipat Datar Teliti (leveling), EDM, GPS, dilakukan secara periodik. Sedangkan metoda tiltmeter dan water tube tiltmeter pemantauannya dilakukan secara kontinyu.
DOKUMENTASI PETA
Peta Geologi
Nama Lembar Peta | : | Peta Geologi Gunungapi |
Nomor Lembar Peta | : | Leles 4521-1 dan Garut 4521-2 |
Skala Peta | : | 1 : 25.000 |
Wilayah Administrasi | | Kabupaten Garut, Jawa Barat |
Pembuat Peta | : | Direktorat Vulkanologi, |
Tahun Terbit | : | 1998 |
Peta Zona Risiko
Nama Lembar Peta | : | Peta Zona Risiko Bahaya Gunungapi |
Nomor Lembar Peta | : | Leles 4521-1 dan Garut 4521-2 |
Skala Peta | : | 1 : 25.000 |
Wilayah Administrasi | | Kabupaten Garut, Jawa Barat |
Pembuat Peta | : | Direktorat Vulkanologi, |
Tahun Terbit | : | Belum diterbitkan |
Peta Daerah Bahaya
Nama Lembar Peta | : | Peta Daerah Bahaya Gunungapi |
Nomor Lembar Peta | : | Leles 4521-1 dan Garut 4521-2 |
Skala Peta | : | 1 : 50.000 |
Wilayah Administrasi | | Kabupaten Garut, Jawa Barat |
Pembuat Peta | : | Direktorat Vulkanologi, |
Tahun Terbit | : | 1993 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar