KABA, P. Sumatera
Compiler : Hamidi (hamidi@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata
Keterangan Umum
Nama | : | G. Kaba |
Nama Lain | : | Kaaba |
Nama Kawah | : | Terdapat 8 kawah di puncak, masing-masing a.l : (Gbr.1) Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan 1951 (Vogelsang II). |
Lokasi a. Geografi b. Administrasi | : : | 3°31' LS, dan 102°07' BT Berada di wilayah Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu |
Ketinggian | : | 1952 m di atas permukaan laut |
| : | - |
Tipe Gunungapi | : | - |
Lokasi Pos PGA | : | Pemantauan kegiatan gunungapi dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi Kaba yang terletak di Desa Sumber Urip. Pengamatan kegempaan dan visual dilakukan terus menerus dari pos pengamatan, sedangkan pemeriksaan kondisi fisik kawah-kawah, pengukuran suhu solfatara/fumarola/mata air panas dilakukan secara temporal. Pengamatan kegempaan dilakukan dengan menggunakan sensor seismometer merek Ranger SS-1 buatan Kinematrics yang mempunyai frekuensi natural 1 Hz yang ditanam ditubuh Gunungapi Kaba (Gbr. 2), dengan drum perekam dipasang di pos pengamatan (Gbr. 3) Pengiriman dilakukan dengan menggunakan sistem radio telemetri. |
Ciri Letusan | : | Explosive magmatik, menghasilkan tiang abu letusan dan hujan abu serta tidak jarang disertai awan panas dan leleran lava. Lama waktu letusan cukup panjang, bahkan pernah terus menerus selama setahun. Pusat erupsi sering berpindah-pindah mengikuti arah jurus N63° |
Pendahuluan
Cara Pencapaian
Gunungapi Kaba dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat dari
Demografi
Penduduk di sekitar Gunungapi Kaba umumnya bertani sayur mayur. Kota Curup dengan desa Sumber Urip nya, terkenal sebagai sentra sayur mayur untuk Propinsi Bengkulu, bahkan pensuplai sayur mayur terbesar bagi
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Adanya endapan belerang di dasar kawah utama Gunungapi Kaba membuat sebagian kecil masyarakat di sekitar gunungapi ini memanfaatkannya dengan cara menggali secara tradisional. Namun saat ini penggalian tersebut sudah tidak dilakukan lagi, mengingat volume cadangannya yang tidak memadai untuk di tambang dalam skala kecil sekalipun.
Wisata Gunungapi
Adanya jalan mobil yang menghubungkan antara
Potensi yang bisa juga di sarankan yakni “wisata giling kopi” di kawasan perkebunan kopi yang sangat terkenal dengan kopi nya itu, dan disatu paketkan dengan pendakian ke kawah. Jenis wisata demikian bisa ditawarkan kepada wisatawan untuk memetik, menjemur, dan menggiling kopi, dengan suguhan minum kopi di akhir tour.
SEJARAH LETUSAN
1883 | Pada tanggal 24 dan 25 November terjadi gempabumi kuat yang disebabkan oleh letusan Gunungapi Kaba. Salah satu danau kawahnya lenyap dan menghasilkan banjir. Kampung Talang tergenang air sedalam 21 kaki, 36 orang meninggal dunia. Jumlah korban di distrik Klingi dan Bliti berjumlah 90 orang (Sapper, 1927, p.326) |
1834 | November terjadi letusan yang merusak lahan di sekitar gunungapi |
1845 | Di bulan April, terjadi banjir lagi yang melenyapkan 150 orang meninggal dunia. Tetapi Neumann van Padang (1951) meragukan- nya sebagai suatu letusan, dan ia tidak mencantumkan ke dalam catannya sebagai satu letusan. |
1853 | Terjadi letusan seperti di tahun 1883, tetapi tidak dilaporkan adanya korban jiwa (Sapper, 1927, p.326). |
1868. dan 1869 | Mungkin terjadi letusan abu. Sejak Oktober terlihat tiang letusan, puncak tertutup abu, banyak pepohonan hangus. |
1873 | Terjadi peningkatan kegiatan di kawah Vogelsang |
1876 | Di bulan April, di Sindang terjadi hujan abu yang berasal dari gunungapi Biring. Bukit Kaba. Kawah Vogelsang giat bekerja, 2 sampai 10 menit sekali terjadi letusan, abu, pasir, dan batu dilontarkan. |
1873 dan 1892 | Selama 19 tahun gunungapi giat terus menerus dan berhenti mendadak di akhir 1892 |
1886 | Tanggal 4 – 8 Juni jatuh hujan abu tipis di Warung Jelatang dan Pelalo. Tanggal 12 Juni terlihat bara api dan tiang asap berapi, serta aliran lava. |
1887 | Tanggal 3 dan 4 Februari tampak asap tebal disertai ledakan dan getaran serta hujan abu tipis. Tanggal 24 dan 24 Maret hujan abu lebih lebat hingga 28 Maret malam hari. |
1888 | Tanggal 27 Januari, suara gemuruh terus menerus terdengar dari bawah tanah, diiringi oleh asap yang mengepul antara Februari dan April. |
1890 | Tanggal 13 Mei, gunungapi sangat giat, suara gemuruh terus menerus terdengar, dan terjadi letusan di Kawah Vogelsang. |
1892 | Terjadi peningkatan kegiatan |
1907 | Terjadi letusan terus menerus yang begitu kuat di Kawah Baru (Schuittenvoerder, 1914, p.165). |
1917 | Tanggal 30 Januari suara gemuruh terdengar dari bawah tanah. |
1918 | Tanggal 8 Agustus terjadi awan panas. |
1938 | Tanggal 10 November terjadi peningkatan kegiatan. |
1940 dan 1941 | Peningkatan kegiatan, suara gemuruh, hujan abu disertai lontaran bahan-bahan lepas. |
1951 | Terbentuk sebuah kawah yang menghancurkan pematang Kawah Vogelsang bagian selatan. Bom vulkanik dan lapili dilontarkan sejauh 800 meter dari kawah. |
1952 | Tanggal 26 Maret pukul |
2000 | Sejak awal Juni terjadi peningkatan kegiatan kegempan di Gunungapi Kaba, yang dipicu oleh gempa tektonik Bengkulu berkekuatan 7.8 skala Richter pada tanggal 4 Juni disertai gempa-gempa susulannya yang dapat dirasakan di kawasan Gunungapi Kaba (Gbr. 4). Kemunculan gempa-gempa vulkanik sebelum awal Juni rata-rata 1 kali kejadian setiap harinya, namun setelah awal Juni gempa-gempa vulkanik meningkat menjadi rata-rata 15 kali kejadian setiap hari. Gangguan dari gempa tektonik Bengkulu mengganggu sistem kantung fluida di dalam tubuh Gunungapi Kaba, sekaligus mengganggu sistem rekahan yang ada, serta memicu kemunculan gempa-gempa vulkanik dangkal berhiposenter 1-3 kilometer. Mekanisme sumber gempa-gempa vulkaniknya mempunyai solusi sesar turun. Energi gempa vulkanik yang dilepaskan berangsur-angsur menurun setelah September. Krisis kegempaan kali ini tidak diikuti oleh perubahan permukaan yang berarti di kawah-kawah Gunungapi Kaba. |
GEOLOGI
Morfologi
Secara umum, morfologi Gunungapi Kaba dibagi dalam empat kelompok, masing-masing:
Morfologi Puncak
Morfologi ini umumnya ditempati oleh kawah, solfatara, puncak-puncak bukit, dengan litologi umumya piroklastik jatuhan dan aliran, serta leleran lava. Guguran-guguran lokal banyak dijumpai, berpola aliran radial dengan tebing-tebing terjal dan lembah berbentuk V, kontour nya rapat
Morfologi Tubuh
Satuan morfologi ini memiliki relief yang bervariasi dari halus hingga kasar. Pola aliran sungainya pun bervariasi dari dendritik, dendritoparalel, serta semi parallel. Batuan penyusunnya terdiri dari aliran lava, dan aliran piroklastik. Kemiringan lereng terjal-landai, tingkat erosi stadium muda, dan bentuk punggungan melandai. Vegetasinya merupakan hutan lindung, perkebunan, dan perladangan.
Morfologi Kaki
Satuan morfologi kaki umumnya memiliki pola aliran sungai anastomik, bentuk punggungannya berupa pedataran, dengan tingkat erosi stadium tua. Batuan penyusunnya terdiri dari aliran piroklastik dan endapan lahar. Vegetasi terdiri dari perladangan.
Morfologi Vulkanik Tua
Satuan ini menempati bagian terluar dari tubuh Gunungapi Kaba aktif.Bentuk penggungannya berupa perbukitan, lembah berbentuk V dengan kemiringan lereng terjal. Disini banyak dijumpai gerakan tanah longsor, batuan penyusunnya berupa leleran lava dan piroklastik.
Stratigrafi
Pembentukan pembentukan Gunungapi Kaba terbagi dalam 3 periode yang antara
lain mencakup pembentukan Gunungapi Kaba Tua (Pra Kaldera ?), pembentukan Kaldera, dan pembentukan kerucut-keruct Gunungapi Kaba yang aktif sekarang (Ony K.S., et al., 1991). Umur batuan tertua yang ada di sekitar Gunungapi Kaba adalah berumur Tersier yang terdiri dari Formasi Hulu Simpang (vulkanik) dan Formasi Gumai (sedimen), yang merupakan batuan dasar dari Gunungapi Kaba secara keseluruhan.
Periode pembentukan Gunungapi Kaba Tua (Pra Kaldera) di dominasi oleh leleran-leleran lava ( basalt, basalt andesitik piroksen, dan andesit basaltik) dengan aliran piroklastik yang beberapa diantaranya banyak mengandung batuapung.
Periode pembentukan kaldera didominasi oleh aliran-aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, beberapa leleran lava. Umum dijumpai komponen batuapung di dalam aliran piroklastik periode ini, yang mencerminkan komposisi magma asam kaya kandungan volatile. Letusan-letusan yang dihasilkannya biasanya dahsyat dan menghancurkan.
Periode pembentukan batuan kerucut puncak yang aktif saat ini di dominasi oleh leleran-leleran lava basaltic (andesit dan andesit basaltik) dan banyaknya jatuhan piroklastik (bersifat basaltic) yang menutupi areal permukaan Gunungapi Kaba sekarang.
Struktur
Menurut Verstappen (1973), Gunungapi Kaba muncul di dinding bagian timur dari struktur graben Sumatera yang melewati segmen Bengkulu. Struktur graben itu sendiri merupakan bagian dari Sistem Sesar Geser Sumatera yang dikenal dengan nama “Semangko Fault Zone”. Duapuluh kilometer di baratdaya Gunungapi Kaba terdapat Sesar geser dextral Musi yang kurang lebih berarah baratlaut-tenggara. Sesar geser yang lebih kecil lagi dari sesar Musi dan sejajar dengannya di sisi timurlaut, dikenal dengan Sesar Kepahiyang. Sungai Musi bagian hulu mengalir di Sesar Musi ini. Sesar Kepahiyang meyebabkan banyak anak sungai membentuk struktur aliran sungai tralis.
Jadi dapat dipahami bila sistem rekahan yang ada di dalam tubuh Gunungapi Kaba terganggu oleh gempabumi Bengkulu 4 Juni 2000 yang lalu, dan kemudian memicu kegiatan kegempaannya.
Tubuh Gunungapi Kaba yang aktif sekarang muncul setelah terjadinya pembentukan kaldera yang merupakan periode vulkanik kedua, setelah diawali oleh pembentukan vulkanik Gunungapi Kaba Tua ( Suganda K.S., et al, 1991).
GEOFISIKA
Selain pengamtan kegempaan secara menerus yang dilakukan melalui pos pengamatan Gunungapi Kaba dari Desa Sumber Urip, juga dilakukan pengamatan kegempaan secara temporer. Pada saat krisis kegempaan Juni-September 2000, telah dilakukan pengamatan kegempaan secara temporer (Suantika G. dan Rochendi D., 2000). Hasil-hasilnya dapat dijadikan sebagai informasi dasar kegempaan yang valid bagi gunungapi aktif ini.
Jenis gempa yang terekam secara analog pada saat krisis kegempaan Juni-September 2000 antara lain adalah gempa-gempa vulkanik (Gbr. 5). Ciri-ciri gempa ini adalah gerakan awalnya cukup jelas, lama gempa lebih kecil dari 15 detik, amplitudo maksimum “peak to peak” berkisar antara 5-30 mm, tetapi dominan sekitar 10 mm. Beda waktu tiba antara fase gelombang S dan P sekitar 0.5-1.2 detik. Magnitude gempa jenis ini lebih kecil daripada 2 skala Richter.
Umumnya gempa-gempa vulkanik di Gunungapi Kaba dapat direkam oleh jaringan seismograf digital Datamark LS8000SH. Contoh rekaman digital gempa-gempa vulkanik Gunungapi Kaba dari beberapa stasiun dapat dilihat dalam Gambar 6, dan untuk analisis spectral diambilkan tiga contoh gempa vulkanik yang terekam di dua stasiun puncak (Gbr. 7, 8, 9, 10, 11, dan 12)
Dalam menganalisa mekanisme sumber gempa digunakan jaringan stasiun yang cukup lebar dan banyak. Satu gempa yang terekam oleh stasiun yang jaraknya cukup jauh dari puncak menghasilkan rekaman digital gerakan awal yang agak jelas (Gbr. 13). Adanya variasi gerakan awal dari beberapa stasiun menunjukkan bahwa gempa vulkanik yang terjadi selama krisis kegempaan diakibatkan oleh patahan di dalam tubuh Gunungapi Kaba, sebagai konsekuensi dari meningkatnya tekanan atau ekspansi gas di dalam kantung fluida yang terdapat di dalam “fissures”. Dalam hal ini dihasilkan sesar turun (Gbr. 14, dan 15), dengan sumber di kedalaman 3 kilometer di bawah puncak. Sebagian besar gempa dapat direkam cukup jelas oleh stasiun-stasiun dekat puncak.
Selain pengamatan kegempaan, di sepertiga akhir krisis kegempaan Juni-September 2000, telah pula dilakukan pengukuran deformasi dengan menggunakan metoda Sifat Datar teliti dan EDM (Electronic Distance Measurement) (Mulyadi D.et al. 2000). Pengukuran-pengukuran tersebut didahului oleh pemasangan benchmark masing-masing 9 buah untuk Sipat Datar (DK1, DK2, DK3, DK4, DK5, DK6, DK7, DK8, DK9) dan 5 buah untuk EDM (Pos, Pos 2, KBA, VGS, BRG).
Hasil pengukuran EDM menunjukkan hasil yang berfluktuasi serta tidak adanya perbedaan jarak ukur secara konsisten. Hasil pengukuran Sipat Datar memberikan harga dasar beda tinggi relatif tiap-tiap benchmark.
No. Benchmark | Koordinat (UTM) | Koordinat Geografi |
DK.1 | X= 236.499,784 m Y= 9.611.747,610 m | j=03° 29¢ 54.95² LS l=102° 37¢ 58.15² BT |
DK.2 | X=236.658,263 m Y=9.611.953,257 m | j=03° 30¢ 27.79² LS l=102° 37¢ 46.84² BT |
DK.3 | X=236.765,132 m Y=9.612.105,578 m | j=03° 30¢ 22.84² LS l=102° 37¢ 50.31² BT |
DK.4 | X=236.875,439 m Y=9.612.080,402 m | j=03° 30¢ 23.67² LS l=102° 37¢ 53.88² BT |
DK.5 | X=236.963,173 m Y=9.612.220,999 m | j=03° 30¢ 19.10² LS l=102° 37¢ 56.74² BT |
DK.6 | X=237.104,241 m Y=9.612.436,908 m | j=03° 30¢ 12.09² LS l=102° 38¢ 01.32² BT |
DK.7 | X=237.360,837 m Y=9.612.617,114 m | j=03° 30¢ 06.25² LS l=102° 38¢ 09.65² BT |
DK.8 | X=237.168,963 m Y=9.612.834,257 m | j=03° 29¢ 59.17² LS l=102° 38¢ 03.45² BT |
DK.9 | X=237.004,909 m Y=9.612.963,428 m | j=03° 29¢ 54.95² LS l=102° 37¢ 58.15² BT |
GEOKIMIA
Belum ada hasil-hasil geokimia yang dilaporkan dari Gunungapi Kaba sampai dengan saat ditulisnya kompilasi data ini.
BAHAYA GUNUNGAPI
Berdasarkan bentuk bentang alam, letak pusat erupsi, bentuk bukaan kawah, sebaran hasil erupsi, dan sejarah letusannya, maka dibuatkan Peta Daerah Bahaya Gunungapi Kaba oleh Dirasutisna S., et al., 1989, yang merupakan penyempurnaan peta daerah bahaya yang pernah dibuat oleh Hadian R. et al., 1971.
Meskipun demikan, batas-batas daerah yang tertera di dalam peta ini tidak mutlak tetapi merupakan satu pegangan untuk mengambil keputusan bilamana diperlukan dalam pengembangan tata-ruang kawasan Gunungapi Kaba.
Pembagian daerah bahaya Gunungapi Kaba antara lain terbagi dalam:
Daerah Bahaya I atau Daerah Bahaya Primer
Daerah Bahaya I meliputi komplek kawah dan meluas sepanjang lembah sungai yang dapat terlanda oleh jatuhan oiroklastik, awan panas/aliran piroklastik, dan leleran lava. Daerah bahaya ini meliputi luas 55 kilometer persegi, tetapi tidak berpenduduk, lahannya diolah sebagai lahan perkebunan, dan sebagian besar merupakan hutan lindung.
Daerah bahaya lontaran I
Daerah bahaya ini berbentuk lingkaran dengan jari-jari 5 km dari pusat kegiatan letusan, dan terancam bahaya lontaran seperti bom vulkanik, pasir kasar-sangat kasar, lapili, dan abu kasar tergantung sifat dan kekuatan letusan. Hembusan angin juga memegang peranan yang penting dalam hal penyebarannya.
Daerah bahaya lontaran II
Daerah ini dipengaruhi oleh bahaya lontaran dengan ukuran lebih kecil atau lebih halus dari bahan lontaran yang terdapat di dalam daerah bahaya lontaran I, yang berkisar dari lapili, pasir kasar-halus, sampai abu gunungapi, dan lahar. Daerah ini berukuran diameter lingkaran 8 kilometer dari titik pusat letusan
Daerah Bahaya II atau Daerah Bahaya Sekunder
Daerah ini disebut juga sebagai daerah bahaya sekunder yang meliputi aliran-aliran sungai yang berhulu di bagian puncak atau tepi kawah. Luas daerah bahaya II sekitar 20 kilometer persegi, merupakanlahan pemukiman penduduk, pertanian, dan perkebunan. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar kawah dan mengalir ke arah timurlaut adalah Air Jelatang, Air Dingin, dan Air Lang. Ketiga sungai ini mengalir ke sungai induk yang bernama Air Klingi. Sungai-sungai yang mengalir ke arah selatan dan barat adalah Air Durian, Air Sengak, Air Putih, dan Air Abang, yang semuanya mengalir memasuki Sungai Musi.
Peta
1. Peta Geologi Gunungapi Kaba skala 1: 50.000
2. Unpublished, disimpan di perpustakaan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
3. Peta Daerah Bahaya Gunungapi Sementara Gunungapi Kaba, sklaa 1 : 50.000
4. Unpublished, disimpan di perpustakaan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumadinata K., 1978, Data Dasar Gunungapi
2. Dirasutisna S., et al., 1989, Pemetaan Daerah Bahaya Sementara Gunungapi Kaba, Kabupaten Rejang Lebing, Propinsi Bengkulu, 25 hal.
3. Ony K.S., et al., 1990, Laporan Kegiatan Pemetaan GeologiGunungapi Kaba dan sekitarnya, 33 hal.
4. Suantika G., dan Rochendi D., 2000, Pengamatan Krisis Kegempaan Gunungapi Kaba, 38 hal
5. Mulyadi D., et al., 2000, Pengukuran Deformasi Gunungapi Kaba- Bengkulu, Sumatera Selatan, 14 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar