KERINCI, Jambi
Compiler : Isya N. Dana (isya@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata
Keterangan Umum
Nama | : | G. Kerinci |
Nama Lain | : | |
Lokasi a. Geografi b. Administrasi | : : | 1°41,5'LS -101°16' BT Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dan Kabupaten Solok, Propinsi Sumbar. |
Ketinggian | : | 3805 m dpl |
| : | Sungai Penuh, dan Solok |
Tipe Gunungapi | : | Strato |
Pendahuluan
Cara Pencapaian :
Kendaraan umum bisa mencapai G. Kerinci melalui :
a. Padang - Muaralabuh -Kayuaro,
b. Padang – Sungaipenuh – Kayuaro dan
c. Bangko – Sungaipenuh – Kayuaro.
Untuk mencapai puncak cukup sulit karena merupakan daerah kawasan hutan cagar alam dan perkebunan teh. Pendakian dapat dilakukan lewat Lubuk Gadang di lembah Liki, mengikuti dasar sungai Timbulun, namun memerlukan waktu cukup lama yaitu selama tujuh hari pp. Selain itu terdapat jalur lain dari Kayuaro melewati pesanggrahan dengan kendaraan roda dua, kemudian berjalan kaki sampai di puncak selama 3 hari pulang pergi.
Demografi
Sebagaimana umumnya di daerah gunungapi yang sangat subur, banyak penduduk yang bermukim di daerah itu. Namun G. Kerinci yang tinggi dan luas, mempunyai daerah pemukiman yang berada jauh di luar kawasan rawan bencana. Hanya satu desa yang berada pada kawasan rawan bencana yaitu desa Sungai Rumpun terletak di pingir sungai Kering, dengan jumlah penduduk kurang dari seribu jiwa, kira kira berjumlah 600 jiwa (data tahun 1990). Sedangkan perkampungan lain umumnya terletak pada daerah punggungan yang berjarak lebih dari 6 km dari pusat erupsi dan relatif aman terhadap bahaya aliran, hanya terjangkau oleh jatuhan piroklastik yang diperkirakan berjarak 8 km dari pusat erupsi.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Hasil erupsi Gunung Kerinci banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung G. Kerinci, merupakan tempat tersimpannya cadangan air tanah untuk irigasi, air minum di kota dan desa, serta beberapa mataair panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan.
Selain itu terdapat pula potensi panasbumi di G. Kerinci, yang sudah sampai ditahapan explorasi, namun belum dimanfaatkan baik untuk keperluan energi listrik, industri atau keperluan lainnya. Selama explorasi panas bumi telah dilakukan 3 buah pemboran explorasi (LP1, LP2 dan LP3) di daerah Lempur, Kecamatan Gunungraya Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dengan kedalaman pemboran : LP1 1020 m, LP2 650 m, dan LP1 dengan kedalaman 1026 m, pada ketinggian topografi 1360 m dpl. Pemboran explorasi LP1 dilakukan pada tahun 1983 dan pemboran explorasi LP 2 tahun 1988, LP 3 kira-kira 250 m dari LP2 pada posisi lebih tinggi, dengan kedalaman kira-kira 900 m, Pemboran LP 3 ini dilakukan pada tahun 2000, untuk lebih jelasnya dapat menghubungi website Direktorat Iinventarisasi Sumberdaya Mineral, Sub Direktorat Panasbumi, www.dmr.dpe.go.id.
Wisata
G. Kerinci dengan pemandangan yang indah sebagaimana layaknya sebuah gunungapi, dapat dijadikan objek tujuan wisata, di sekitar G. Kerinci terdapat perkebunan teh, mata air panas (di desa Semurup, Sungaipenuh), air terjun serta kawasan hutan lindung dan banyak tempat lainnya, untuk tujuan wisata. Dengan banyaknya flora dan fauna dapat pula dijadikan kawasan wisata, sebagai taman safari, kawasan wisata berburu, dalam waktu-waktu tertentu, untuk membatasi jumlah fauna (misalnya), masyarakat suku anak dalam dan suku-suku disekitar G. Kerinci yang mempunyai adat istiadat dan budaya menarik untuk tujuan wisata. Selain itu G. Kerinci yang besar dan tinggi yang mencapai ketinggian puncaknya 3805 m dpl. banyak menarik minat para pendaki gunung sebagai tujuan wisata pencinta alam, terutama anak-anak SMU dan Mahasiswa.
SEJARAH LETUSAN
1838 terjadi letusan di kawah pusat
1842 terjadi letusan di kawah pusat
1874 terjadi letusan di kawah pusat
1878 tanggal 11 Desember terjadi letusan preatik di kawah pusat
1887 mungkin terjadi letusan preatik di kawah pusat
1908 mungkin terjadi letusan preatik di kawah pusat
1921 bulan Mei dan Juni terjadi letusan di kawah pusat
1936 tanggal April, 30 Agustus terjadi letusan di kawah pusat
1937 tanggal 8 September terjadi letusan di kawah pusat
1938 antara 19 Januari dan 18 Maret terjadi letusan preatik di kawah pusat dan terbentuk kerucut kecil di dasar kawah
Menurut Adnawidjaja ( Kusumadinata, 1979, hal . 68 ) sebagai berikut di bawah ini :
1952 bulan Januari dan Juni terjadi letusan abu di kawah pusat
1960 bulan Juli terjadi letusan abu di kawah pusat
1963 bulan Juli terjadi letusan abu di kawah pusat
1964 bulan Juli terjadi letusan abu di kawah pusat
1967 terjadi letusan abu di kawah pusat
1970 mungkin terjadi letusan abu di kawah pusat
Sampai sekarang terkadang ada letusan abu tipis di sekitar puncak, seperti terjadi tahun 1999 (juni-juli) dan 2002 (Agustus).
Karaker Letusan
G. Kerinci yang berbentuk strato vulkano, mempunyai karakter letusan bersifat eksplosif, diselingi dengan adanya aliran-aliran lava. Data geologi umumnya didominasi oleh aliran - aliran lava.
Karakter letusan G. Kerinci saat ini adalah letusan bertipe vulkano lemah yang hanya mengeluarkan material abu letusan, tidak ada data aliran lava yang tercatat sebagaimana tertera dalam sejarah letusannya.
Periode Letusan
Periode letusan yang agak besar di G. Kerinci bervariasi dari 5 tahunan hingga 30 tahunan,
GEOLOGI
1. Geomorfologi
Satuan morfologi daerah G. Kerinci dapat dibagi menjadi :
1. Satuan Morfologi Perbukitan “hummocky”
Satuan morfologi ini menempati bagian daerah kaki gunungapi bagian selatan, berupa perbukitan yang bergelombang. Daerah ini tertutupi seluruhnya oleh batuan piroklastika jatuhan dan merupakan dasar graben volcano tektonik yang tertimbun hasil kegiatan letusan G. Kerinci (L. Djoharman1972). Sungai yang mengalir di daerah ini adalah S. Sangir, S. Air Putih, merupakan batas sebelah timur ; S. Aro, S. Padi, S. Panjang, S. Timbulun, Belandir di bagian utara dan di bagian selatan terdiri dari S. Kering, S. Kersik Tuo S. Deras Kanan dan S. Siulak Deras Kiri dan di bagian barat dibatasi oleh S. Lembar – Siulak Deras Kiri.
2. Satuan morfologi perbukitan tua
Satuan morfologi ini menempati bagian sebelah timur dan barat G. Kerinci. Bentuk lereng dari satuan ini sangat terjal (hampir tegak) membentuk suatu dinding yang sangat curam. Satuan morfologi ini merupakan bagian naik dari system sesar sumatera (horst) yang memanjang daru utara ke selatan. Puncak yang terdapat dalam satuan perbkitan tua bagian timur terdiri dari Bukit Ulu Batang Tandai (943 m) ; G. Selasi (2391 m); G. Mandurai Besar (2481 m), titik ketinggian tanpa nama dalam peta topografi (1956 m) ; (1574 m) dan G. Songka (1914 m). Puncak-punak yang terdapat dalam satuan morfologi perbukitan tua bagian barat terdiri dari Bukit Putus (893 m); Bukit Liki (1045,8 m); G. Hulu Sungai Kapur; G. Terembun (2577) m) dan G. Lintang (2218 m). Batuan penyusun satuan morfologi ini terdiri dari aliran lava dan piroklastika.
3. Satuan morfologi tubuh gunungapi
Menurut Van Bemmelen (1949) Gunungapi ini muncul didalam suatu struktur graben yang merupakan bagian dari sesar Sumatera, Djoharman (1972) menyatakan bahwa tubuh gunungapi ini muncul didasar suatu graben vulkano tektonik tegak lurus pada garis tektonik Bukit Barisan yang mengalami penurunan waktu patahan besar itu terjadi . Bagian puncak terdiri dari G. Merapi (3655 m), G. Elok (3649 m), bentuk ini mirip dengan bekas kawah lama ataupun sisa pematang lava. Puncak lereng sebelah baratdaya (3805 m) yang biasa disebet sebagai “Pesanggrahan Pondok Bunga” merupakan pinggiran kawah tertinggi dari kawah giat sekarang. Yang terendah dan paling luas dari kawah terletak sebelah tenggara dengan ketinggian 3620 meter, makin ke utara terdapat tonjolan-tonjolan kecil dengan ketinggian 3624 meter. Lereng sebelah barat laut jauh lebih sempit dengan ketinggian 3669 meter. Tonjolan-tonjolan lainnya yang tanpa nama adalah puncak 3570 meter dan 3573 meter yang merupakan pematang G. Elok.
2. Stratigrafi
Stratigrafi batuan yang terdapat di sekitar G. Kerinci tersusun dari tua ke muda sebagai berikut :
1. Batuan yang berumur Paleozoikum – Mesozoikum terdapat di bagian utara komplek G. Kerinci, dengan dicirikan oleh bentuk morfologi yang kasar dan lembah-lembah yang dalam akibat erosi yang sangat berlanjut, tersusun oleh batuan sedimen dan metamorfosa dan intrusi batuan Granit.
2. Batuan berumur tersier, tersebar memanjang di sebelah barat dan timur dan selatan dengan arah umum barat daya timurlaut. Batuan ini tersusun dari batuan sedimen (batu pasir, lanau, tufa, batu gamping), yang tersebar di bagian selatan G. Kerinci. Batuan vulkanik tua yang tidak diketahui sumber asalnya tersebar di bagian barat dan timur G. Kerinci. Batuan Vulkanik tua ini terdiri dari Batuan Vulkanik Danau Tujuh dan Batuan Vulkanik Patah Sembilan.
3. Batuan Vulkanik G. Kerinci yang tersusun dari batuan Lava, piroklastik jatuhan, piroklastik aliran dan lahar. Satuan batuan ini terdiri dari beberapa kelompok batuan yang diuraiakan berdasarkan urutan stratigrafinya terbagi menjadi beberapa kelompok (dapat di lihat dalam peta Geologi G. Kerinci, disusun oleh M.S. Santoso dkk).
Batuan Vulkanik Kerinci
Penyebaran satuan ini dominannya berarah utara – selatan, sedangkan penyebaran kearah timur dan barat terhalang oleh Gunung Tujuh dan gunung Patah Sembilan.
Litologinya terdiri dari lava, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, lahar dan endapan permukaan.
Morfologinya membentuk kerucut muda Kerinci dan kerucut parasit yang umumnya terdapat disekitar tubuh kerinci muda, seperti gunung Labuh, Mageger, Buntak dan lain-lainnya.
Batuan G. Kerinci dan sekitarnya, dapat diuraikan urut-urutan satuannya dari yang tertua sampai termuda adalah sebagai berikut :
MS Satuan Meta sedimen
LM Lava Malintang
LPS Lava Patah Sembilan
LT Lava G. Tujuh
LK.1 Lava Kerinci 1
LK.2 Lava Kerinci 2
LK.3 Lava Kerinci 3
AP. 1. Aliran Piroklastika 1.
LB Lava Buntak
JPB Jatuhan Piroklastika Bumtak
LB 1 Lava Balangir
JPB 1 Jatuhan Piroklastika Balangir
LK 4 Lava Kerinci 4.
AP. 2. Aliran Piroklastika 2.
JPK 1 Jatuhan Piroklastika 1
LH 1 Lahar 1
LMg Lava Mageger
JPMg Jatuhan Piroklastik Mageger
LL Lava Labuh
JPL Jatuhan Piroklastik Labuh
LA Lava Ayam
JPA Jatuhan Piroklastik Ayam
LK.5 Lava Kerinci. 5
LK.6 Lava Kerinci. 6
AP. 3. Aliran Piroklastik.3
LH 2 Lahar. 2
LK 7 Lava Kerinci. 7
LK 8 Lava Kerinci. 8
AP. 4. Aliran Piroklastik. 4
LK 9 Lava Kerinci. 9
LK 10 Lava Kerinci. 10
JPK 2 Jatuhan Piroklastik. 2
LH 3 Lahar 3
Al Aluvial
(Lihat Peta Geologi G. Kerinci, Santoso M.S dkk, 1989)
Berdasarkan data geologi tersebut maka letusan G. Kerinci menghasilkan batuan piroklastik dan lava, menunjukan pernah terjadi letusan yang cukup besar untuk menghasilkan endapan piroklastik dan lava-lava tersebut, sehinga membentuk kerucut raksasa gunungapi yang puncaknya mencapai 3805 m diatas muka laut.
GEOFISIKA
1. Seismik
Pemantauan kegempaan secara menerus dilakukan dari Pos PGA G. Kerinci dengan seismometer sistim pancar (RTS) 1 komponen vertical., yang dipasang pada ketinggian 1890 m dpl dengan jarak kira-kira 5 km dari puncak dan 5 km dari Pos PGA di desa Kersik Tuo.
Kegempaan yang terekam selain gempa tektonik adalah gempa-gempa Vulkanik baik tipe A atau tipe B, juga gempa-gempa hembusan terkadang menerus. Pada keadaan normal jumlah gempa vulkanik yang terekam, gempa Vulkanik Tipe A adalah 1-2 kali dalam 1 minggu, Gempa Vulkanik tipe B adalah 4-5 kali dalam 1 minggu.
GEOKIMIA
1. Jenis Batuan
Analisis Batuan G. Kerinci : yang dianalisis pada bulan Mei 1973 oleh Hardjadinata adalah andesit bertekstur trakit dengan kalsit yang mengisi rongga kecil batuan sebagai mineral sekunder.
Si02 | 54.98% | |
Al203 | 17.68 | |
Fe203 | 3.68 | |
Fe0 | 6.46 | Si : 160.7 |
Mn0 | 0.17 | Al : 30.5 |
Mg0 | 3.25 | fm : 38.4 |
Ca0 | 6.58 | C : 20.6 |
Na20 | 2.70 | Alk : 10.5 |
K20 | 1.53 | K : 0.3 |
Ti02 | 1.49 | Mg : 0.4 |
P205 | 0.24 | C/fm : 0.5 |
Hilang dibakar | 1.09 | Ti : 3.3 |
H20 – 110oC | 0.85 | P : 0.3 |
S03 | 0.04 | Qz : +18.7 |
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Usaha yang telah dilakukan dalam mitigasi bencana gunungapi adalah pemantauan secara rutin dan menerus baik secara visual maupun instrumental dari pos PGA G. Kerinci di Kersik Tuo. Sedangkan pemantauan secara temporer dilakukan pula dengan melakukan beberapa pengukuran dari berbagai metoda misalnya pengukuran geofisika dan pengukuran kimia air. Pemantauan temperatur air panas yang berada di sekitar G. Kerinci seperti dilakukan pada bulan September 1999 dan pengukuran sebelumnya (tahun 1997), di Desa Semurup, Sungaipenuh (35 km dari Pos PGA) di lima titik pengukuran pada suhu udara 25 o C, adalah sbb:
TitikPengukuran | Tahun 1997 | Tahun 1999 | Tahun 2002 |
Mata air panas 1 | 86 | 80 | 87 |
Mata air panas 2 | 93 | 82 | 94 |
Mata air panas 3 | 85 | 87 | 91 |
Mata air panas 4 | 84 | 86 | 86 |
Mata air panas 5 | 94 | 86 | 83 |
Pemandian | 45 | 44 | 43 |
Dalam mengantisipasi terjadinya suatu letusan, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana (Peta Daerah Bahaya). Peta Daerah Bahaya G. Kerinci dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Daerah Bahaya I, dimana daerah ini kemungkinan dapat terlanda langsung oleh material letusan seperti awan panas, leleran lava, jatuhan batu pijar, dan hujan abu lebat. Daerah yang masuk wilayah ini kebetulan tidak ada perkampungan, yang mencakup seluas kira-kira 165,7 km 2.
Daerah bahaya Lontaran dengan radius 5 km dari kawah, daerah ini akan terpengaruh langsung oleh hujan batu pijar dan hujan abu lebat.
Daerah Bahaya II adalah daerah di sepanjang lembah sungai yang berhulu dari puncak, daerah ini yang dapat terlanda oleh aliran lahar bila hujan setelah letusan atau setelah banyak endapan material vulkanik di sekitar gunungapi.. Sungai sungai yang termasuk wilayah ini adalah : S. air putih, ke arah utara, S, Lambai, S. Balangir dan S. Timbulun ke barat laut dan S. Siulakderas Kanan, S Kumbang, S. Kering dan Kerisih Tua alirannya menuju Selatan dan Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Effendi, 1990 G. Kerinci, Berita berkala Vulkanologi, Edisi Khusus no. 159
2. Dira Sutisna S dkk, Pemetaan Daerah Bahaya G. Kerinci, Kab. Sungai Penuh,
Prof. Jambi – Sumbar.
3. G Suantika dkk, Pengamatan Visual dan Seismik Serta Pemasangan Seismograf
Sistim Telemetri PS2 Kinemetrik di G. Kerinci
4. K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi
5. Kartijoso, 1983, Laporan Singkat Kunjungan ke Lap. PB. Lempur, Kab. Kerinci.
6. Salamun, dkk, 1983, Laporan Kegiatan Pemindahan dan Pemasangan Separator
Sumur Uji di Lap. PB. Lempur, Kabupaten Kerinci.
7. S. Farisy dkk, Laporan Pemeriksaan Puncak G. Kerinci, G.Talang, G.Merapi dan
Sorik.
8. Santoso MS dkk, 1989, Laporan Pemetaan Geologi Tahap Akhir G. Kerinci, Kab
Solok dan Kab. Kerinci, Propinsi Sumatra Barat - Jambi
9. Zainuddin dkk, 1999. Laporan Evaluasi Kegiatan G. Kerinci, Jambi
10. Zainuddin dkk, 2002, Evaluasi visual dan seismik G. Kerinci, Prop. Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar