RINJANI, P. Lombok, Nusatenggara Barat
Compiler : Iing Kusnadi (iing@vsi.esdm.go.id)
Editor : Syamsul Rizal Wittiri
Keterangan Umum
Nama | : | G. Rinjani |
Nama Lain | : | Kaldera Rinjani (danau Segara Anak), Ada 2 (dua) kerucut di bagian timur danau,yaitu G. Barujari atau G. Tenga, tingginya 2376 m dan G. Mas atau G. Rombongan, tingginya 2110 m dpl. |
Lokasi a. Geografi b. Administratif | : : | 08°25' Lintang Selatan dan 116°28' Bujur Timur Kac. Aikmel, Kab. Lombok Timur, Prop. NTB. |
Ketinggian | : | 3726 m dpl Di atas kota terdekat 3650 m dpl |
| : | Selong (kab. |
Tipe Gunungapi | : | Strato dengan danau kawah |
Pos Pengamatan | : | Kampung Sembalun Lawang |
Pendahuluan
Cara Mencapai Puncak
Jalur pertama yaitu Mataram - Sembalun Lawang. Di Sembalun Lawang tersedia rumah penginapan, sehingga para pendaki dapat mempersiapkan perbekalan untuk pendakian ke puncak G. Rinjani.
Dimulai dari Sembalun Lawang mulai jalan kaki menuju ke G. Plawangan yang ditempuh selama 8 jam. Tiba di G. Plawangan ada dua pilihan, yaitu mendaki ke puncak G. Rinjani atau ke danau Segara Anak yang mempesona. Dari G. Plawangan ke puncak G. Rinjani dapat ditempuh selama kl. 3 jam dengan kondisi jalan yang terus menanjak dan gersang. Apabila memilih ke Danau Segara Anak dapat ditempuh selama 2,5 jam dengan menuruni tebing. Di tepi danau para pendaki dapat menyaksikan kerucut G. Barujari (pusat aktifitas vulkanik sekarang) dan G. Mas yang hampir tertutup lava G. Barujari. Untuk mencapai G. Barujari dari tepi danau (Hulu S. Kokokputih) dapat di tempuh selama 1,5 jam.
Jalur kedua yaitu Mataram - Senaru yang ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 3 jam. Sebelum mendaki, di Senaru akan ditemui banyak ragam bentuk bangunan penginapan, serta airterjun. Jalur ini akan menempuh Senaru - Danau Segara Anak - G. Plawangan - Puncak G. Rinjani. Sejak dari Senaru medan yang ditempuh langsung mendaki hingga dinding kaldera Rinjani, setelah itu baru turun ke Danau Segara Anak. Dari Segara Anak pendakian dilanjutkan menuju G. Plawangan yang ditempuh selama 3 jam, kemudian ke puncak G. Rinjani yang juga ditempuh selama 3 jam.
Pada kedua jalur pendakian tersebut di atas tersedia perlengkapan untuk berkemah serta pemandu jalan dengan sewa yang terjangkau, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi para pendaki.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Salah satu bahan galian yang menjadi primadona P. Lombok adalah batu apung. Material tersebut adalah hasil pembentukan kaldera Rinjani dimasa lalu. Pusat penambangan yang dominan berada di bagian utara, timur, dan selatan G. Rinjani.
Selain batuapung, juga terdapat beberapa lokasi lapangan panas bumi (geothermal field) di Kampung di Sendanggile dan Sembalun Bumbung. Namun sampai sekarang potensi tersebut belum dikembangkan dengan alasan kurang ekonimis. Dimasa datang memungkinkan dikembangkan, paling tidak untuk energi di kedua kampung tersebut.
Wisata
P Lombok, adalah pulau tersebesar di Provinsi Nusatenggara Barat dan merupakan pilihan kedua tujuan wisata selain P. Bali. P. Lombok dapat ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan kapal motor (ferry), sedangkan dengan pesawat terbang hanya 30 menit dari Pulau Bali. Daerah wisata yang ada misalnya Pantai Senggigi, kerajinan gerabah, perkampungan primitif Suku Sasak yang terdapat di Lombok Utara (Kampung Segenter), dan kerajinan tenun yang banyak dikerjakan di perkampungan serta mendaki G. Rinjani.
Oleh pemerintah setempat G. Rinjani dijadikan sebagai salah satu tujuan utama wisata. Selain pemandangan yang indah, juga di dalam kaldera memberikan panorama yang menawan dengan air danau yang jernih. Dalam tahun 2000 pemerintah setempat bekerjasama dengan pemerintah Australia telah menata jalur-jalur yang menghubungkan Senaru dan Sembalun Lawang menuju puncak G. Rinjani (Kaldera Rinjani).
Apabila wisatawan melakukan perjalanan dari Mataram ke Kayangan (bagian timur P. Lombok) akan disuguhkan pesona G. Rinjani yang menjulang tinggi berada di sebelah utara jalan raya.
SEJARAH LETUSAN
Letusan G. Rinjani yang diketahui sejak tahun 1847 hingga 1994 dan tercatat telah berlangsung 9 kali. Letusan umumnya menghasilkan lava dan jatuhan piroklastik. Masa istirahat sejak letusan 1847 hingga1994 adalah berkisar antara 3 hingga 37 tahun hal ini menunjukan bahwa G. Rinjani termasuk gunungapi yang giat. Secara lengkap letusan Rinjani sebagai berikut:
Tabel 1. Tahun dan Kejadian letusan G. Rinjani
Tahun kejadian | Keterangan |
1846 | Zollinger mengatakan, bahwa dalam tahun 1846 kegiatan G. Rinjani dalam stadia fumarola, selanjutnya letusan yang terjadi berlangsung di dalam Kaldera Rinjani (G. Barujari dan G. Rombongan/Mas). |
1884 | Dalam Natuurkunding Tijdschrift voor Nederl. Indie, v. 45, mencantumkan bahwa asap dan nyala api tampak pada beberapa hari pertama bulan Agustus. |
1901 | 1 Juni, pukul 23.00 terdengar suara ledakan, dan malam berikutnya di Mataram terjadi hujan abu tipis. |
1906 | April, pukul 21.15 terdengar suara ledakan. |
1909 | 30 November, pukul 21.15 hujan abu di Lombok yang berlangsung hingga 2 Desember. Setelah itu tampak kegiatan meningkat berupa asap tebal yang mengepul. Air sungai tampak keruh.. |
1915 | 4 November tampak tiang asap. |
1944 | 30 Mei terlihat asap di atas puncak G. Rinjani. Menurut Petroeschevsky kegiatan mulai pada 25 Desember 1943. Pukul 16.00 terdengar suara gemuruh yang disusul dengan hembusan asap tebal. Pada malam hari tampak sinar api dan kilat sambung-menyambung. Gempa bumi terasa terjadi antara 25 - 30 Desember disertai suara gemuruh. Hujan abu turun selama 7 hari dengan lebatnya, merusak tanaman dan rumah. G. Rombongan atau G. Mas muncul dari dalam danau (2110 m) yang berada di kaki G. Barujari sebelah baratlaut, melebar ke utara dan barat. Mitrohartono (1969) menghitung, bahwa jumlah bahan baru yang dikeluarkan waktu itu adalah sebanyak lk. 7,4 x 107 m3. Kusumadinata (1969, 1973) dengan menggunakan rumus Yokoyama (1956 - 1957) telah menghitung Energi Kalor yakni 2,3 x 1024 erg, sedangkan Kebesaran Letusan adalah 8,98 dan Kesetaraan Bom Atomnya 273,8. |
1966 | 28 Maret Pulau Lombok digoncang gempabumi. Sejak itu terdengar suara dentuman berasal dari Segara Anak. 21 Mei terlihat dari puncak G. Punduk, bahwa di sebelah selatan kepundan G. Baru tempak ke luar pasir dari dasar Segara Anak menuju ke utara dan melebar ke barat dan timur. Persentuhan pasir panas dengan air Segara Anak menyebabkan terjadinya suatu kukusan, asap mengepul. Kusumadinata (1969), mengatakan bahwa yang disebut pasir panas ini pada hakekatnya adalah lava baru yang muncul di lereng G. Barujari sebelah timur, yang mencapai Segara Anak di utara dan Segara Endut di selatan. Mitrohartono (1969) telah menghitung luas penyebaran lava sebesar 954.350 m2 dan isi 6,6. 106 m3. Kusumadinata (1969) menghitung Energi Kalornya ialah 2,1. 1021 erg, Kebesaran Letusan 6,44 dan Kesetaraan Bom Atom 250,0. |
1994 | 4 Juni, pkl. 02.00 WITA terjadi suatu ledakan sangat kuat yang berasal dari dalam Kaldera Rinjani, terdengar hingga di Desa Sembalun. Pukul 08.00 terlihat asap hitam tebal membumbung ke udara mencapai tinggi 400 m dari puncak G. Plawangan. Pada 6 Juni, pkl 17.40 Wita terjadi hujan abu di sekitar Pos Pengamatan dengan ketebalan endapan 2 - 3 mm. Titik letusan mengambil tempat di G. Barujari dan berlangsung hingga awal bulan Januari 1995. Letusan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, hanya petani bawang di Sembalun gagal panen karena rusak oleh hujan abu. Volume material letusan sebesar 15.036.405,07 m3, dengan energi thermal sekitar : 4,7 X 1023 erg. |
Karakter Letusan
Tidak jelas kapan terbentuknya Kaldera Rinjani, tetapi bila melihat sebaran batuapung yang sangat luas, menandakan bahwa letusan G. Rinjani pada waktu itu sangatlah dahsyat, sehingga terbentuk lubang kaldera yang sangat besar. Dari sejarah letusan dan material yang dikeluarkan selama terjadinya letusan adalah endapan lava dan endapan jatuhan piroklastik serta endapan aliran piroklastik, hal ini mencirikan bahwa sifat letusan G. Rinjani adalah Strombolian.
Kegiatan vulkanik G. Rinjani purna kaldera telah berpindah ke dalam kaldera, sehingga bahaya letusan gunungapi yang langsung mengancam terhadap kehidupan masyarakat kecil sekali, karena produk letusan yang berbahaya dimuntahkan di dalam kaldera, hanya abu yang diterbangkan ke angkasa dan terbawa oleh angin ke segala arah, tergantung arah angin.
GEOLOGI
Stratigrafi
G. Rinjani merupakan salah satu gunungapi aktif tipe A yang tersebar di
Batuan gunungapi Pra Kaldera
Batuan yang dihasilkan pada perioda Pra Kaldera didominasi oleh endapan lava yang tersebar hampir kesegala arah, dengan pusat erupsinya berasal dari beberapa lokasi dari tua ke muda yaitu: Produk G. Rinjani Tua, G. Kondo G. Sangkareang dan G. Rinjani.
Batuan Rinjani Tua didominasi oleh endapan lava yang dicirikan dengan pelapukan yang kuat, membentuk perbukitan yang halus. Selain endapan lava juga terdapat aliran piroklastik yang tersusun dari dari material berukuran pasir sampai kerakal, tersebar di bagian lereng baratlaut kaldera. Dalam masa Rinjani Tua pernah terjadi erupsi samping G. Manuk, endapanya tersebar di lereng bagian selatan, bersifat basal.
Endapan batuan G. Kondo yang tersingkap adalah endapan lava yang masif, berwarna abu-abu gelap hingga terang, terdapat lubang-lubang bekas gas, sebagian telah mengalami pelapukan, endapan lava ini tersebar diselatan G. Kondo. Batuan yang berasal dari G. Sangkareang yang tersingkap umumnya adalah endapan lava yang tersebar ke arah utara G. Sangkareang, dicirikan dengan lava yang masif, sebagian telah menunjukan proses pelapukan, berwarna abu-abu terang hingga gelap, bersifat andesitik hingga andesit basaltis.
Batuan yang terakhir dari Pra Kaldera adalah batuan hasil G. Rinjani yang sebagian besar tersebar ke arah tenggara, timur hingga timurlaut. Endapan batuan hasil G. Rinjani dicirikan dengan perselingan antara endapan lava dengan aliran piroklastik
Batuan gunungapi pembentukan Kaldera
Produk kaldera merupakan hasil letusan paroksismal Gunung Rinjani Tua, menghancurkan bagian puncak G. Rinjani Tua. Letusan tersebut menghasilkan sebuah kaldera berbentuk ellip dengan diameter 2,4 x 4,8 km. Endapan yang dihasilkan dari letusan yang dahsyat tersebut adalah endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Batuan aliran piroklastik terendapkan ke arah selatan dan utara merupakan endapan yang terluas dibandingkan hasil letusan yang lainnya, hal ini dimungkinkan, karena letusan ini merupakan letusan yang sangat kuat. Penyusun endapan batuan aliran piroklastik didominasi oleh fragmen batuapung, selain itu juga terdapat fragmen litik dan scoria.. Endapan jatuhan piroklastik tersebar luas di bagian puncak kaldera yang tersusun dari batuapung berukuran pasir sampai kerikil serta litik, berwarna putih kotor, fragmen scoria umumnya berwarna abu kehitaman, dibeberapa tempat dijumpai adanya perlapisan yang baik (graded bedding).
Batuan gunungapi Purna Kaldera
Setelah terbentuknya Kaldera Rinjani, kegiatan gunungapi berpindah ke bagian dalam kaldera yaitu ke G. Barujari dan G. Rombongan. Kegiatan letusan di dalam kaldera dimulai dengan pembentukan G. Barujari. Batuannya dicirikan dengan lava yang masif, sebagian telah teralterasi berwarna kuning hingga merah kecoklatan, secara umum berwarna abu-abu terang, bersifat basal, sebagian pada permukaan dijumpai lava bloken dengan lubang-lubang bekas gas serta permukaannya kasar. Kegiatan G. Barujari yang terakhir terjadi dalam tahun 1994 yang menghasilkan lava serta jatuhan piroklastik. Lava tersebar ke arah baratlaut hampir menutupi G. Rombongan,sedangkan yang ke barat masuk kedalam danau Segara Anak. Lavanya adalah lava bloken dengan permukaan yang kasar lubang bekas gas.
Pembentukan G. Rombongan (G. Mas) terjadi pada tahun 1944 mengambil tempat di kaki bagian baratlaut G. Barujari. Batuan umumnya tersusun dari endapan lava yang tersebar ke bagian utara hingga barat.
Morfologi
Sebelum terbentuknya kaldera kemungkinan G. Rinjani memiliki tubuh yang indah, dengan bentuk kerucut menjulang tinggi seperti halnya gunung-gunung yang belum terpotong bagian kerucutnya, sehingga membentuk morfologi kerucut. Morfologi G. Rinjani dibagi kedalam beberapa satuan morfologi, yaitu:
Satuan morfologi perbukitan tinggi ,
Menempati bagian timur, barat serta bagian lereng puncak komplek Rinjani, dengan ciri memiliki tebing yang terjal dengan sudut lereng 30 - 80, dengan lembahnya berbentuk V sampai U yang mencerminkan tingginya tingkat erosi. Aliran sungai pada morfologi ini adalah radial dan dendritik serta paralel, batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklatik dengan vegetasi cukup lebat.
Satuan morfologi punggungan rendah dan bergelombang
Menempati sekeliling lereng bawah komplek Rinjani yang dicirikan dengan sudut lereng kurang dari 30 derajat. Batuan dasarnya adalah jatuhan dan aliran piroklastik, dengan vegetasi terbuka berupa ilalang.
Satuan morfologi kaldera
Ditemukan di dinding kaldera yang berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80 derajat. Batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik.
Satuan morfologi kerucut gunungapi
Satuan ini menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu kerucut G. Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan lereng berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan batuan dasarnya adalah jatuhan piroklastik.
Satuan morfologi dataran
Mengambil tempat pada daerah-daerah seperti dataran tinggi Sembalun dengan elevasi 1000 m dpl, dataran pantai utara serta dataran di bagian selatan komplek Rinjani. Batuan dasar umumnya adalah aluvium dan lahar.
Struktur Geologi
Van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa struktur pulau Lombok bagian utara merupakan kelanjutan Zona Solo dari P. Jawa yang merupakan pembentukan bagian puncak jalur geantiklin. Zona Solo ke bagian timur tersingkap di P. Lombok bagian barat dengan basementnya tertutupi oleh intrusi plutonik, dan struktur ini berakahir di P. Lombok. Blown (1974, dalam Nasution dkk, 1984) menafsirkan bahwa struktur P. Lombok pada akhir Tersier atau awal Kuarter terdapat beberapa struktur sesar yang arahnya bervariasi, sesar-sesar yang berarah baratdaya - timurlaut, selatan baratdaya - utara timurlaut dan utara - selatan kemungkinan sesar aktif bergerak sejak Tersier hingga Kuarter.
Berdasarkan hasil survey gaya berat regional, terdapat struktur sesar yang berarah utara timurlaut - selatan baratdaya. Sedangkan berdasarkan hasil penafsiran kelurusan pada citra landsat menunjukan arah kelurusan selatan baratdaya - utara timurlaut.
Geofisika
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Janes Simanjuntak (1991) yang dilakukan di kaki timur G. Rinjani (daerah Sembalun) menyimpulkan bahwa pola anomali Bougeur masih membuka ke arah barat dan timur yang pola konturnya masih belum menyambung. Penafsiran secara kwantitatif di daerah Sembalun memperlihatkan pola kontur yang cukup menarik, yaitu berupa lingkaran, tetapi ke arah barat masih membuka yang memberi kesan bahwa sumber panas berada di tengahnya, sedangkan daerah Sembalun merupakan pusat kegiatan tua yang berupa sisa dinding kaldera.
Seismik
G. Rinjani merupakan satu-satunya gunungapi di P.
Pemantauan seismik mulai dilakukan sejak Mei 1994 dengan seismograf Teledyne bersistem telemetri radio. Seismometernya pada waktu itu di tempatkan disekitar Pemantauan (4 Km dari G. Rinjani /8 Km dari G. Barujari). Purna Letusan 1994, dalam tahun 1996, seismometer dipindahkan ke lokasi yang lebih dekat ke G. Barujari, yaitu sekitar daerah Padabalong dengan pertimbangan pusat kegiatan berada di G. Barujadi .
GEOKIMIA
Jenis Batuan
Hasil analisa batuan yang dilakukan terhadap batuan lava dari lava 1944 adalah basalt andesit dan basalt menurut hasil analisa dari Suyatna (1969), sedangkan lava 1966 hasil dari analisa Hardjadinata (1969) adalah berjenis basalt. Analisa kimia yang dilakukan terhadap beberapa contoh batuan dari setiap produk letusan adalah sebagai berikut :
Analisa kimia batuan G. Rinjani (Suyatna dan Hardjadinata).
Unsur Kimia | Conto Batuan | ||||
Lava 1944 | Lava G. Mas | Lava 1966 | Lava G. Tenga | Lumpur Kokok Putih (Batusanek) | |
SiO2 Fe2O3 FeO Al2O3 CaO MgO P2O5 MnO K2O TiO2 Na2O SO3 H2O- Hilang dibakar | 51.65% 7.04 2.59 19.26 8.31 4.02 0.00 0.17 0.88 1.18 2.58 2.06 0.10 0.10 | 52.3% 4.86 2.87 19.77 8.71 4.32 0.00 0.17 0.83 1.20 2.75 1.92 0.13 0.13 | 52.60% 7.44 0.54 19.13 8.37 3.15 0.00 0.20 1.70 0.85 2.59 3.19 0.18 0.18 | 52.16% 7.70 1.40 19.51 8.68 3.29 0.00 0.20 1.48 0.90 2.61 1.91 0.20 0.20 | 4.83% 2.68 0.00 1.59 46.78 0.43 0.01 0.43 0.00 0.45 0.08 2.88 2.50 39.80 |
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Santosa I, dkk (1994), deskripsi petrografi diketahui tekstur batuan lava-lava G. Rinjani umumnya porfiritik dengan fenokris plagioklas, piroksen dan olivin. Selain tekstur tersebut ditemukan juga tekstur intergranular dengan mineral piroksen dan olivin terdapat atau sering dijumpai diantara mineral plagioklas yang memanjang dan tidak teratur. Jumlah fenokris di dalam masa dasar berkisar antara 35 - 80 % volume seluruh batuan.
Santosa I (1994) melakukan analisa kimia terhadap conto batuan yang tersebar di bagian tubuh G. Rinjani, jumlah conto batuan yang dianalisa sebanyak 17 conto batuan, maka hasil analisa kimia batuan menunjukan bahwa silika (SiO2) antara 48,95% - 56,86%, kandungan TiO2 kurang dari 1 (satu) %, hanya 2 conto yang mempunyai harga 1,02% dan 1,04% ini adalah suatu fenomena bahwa lava G. Rinjani terdapat pada busur kepulauan. Berdasarkan diagram Le Maitre 1989 (SiO2 terhadap K2O), komposisi batuan G. Rinjani umumnya basalt - basalt andesit.
Berdasarkan komposisi kimia, seri G. Rinjani termasuk ke dalam kerabat Kalk-Alkalin yang unsur K-nya sangat tinggi. Komposisi umumnya berkisar antara basaltis sampai andesitis. Dalam tabel berikut disajikan analisa kimia beberapa sample lava dari nilai silica terendah hingga tertinggi.
Tabel 5. Hasil Analisa Kimia ( Santosa I, 1994) beberapa conto batuan.
Unsur | Ri-16 | Ri-17 | Ri-18 | Ri-27 |
SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 H2O- HD Jumlah | 48.95 18.82 9.80 8.78 4.91 4.54 1.33 0.15 0.89 0.31 0.26 1.18 99.92 | 52.62 18.65 8.63 7.76 5.08 3.74 1.91 0.13 1.02 0.31 0.06 0.02 99.93 | 53.37 17.48 8.93 7.33 5.35 3.93 1.79 0.13 0.85 0.30 0.03 0.02 99.03 | 56.86 17.54 7.60 6.69 3.65 3.85 1.96 0.13 0.78 0.42 0.06 0.35 99.89 |
Evolusi magmatis berdasarkkan konsentrasi unsur utama produk G. Rinjani terhadap kandungan SiO2 dan TiO2 menunjukkan fraksinasi kristal mineral-mineral piroksen dan plagioklas, sedangkan korelasi negatif antara SiO2 terhadap unsur-unsur Al2O3, Fe2O3, MgO dan CaO menunjukkan adanya dominasi fenokris dari plagioklas, piroksen dan olivin.
Hasil penelitian tentang pemeriksaan air juga dilakukan pada tahun 1994, yaitu pada bulan Mei dan Oktober (Priatna, dkk, 1994), hal ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada kimia air di sekitar G. Barujari. Contoh air yang analisa adalah airpanas di S. Kokok Putih, air danau Segara anak dan airpanas Sprela, contoh-contoh tersebut adalah:
Tabel 7. Analisa Kimia Air G. Rinjani, Mei dan Oktober 1994
Unsur Kimia | Airpanas S. Kokok Putih | Air Danau Segara Anak | Airpanas Sprela | |||
Mei | Oktober | Mei | Oktober | Mei | Oktober | |
SiO2 Ca Mg Na K Mn SO4 H2S NH3 Cl(-) HCO3 (-) B Suhu pH | 119,10 191,00 184,00 320,25 51,60 0,00 648,50 9,25 1,44 1.552,00 628,58 1,07 45,6° 6,67 | 120,20 180,80 172,00 330,20 60,25 0,00 630,50 12,25 2,02 1.425,00 520,23 1,05 43,24° 6,82 | 139,83 209,00 232,00 213,50 54,00 0,26 970,50 6,94 1,74 296,00 806,83 0,00 14,60° 6,58 | 142,25 211,00 240,00 215,50 59,25 0,43 982,50 7,24 1,62 283,00 812,00 0,00 16,8° 6,52 | 129,23 119,00 355,30 299,50 46,00 0,00 724,00 6,94 1,64 1.334,00 450,33 0,89 40,73° 6,34 | 128,32 121,23 342,36 310,50 50,50 0,00 716,00 8,82 1,84 1,223 432,50 0,69 39,50° 6,65 |
Kalau dilihat dari tabel hasil analisa kimia air G. Rinjani sebelum dan sesudah letusan G. Barujari, terlihat adanya perbedaan kandungan unsur yang meningkat dan menurun, kemungkinan adanya unsur yang menambah pada lokasi-lokasi tersebut.
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem pemantau secara menerus selama ini yang dilakukan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dari Pos Pengamatan Gunungapi (Pos PGA). Selain itu, usaha untuk mengurangi resiko bencana letusan G. Rinjani, telah dibuat Peta Daerah Bahaya G. Rinjani. Dalam peta tersebut daerah dibagi atas dua bagian, masing Daerah Bahaya dan Daerah Waspada.
Daerah Bahaya umumnya di bagian utara, terutama hulu Kali Kokok Putih yang berhulu di puncak atau bukaan kawah. Sedangkan Daerah Waspada meliputi sekeliling gunung. Pendataan penduduk yang berada di dalam Daerah Bahaya dan Daerah Waspada telah dilakukan sejak tahun 1990, 1992 dan tahun 1995. Data tersebut dijadikan sebagai bahan perbanding, sehingga kita dapat memperkirakan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya serta penambahan perkampungan di sekitar tubuh G. Rinjani. Selain itu juga terdapat Dusun-dusun baru yang terbentuk dari keadaan lingkungan yang memungkinkan terbentuknya suatu dusun, mungkin kerena dekat dengan lokasi matapencaharian penduduk setempat.
Penduduk yang bermukim disekitar Daerah Bahaya umumnya terdapat di bagian utara G. Rinjani, hal ini karena sebaran Daerah Bahya adalah aliran Sungai Kokok Putih yang bemuara kebagian utara, hal ini karena bukaan kaldera Rinjani adalah S. Kokok Putih, sehingga bila terjadi letusan, air Sungai Kokok Putih akan melimpah dan kemungkinan terjadi banjir yang membawa material letusan G. Barujari. Pendataan yang dilakukan pada tahun 1991, 1992 dan 1995 adalah seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Data jumlah Penduduk pada Daerah Bahaya G. Rinjani
Nama Dusun, Desa | Penduduk 1991 | Penduduk 1992 | Penduduk 1995 |
Ledang Tinggi, Sajang | 321 Jiwa | - | - |
Torean, Loloan | 387 Jiwa | 468 Jiwa | 481 Jiwa |
Sambikelen, Loloan | - | - | 213 Jiwa |
Birak, Sajang | - | - | 273 Jiwa |
Bilok, Sajang | - | - | 375 Jiwa |
Batusantek, Loloan | - | - | 73 Jiwa |
Wilayah pemukiman yang berada di dalam Daerah Wasapada G. Rinjani meliputi beberapa dusun yang berada disekitar tubuh G. Rinjani yang kemungkinan akan terkena lontara material pijar, dusun-dusun tersebut adalah :
Tabel 4. Data jumlah Penduduk pada Daerah Waspada G. Rinjani
Nama Dusun, Desa | Jumlah Penduduk Tahun | ||
1991 | 1992 | 1995 | |
Senaru, Bayan | 1.119 Jiwa | - | 754 Jiwa |
Tanak Petak Lauq , Loloan | 79 Jiwa | 229 Jiwa | 247 Jiwa |
Tanak Petak Daya , Loloan | 70 Jiwa | 368 Jiwa | 394 Jiwa |
Batusantek, Loloan | 81 Jiwa | 282 Jiwa | 288 Jiwa |
Sajang | 422 Jiwa | - | 323 Jiwa |
Bawa Nau Daya, Sajang | - | - | 297 Jiwa |
Bawa Nau Lauq, Sajang | - | - | 296 Jiwa |
Lelongken , Sajang | 389 Jiwa | - | 358 Jiwa |
Terasgenit, Sajang | - | - | 919 Jiwa |
Beburung Sajang | 251 Jiwa | - | - |
Bilok, Sajang | 297 Jiwa | - | 375 Jiwa |
Berdasarkan catatan sejarah tentang kegiatan vulkanik G. Rinjani, pada waktu sekarang ini kegiatannya telah berpindah ke bagian dalam kaldera, sehingga yang perlu di waspadai apabila terjadi letusan di dalam Kaldera adalah aliran S. Kokok Putih, karena sungai tersebut merupakan satu-satunya pelimpahan air dari Danau Segara Anak. Oleh sebab itu masyarakat yang bermukim disekitar aliran ini perlu lebih waspada.
DAFTAR PUSTAKA
· Foden, J.D and R. Varne, The Geochemistry and Petrology of the basal - andesitic - dacite suite from Rinjani Volcano,
· Hendrasto M, dkk, 1992, Laporan Kegiatan Pemetaan Geologi Komplek Rinjani, Lombok, Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Imam Santosa, Iman KS (1994), Laporan Penyelidikan Petrokomia G. Rinjani, Bulan Juni 1994, No. 85/DV/94, Direktorat Vulkanologi.
· Iing Kusnadi, dkk, 1994, Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Rinjani, Juni - September 1994, No. 67/DV/1994, Direktorat Vulkanologi.
· Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi
· Nasution A., dkk, 1984, Geologi Panas Bumi Daerah Sembalun, Lombok Timur, NTB, Sub Dit. Panas Bumi, Direktorat Vulkanologi.
· Ruska Hadian (1995), Laporan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi G. Rinjani, P. Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bulan Juni 1995, No. 17/DV/96, Direktorat Vulkanologi
· Suparto S, 1981, Seismologi Gunungapi, Direktorat Vulkanologi.
· Priatna, dkk, 1994, Laporan Penyelidikan Kimia Gas dan Air G. Rinjani Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.
Dokumentasi Peta
Daftar Peta Rupabumi Indonesia yang termasuk kedalam wilayah penyebaran G. Rinjani
Lembar Peta | Nomor | Skala | Penerbit | Tahun penerbitan | Wilayah Administrasi |
D. Segara Anak | 1807-522 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | 3 Kabupaten |
Santong | 1807-523 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | Lombar |
Bayan | 1807-524 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | Lombar |
G. Buanamangge | 1807-521 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | Loteng |
Sembalun Lawang | 1807-613 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | Lotim |
Sembalun Bumbung | 1807-611 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | Lotim |
Aikmel | 1807-233 | 1:25.000 | Bakosurtanal | 1992 | Lotim |
Petunjuk letak peta
1807 - 523 SANTONG | 1807 - 524 BAYAN | 1807 - 613 SEMBALUN LAWANG |
1807 - 521 G. BUANA MANGGE | 1807 - 522 D. SEGARA ANAK | 1807 - 611 SEMBALUN BUMBUNG |
1807 - 243 MANTANG | 1807 - 244 MASBAGIK | 1807 - 333 AIKMEL |
oke makasih bang
BalasHapusoh ya salam kenal bang
BalasHapus