29 Oktober 2010

Bromo

BROMO, Jawa Timur

Compiler : Iman K. Sinulingga (Imanks@vsi.esdm.go.id)

Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution


Keterangan Umum

Nama

:

G. Bromo

Nama Lain

:

Brama

Nama Kawah

:

-

Lokasi

:

a. Geografi : 7° 56' 30" LS dan 112° 37' BT. (Atlas Trop. Nederl. 1938, lembar 22).

b. Administrasi : Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kec. Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Prop. Jawa Timur.

Ketinggian

:

a. dari muka air laut :2.329 m dml.

b. dari dasar kaldera : 200 m (ketinggian dasar kaldera ± 2.100 m dml dan dikenal sebagai daerah lautan pasir)

Kota Terdekat

:

Probolinggo

Tipe Gunungapi

:

Kerucut sinder dalam kaldera

Nama Pos Pengamatan Gunungapi

:

Pos PGA G. Bromo terletak di Desa Ngadisari, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.

Daftar Acuan

:

G. Bromo, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, No. 127, 1990.

Pendahuluan

Cara Pencapaian ke Puncak/Kawah

Dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :

1. Lintasan Probolinggo – Sukapura – Ngadisari sampai ke Cemoro Lawang yang merupakan dinding Kaldera Lautan Pasir dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor. Kemudian dilanjutkan dengan lintasan melewati lautan pasir. Pendakian ke puncak dan pematang kawah dapat dilakukan dengan mudah melalui tangga tembok.

2. Lintasan Pasuruan – Tosari – Jurang Munggal – Lautan Pasir sampai tangga Bromo.


Wisata

Kawasan ini mempunyai karakteristik panorama alam yang mempesona seperti adanya lautan pasir dengan latar belakang hembusan asap G. Bromo dan letusan G. Semeru serta pada pagi hari dapat disaksikan terbitnya matahari dari G. Pananjakan yang sangat menakjubkan. Disamping itu dapat juga disaksikan kehidupan tradisional masyarakat Tengger yang dalam waktu setahun sekali pada tanggal 14 bulan ke sepuluh, Kalender Jawa melakukan upacara adat/keagamaan umat Hindu Tengger atau disebut juga Upacara Kesodo, upacara ini berpusat di sekeliling kawah Gunungapi Bromo.

Fasilitas yang tersedia, antara lain :

1. Sarana jalan

2. Transportasi (kendaraan roda empat dan kuda)

3. Penginapan/pemondokan

4. Restoran/rumah makan

5. Bumi perkemahan

6. Fasilatas rekreasi lainnya


Daftar Acuan :

· Laporan Pengumpulan Data Daerah G. Bromo/Kaldera Tengger, Tanggal 17 Mei s/d 3 Juni 1990, Seksi Penyuluhan Gunungapi Sub Direktorat Penyuluhan dan Dokumentasi, Direktorat Vulkanologi, 1990.

· G. Bromo, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus No. 127 tahun 1990.

· Sumber Laporan Pengumpulan Data Daerah G. Bromo/Kaldera Tengger, Tanggal 17 Mei s/d 3 Juni 1990, Seksi Penyuluhan Gunungapi Sub Direktorat Penyuluhan dan Dokumentasi, Direktorat Vulkanologi, 1990.

Sejarah Letusan


Berdasarkan catatan sejarah, letusan atau peningkatan kegiatan vulkanik Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804, erupsinya dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (contoh : 12 – 14 Juni 1860) tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus.

Daur erupsi Gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.

Peningkatan kegiatan/letusan yang tercatat dalam sejarah aktifitas vulkanik Gunungapi Bromo sejak lebih kurang 200 tahun yang lalu dapat dilihat pada tabel 4.

Urutan letusan menurut Neumann van Padang (1951, p. 146 – 147)

NO.

Urutan letusan

KETERANGAN

1.

1804

Bulan September

2.

1815

-

3.

1820

-

4.

1822 - 1823

28 Desember - Januari

5.

1825

5 – 8 Nopember

6.

1829

5 – 11 Nopember

7.

1830

3 Maret dan 15 – 16 Desember

8.

1835

-

9.

1842

24 Januari – Juni

10.

1843

Januari

11.

1844

9 Nopember

12.

1856

-

13.

1857

-

14.

1858

4 Maret dan 18 Oktober

15.

1859

-

16.

1860

12 – 14 Juni

17.

1865

April, Mei, dan 1 – 18 Desember

18.

1866

Juli

19.

1867

13 Desember

20.

1868

12 Januari

21.

1877

14 April

22.

1885

Juni ?, 31 Oktober – 30 Desember

23.

1886

1 – 10 Januari; 15 – 26 April, 11 Nopember dan

31 Desember

24.

1887

9 – 25 Januari

25.

1888

27 Pebruari

26.

1890

Mei – September

27.

1893

Januari – 27 Maret

28.

1896

-

29.

1906

25 September – 26 Desember

30.

1907

11 – 15 Januari, 19 Maret, 18 Mei, 28 Agustus,

14 – 26 Desember

31.

1908

12 Pebruari

32.

1909

12 – 14 Januari

33.

1910

18 – 21 Januari

34.

1915

Nopember dan Desember

35.

1916

Januari – Juni

36.

1921

Juni – 17 Oktober

37.

1922

5 – 17 Pebruari; 14 April, 10 – 20 Juni

38.

1928

April – Juli; 16 Desember

39.

1929

7 Agustus – 8 September

40.

1930

30 Mei – 25 Juni

41.

1930

29 Juni – Juli

42.

1935

Juli

43.

1940

25 April – 2 Mei, 3 Juli

44.

1948

15 Pebruari – 25 April

45.

1949

Diragukan

46.

1950

27 – 29 Mei

47.

1956

?

48.

1972

26 Januari, diawali dengan terdengarnya suara gemuruh dari dalam bumi, kemudian disusul oleh munculnya tiang asap yang warnanya agak gelap. Hujan terus menerus dari 26 Januari – 13 Pebruari, selanjutnya hujan abu turun kadang-kadang saja.

49.

1980

Hembusan asap selama 1 – 2 hari saja, kemudian diikuti oleh suara dentuman dan lemparan material gunungapi pijar ke udara. Kegiatan terus meningkat sampai pada tanggal 21 Juni 1980 yang merupakan puncak kegiatan berupa letusan-letusan kecil terus berlangsung, setiap menit terjadi 2 – 3 kali letusan.

Letusan besar terjadi pada selang waktu setiap 2 – 3 menit yang menyemburkan abu, pasir dan bongkah lava bergaris tengah 1 – 1,7 meter, tersebar di sekitar bibir kawah bagian luar. Penyebaran abu ke arah Barat laut sejauh lebih kurang 5 kilometer di daerah kampung Tosari. Lemparan material bergaris tengah 10 – 25 cm mencapai jarak lebih kurang 1.700 meter di kaki G. Batok.



Pada tanggal 11 – 14 Juli terjadi peningkatan lagi berupa semburan asap berwarna hitam setinggi lebih kurang 800 – 1.500 meter di atas kawah. Hujan abu terjadi di daerah Ngadisari yang berjarak lebih kurang 5 kilometer dari kawah.

Pada tanggal 24 Juli terlihat pertumbuhan sumbat lava di dasar kawah.

50.

1984

12 – 31 Mei, terjadi peningkatan kegiatan G. Bromo berupa letusan disertai suara dentuman. Asap putih tebal keabu-abuan setinggi lebih kurang 500 1.000 meter di atas puncak G. Bromo. Titik letusan diperkirakan di dasar kawah bagian Utara dengan lobang letusan berdiameter lebih kurang 7 meter.

51.

1995

9 Maret, terjadi letusan asap disertai hujan abu dengan ketinggian asap berkisar 80 – 250 meter di atas puncak. Penyebaran abu halus mencapai jarak lebih kurang 20 kilometer terutama ke arah tenggara sesuai dengan arah angin mengakibatkan lebih kurang 1.000 hektar perkebunan rusak, kegiatan ini masih berlangsung sampai pada bulan Mei.

Setelah beristirahat lebih kurang 3,5 bulan, pada tanggal 9 September, G. Bromo kembali menunjukkan peningkatan kegiatan berupa hembusan asap disertai abu setinggi lebih kurang 70 meter. Kegiatan hembusan ini makin meningkat dan mencapai puncaknya pada tanggal 25 September dengan ketinggian asap mencapai 700 meter di atas puncak. Gempa hembusan terjadi terus menerus dan diselingi oleh gempa letusan dengan amplitudo maksimum mencapai 51 mm. Kegiatan ini berangsur-angsur menurun dan berakhir pada bulan Desember.

52.

2004

8 Juni 2004, terjadi letusan freatik dengan tinggi asap 3000 m dari bibir kawah. akibat letusan itu telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 2 orang dan 5 luka-luka. sampai saat ini 9 Juni 2004 gempa-gempa hembusan gas dan steam masih terekam dengan amplituda 1 - 3 mm.

Karakter Letusan :

Sepanjang sejarah letusan, setiap kali erupsi menyemburkan abu, pasir, lapilli, dan kadang-kadang melontarkan bongkah lava dan bom vulkanik, kecuali pada kegiatan 1980, pada dasar kawah terbentuk sumbat lava.

Periode letusan :

Periode erupsi dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (12 – 14 Juni 1860), tetapi dapat pula

berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus.

Daur erupsi gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun

sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.

Daftar Acuan :

  • Data Dasar Gunungapi Indonesia, Kusumadinata, 1979.
  • Pengamatan Visual dan Kegempaan Komplek G. Bromo, Jawa Timur, Zainuddin, dkk, Nopember 1998.

Geologi Gunungapi Bromo


Sejarah Pembentukan Gunungapi Bromo :

Pegunungan Tengger mempunyai sejarah gunungapi yang panjang, dimulai dari 1,4 juta tahun yang lalu (Mulyadi, 1992). Para ahli gunungapi menamakan pegunungan ini dengan Komplek Bromo – Tengger, terdiri dari beberapa tubuh gunungapi dengan pusat erupsi utamanya membentuk busur. Pada masa pertumbuhannya kegiatan eksplosif dan efusif telah membentuk kerucut Nongkojajar (1,4 ± 0,2 juta tahun yang lalu), Kerucut Ngadisari (822 ± 90 ribu tahun yang lalu), Kerucut Tengger Tua (265 ± 40 ribu tahun yang lalu), Kerucut Keciri (tidak diketahui umurnya) dan Kerucut Cemoro Lawang (144 - 135 ± 30 ribu tahun yang lalu).

Pada kegiatan eksplosif yang besar, kerucut-kerucut tersebut sebahagian terhancurkan dan terbentuklah kaldera dengan urutan tertua ke muda sebagai berikut :

1. - Kaldera Nongkojajar

2. - Kaldera Ngadisari

3. - Kaldera Keciri, dan

4. - Kaldera Lautan Pasir

Kerucut Gunungapi Bromo merupakan satu-satunya pusat kegiatan post-kaldera Lautan Pasir yang masih menunjukkan aktifitas vulkanik sampai sekarang. Beberapa kerucut yang berada di dalam kaldera Lautan Pasir namun sudah tidak aktif lagi.

Geofisika Gunungapi Bromo


1. Kegempaan

Pengamatan kegempaan G. Bromo dilakukan secara terus menerus sejak awal 1989 dengan mempergunakan seismograf mekanik hingga bulan Juli 1991. Selanjutnya pada bulan Juli 1991 sampai dengan bulan Mei 1995 digunakan seismograf Teledyne Geotech satu komponen sitem kabel dan pada saat ada peningkatan kegiatan letusan G. Bromo pada bulan Maret 1995 maka dipasang Seimograf PS-2 sistem pancar (radio) satu komponen sampai sekarang. Sedangkan Seismograf Teledyne Geotech sistem kabel tidak dipergunakan lagi sejak bulan Mei 1995.

Seismometer (alat penangkap gempa) ditempatkan di lereng Utara G. Bromo, Gambar 1 (lebih kurang 2.160 meter dpl.).

Data kegempaan G. Bromo dipancarkan (ditransmit) lewat radio dan kemudian diterima oleh seperangkat alat penerima (receiver) yang ditempatkan di Pos Pengamatan Gunungapi Bromo yang berada di Cemoro Lawang (lebih kurang 2.200 meter dpl.), Desa Ngadisari, kecamatan Sukasari, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Secara umum, jenis gempa yang terekam di G. Bromo terdiri dari Gempa Vulkanik A (dalam), Vulkanik B (dangkal), tektonik lokal, tektonik jauh, hembusan/letusan dan gempa-gempa yang bersumber dari letusan G. Semeru.

Kegempaan yang tercatat di Pos Pengamatan G. Bromo adalah sebagai berikut :

1. - Gempa vulkanik B (dangkal) yang tercatat di G. Bromo tidak banyak.

2. - Gempa vulkanik A (dalam) mulai meningkat jumlahnya setelah terjadi letusan pada bulan Maret – Mei 1995. Sebelum letusan terjadi jumlah gempa vulkanik A berkisar 0 – 4 kejadian perbulan, namun sejak bulan Juli 1995 (setelah perioda letusan pada bulan Maret – Mei 1995) jumlah gempa vulkanik A meningkat tajam. Jumlah rata-rata gempa vulkanik A sejak bulan Juli 1995 sampai bulan Juni 1996 berkisar 7 – 20 kejadian per-bulan. Amplitudo maksimum rata-rata gempa vulkanik A pada bulan Juli 1995 berkisar 16 mm kemudian meningkat mencapai 26 mm pada bulan Nopember 1995.

Berdasarkan estimasi hiposenter gempa gunungapi dari tanggal 13 hingga 19 September 1995 menghasilkan harga kedalaman yang bervariasi.

Geokimia Gunungapi Bromo


Analisis Batuan

Hasil analisis kimia terhadap batuan lava dan batuan intrusi di daerah Pananjakan adalah sebagai berikut :

No.

Komposisi

Lokasi


Kimia

Lava-1

Lava-2

Lava-3

Dike

1.

SiO2

52,16

51,06

50,91

51,75

2.

Al2O3

16,20

16,16

16,63

16,74

3.

Fe2O3

10,59

11,16

11,64

12,06

4.

CaO

11,31

11,08

10,31

10,32

5.

MgO

3,75

4,37

4,93

4,84

6.

Na2O

2,74

3,17

2,95

2,97

7.

K2O

0,95

0,60

0,54

0,63

8.

MnO

0,19

0,18

0,21

0,19

9.

TiO2

1,15

1,26

1,02

1,03

10.

P2O5

0,34

0,30

0,50

0,43

11.

H2O

0,16

0,16

0,18

0,09

12.

HD

0,17

0,20

0,60

0,39

Mitigasi Bencana Gunungapi Bromo


Sistem Pemantauan

Pengamatan aktifitas visual dan kegempaan G. Bromo dilakukan secara menerus dari Pos PGA Cemoro Lawang (± 2.200 m dpl.), di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Probolinggo. Pos PGA yang terletak ± 700 m di sebelah Timur Hotel “Bromo Permai” ini dibangun pada tahun 1985.

Dalam bulan Oktober 1988 dipasang sebuah seismograf satu komponen dengan menggunakan sistem kabel bawah tanah sepanjang ± 1 km. Sedangkan alat sensor penangkap gempa (tranducer) untuk sementara diletakan di lereng G. Bromo sejauh ± 600 m dari pusat kegiatan (kawah). Perbesaran seismograf ini, yaitu 2.000 kali. Unit seismograf tersebut menggunakan sistem rekaman dengan jelaga, terdiri dari Recorder mekanik, amplifier, pen Galvanometer Hosaka HG-1, tranducer Hosaka MTDV-IC, serta crystal clock Seiko.

Hasil pengamatan menggunakan seismograf ini hingga akhir Desember 1988, rekaman didominasi oleh gempa letusan G. Semeru. Berbeda dengan rekaman gempa yang sama di lereng Timur G. Semeru, rekaman gempa di G. Bromo mempunyai gerakan awal yang jelas.

Pengamatan kegempaan sejak Juli 1991 menggunakan seismograf Teledyne Geotech (Portacorder/RV-320 B) satu komponen, masih menggunakan sistem kabel. Seismometer (alat penangkap gempa) di tempatkan di lereng Timur G. Bromo (± 2.150 m dpl.) yang dihubungkan dengan kabel ke alat perekam gempa (recorder) yang dipasang di Pos PGA Cemoro Lawang.

Sejak Mei 1995 seismograf Teledyne Geotech sistem kabel tidak dioperasikan lagi, untuk menyempurnakan sistem pengamatan kegempaan yang telah ada pada tanggal 7 Juli 1995 dilakukan uji coba pengoperasian seperangkat sistem seismograf telemetri radio satu komponen tegak (vertical) buatan kinemetrics yang memiliki perbesaran alat lebih besar dari seismograf sebelumnya. Sistem seismograf telemetri radio ini terdiri dari : seismometer Ranger SS-1, sub sistem TH 13, radio VHF dan recorder PS-2 buatan kinemetrics. Sub sistem pancar (transmitter) di pasang di lereng Utara G. Bromo, dan sub sistem trima (receiver) dipasang di Pos PGA Cemoro Lawang. Kedua sub sistem dicatu oleh batere 12 V/70 Ah yang diback up oleh panel surya untuk menjamim kontinuitas beroperasinya peralatan tersebut. Perbesaran alat seismograf sistem ini adalah 26 x 103 kali.

Umumnya jenis gempa yang terekam pada seismograf di G. Bromo terdiri dari gempa vulkanik-dalam (VA), vulkanik-dangkal (VB), Tektonik-jauh (TJ), tektonik-lokal (TL), hembusan/letusan, dan gempa-gempa yang bersumber dari letusan G. Semeru.

Acuan

1. Laporan uji coba peralatan seismik telemetri PS-2 di G. Bromo, Jawa Timur, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung, Doko, I.N., 1995.

2. Laporan pendahuluan pengamatan/pengawasan G. Bromo, Oktober - Desember 1988, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung, Siswowidjoyo S., dkk.,1988.

3. Laporan evaluasi kegiatan G. Bromo, Jawa Timur, Juni - Juli 1996, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung, Wahyudin D., dkk., 1996.

4. Laporan pengamatan visual dan seismik G. Bromo, Jawa Timur, Juni 1994, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung, Wahyudin D., 1994

5. Pengamatan visual & Kegempaan komplek G. Bromo, Jawa Timur, September 1998, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung, Zaenuddin & Rahmanto, 1998.

3 komentar:

  1. Lengkap sekali penjelasannya
    Kalau boleh saya tanya ,, agak melenceng sih dari postingan

    Yg saya tanyakan ,,
    Bagaimana kita bisa mendapatkan abu vulkanik dr gunung berapi ?
    Apa harus membelinya ?
    Dan apakah ada yg menjualnya ?

    Nah itu pertanyaan saya ,, trimakasih apabila ada yg berniat menjawabnya ,,

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Apakah anda punya nomor telepon pos PGA Gunung Bromo? Saya ingin menghubungi terkait penelitian yang saat ini sedang saya lakukan

    BalasHapus