BATUR, Pulau Bali
Compiler : Tulus (tulus@vsi.esdm.go.id)
Editor : Syamsul Rizal Wittiri
Keterangan Umum
Nama | : | G. Batur |
Nama Lain | : | Batoer, Bator |
Lokasi a. Geografi b. Administratif | : : | 08°14,5' Lintang Selatan dan 115°22,5' Bujur Timur (Atlas Trop. Ned., 1938, sheet 22) Wilayah Kec. Kintamani, Kab. Bangli, Prop.Bali |
Ketinggian | : | 1717 m dpl 686 m diatas muka Danau Batur (M.N.V.Padang, 1951) 1267 m dari |
| : | Bangli, 23 km, selatan G. Batur |
Tipe Gunungapi | : | Strato di dalam kaldera |
Pos Pengamatan | : | - Desa Panelokan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. - Posisi geografi 08o17,27’ Lintang Selatan 115o22,72’ Bujur Timur - Ketinggian + 1290 m di atas muka laut |
Pendahuluan
Cara pencapain wilayah
Pencapaian lokasi kawasan G. Batur sangatlah mudah, dari Denpasar menuju Kintamani (Kota Kecamatan yang merupakan kawasan wisata G. Batur) dapat dilakukan dengan kendaraan pribadi, bus, taksi atau kendaraan biro perjalanan wisata di Bali, karena kawasan G. Batur adalah salah satu obyek wisata yang terkenal di Bali dan banyak pengunjungnya, sehingga fasilitas jalan dan transportasi telah dipersiapkan oleh pemerintah dan swasta, termasuk jalan di dalam kaldera. Sarana jalan di dalam kaldera dan menuju dasar kaldera juga sebagai sarana lalu lintas bagi penduduk yang bermukim di dalam Kaldera Batur.
Untuk turun menuju dasar kaldera mudah dicapai dengan kendaraan roda empat dari Panelokan. Kondisi jalan cukup baik, beraspal mengelilingi tubuh G. Batur, sehingga dalam perjalanannya dapat melihat kondisi tubuh G. Batur dari segala arah dari dalam kaldera.
Cara pencapain puncak/kawah
Pencapaian kawah/puncak G. Batur dapat dilakukan dari beberapa arah, di antaranya yang mudah adalah dari arah baratlaut dimulai dari Latengaya atau dari Yehmampeh. Dari jalur ini dapat dengan mudah mencapai Kawah 1994 yang memerlukan waktu lk. 30 menit. Selain itu untuk mencampai puncak juga dapat dilakukan dari arah selatan dimulai dari Kp. Seked dan dari arah timurlaut dimulai dari Kp. Songan. Dari ketiga arah tersebut yang paling mudah adalah pendakian dari Kp. Yehmampeh dari arah baratlaut.
Bagi para pendaki yang memerlukan pemandu perjalanan ke kawah sangatlah mudah, karena di Panelokan telah tersedia para pemandu dari Himpunan Porter Kawasan Wisata G. Batur. Sebaiknya bagi para wisatawan yang melakukan pendakian terhadap kawah-kawah G. Batur disarankan agar membawa pemandu wisata.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Sumberdaya gunungapi yang terdapat di kawasan G. Batur adalah:
1. Cadangan bahan galian produk erupsi G. Batur masa lampau, seperti pasir dan kerikil (sirtu). Cadangan ini tersebar di dalam kaldera, yang ditambang oleh masyarakat, secara tradisional, terutama di bagian utara dan baratlaut dari puncak.
2. Cadangan endapan leleran lava purna pembetukan kaldera yang penyebarannya hampir mengelingi kawah-kawah G. Batur dan terbatas di dalam kaldera.
Pemanfaatan lainnya adalah endapan lava dijadikan sebagai bahan bangunan sarana jalan, bangunan gedung dan sarana lainnya.
3. Cadangan endapan ignimbrit G. Batur yang terserbar luas di luar kaldera, ditambang sebagai bahan bangunan, bahan kerajinan seni.
4. Mata air panas yang lokasinya di Toyobangkah di dalam kaldera.
Daftar Acuan :
· Kusumadinata, K., 1979; Data dasar Gunungapi
·
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Starnico, P.T., 1978; Pembagian Administrasi Pemerintahan Negara R.I., Publ. PT. Starnico,
SEJARAH LETUSAN
Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai tahun 1804 dan terakhir tahun 2000, secara singkat kegiatan letusannya seperti tabel berikut.
Tabel 3. Tahun letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah kegiatannya.
Tahun | Keterangan |
1804 | Terjadi letusan dari kawah utamanya. |
1821 | Terjadi letusan dari kawah utamanya. |
1849 | Letusan dengan aliran lava ke jurusan selatan sampai danau. |
1888 | Terjadi letusan celah pada lereng tenggara, lava mengalir ke jurusan tenggara sampai danau. |
1897 | Terjadi letusan dari kawah utamanya |
1904 | Letusan parasit di sebelah barat, yaitu sekitar G. Anti dan G. Pandang, lavanya tersebar di sekitarnya. |
1905 | Letusan dari Kawah Batur I, Batur II dan Batur III. Lavanya mengalir ke jurusan selatan, baratdaya dan selatan. |
1921 | Letusan dimulai 29 januari dan berakhir 17 April, aliran lavanya ke arah baratdaya dan selatan. |
1922 | 30 Agustus terjadi letusan dari kawah utamanya. |
1923 | Peningkatan kegiatan selama 2 hari. |
1924 | Letusan abu terjadi pada bulan Maret. |
1925 | Awal Januari terjadi letusan abu, diikuti leleran lava pijar selama 1 hari. |
1926 | Letusan dimulai 2 Agustus dan berakhir 21 September. |
1963 | L etusan dimulai 5 September dan berakhir 10 Mei 1964, letusan disertai leleran lava. |
1965 | Pada 18 Agustus terjadi letusan abu. |
1966 | Pada 28 April terjadi letusan abu. |
1968 | Letusan dimulai 23 Januari dan berakhir 15 Februari, leleran lava ke arah selatan. |
1970 | Akhir januari terjadi letusan abu sangat tipis sampai di Kintamani. |
1971 | Mulai 11 Maret tejadi letusan abu, letusan berlangsung sampai Mei. |
1974 | Letusan terjadi pada 12 maret, leleran lava terjadi pada 17 Maret ke arah barat sekitar Yehmampeh. |
1994 | Letusan dimulai tgl. 7 Agustus 1994, kegiatan letusan 1994 bersifat eksplosif yang pada awal letusan berupa letusan abu (Foto 3), kemudian letusan-letusan berikutnya disertai lontaran material pijar (Foto 4), mengahsilkan kawah baru (Kawah 1994). Produk letusan lapili dan bom vulkanik hanya mengendap sekitar kawah dengan radius lebih kurang 300 m dari pusat letusan, sedangkan abu letusan mengendap ke arah barat sampai di Kintamani. Tinggi asap letusan berkisar antara 25 - 300 m di atas bibir kawah. |
1995 | Letusan 26 Mei 1995, pusat letusan dari Kawah 1994, kegiatannya berupa letusan-letusan eksplosif disertai lontaran metrial pijar. Sifat letusannya sama dengan kegiatan letusan 1994. |
1997 | Letusan terjadi mulai |
1998 | Letusan dimulai 2 Juni 1998, menghasilkan kawah baru (Kawah 1998), yang lokasinya terletak di antara Kawah Batur III dengan Kawah 1994. Letusa-letusan selama Juni 1998 dicirikan oleh letusan-letusan gas kering yang teramati kebiru-biruan, yang pada malam hari termati sebagai semburan /sinar api (Foto 5). |
1999 | Letusan dimulai 1 Pebruari 1999, menghasilkan kawah baru (Kawah 1999), kegiatan vulkanik dari kawah ini berupa letusan/hembusan asap (Foto 6). Pada tgl. 15 Maret 1999 pematang yang memisahkan Kawah 1998 dengan Kawah 1999 amblas, sehingga kedua kawah tersebut menjadi satu. |
2000 | Pada tgl. 7 Juli 2000, pkl 12:16 Wita, kembali terjadi letusan sebanyak 3 kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Tinggi asap letusan mencapai maksimum 300 m di atas bibir kawah, condong ke arah baratlaut. Asap letusan berwarna abu-abu kehitaman. Letusan disertai lontaran piroklastik seperti pasir, lapili dan bongkah, mengendap dengan radius lk. 100 m dari pusat letusan. Kejadian letusan kali ini telah mengakibatkan korban 1 orang langsung meninggal dan 1 orang luka-luka, korban tersebut adalah wistawan asing yang mendaki tanpa pemandu wisata. Pada saat letusan 7 Juli 2000, kondisi G. Batur masih dalam status Waspada, dengan saran wisatwan dilarang mendekati pusat letusan dengan radius 500 m dari pusat kegiatan (Kawah 1994). |
Karakter Letusan
Untuk mengetahui karakter letusan G. Batur harus diketahui sifat erupsi (letusan) dan produk erupsinya. Keterangan letusan-letusan G. Batur oleh para peneliti yang terkumpul di antaranya sebagai berikut :
Junghun 1850, mencatat letusan dan aliran lava tahun 1849 yang mengalir ke arah selatan sampai Danau Batur. Beberapa letusan seperti pada tahun 1888, 1904 dan 1905. Pada tahun 1926 letusan G. Batur mengeluarkan leleran lava yang menimbun Desa Batur dengan penduduk 2000 orang, semua penduduknya pada saat itu dapat menyelamatkan diri, karena aliran leleran lavanya sangat lamban.
Kusumadinata 1964, mencatat letusan G. Batur pada 1963, letusannya dimulai tanggal 5 September 1963 dan berlangsung sampai 10 Mei 1964, mengeluarkan leleran lava dalam tiga kompleks. Kompleks pertama terdiri dari dari dua leleran, ke arah barat melanda daerah lk. 1.285.250 m 2 dan ke arah selatan dan baratdaya melanda daerah lk. 4.324.750 m2.
Kompleks kedua, leleran lava ke arah barat melanda daerah seluas 188.550 m2, dan kompleks ketiga kearah barat melalui kawah G. Butus, menempati daerah seluas 19.000 m2. Umunya leleran lava 1963 - 1964 mengalir sangat lamban dan tidak menimbulkan letusan eksplosif (Suryo, 1964). Beberapa letusan skala kecil dilaporkan terjadi pada tahun 1965 dan 1966 terbatas letusan abu di sekitar kawahnya.
Wikartadipura, 1968, mencatat leleran lava melanda lereng selatan seluas 670.000 m2, tgl. 23 Januari sampai 15 Februari 1968 diikuti letusan dan lontaran bahan vulkanik pijar. Dalam tahun 1969 dilaporkan bau belerang di permukaan Danau Batur, warna airnya berubah dari hijau menjadi putih, ikan pada mabuk. Kejadian ini berlangsung selama dua hari. Peristiwa serupa pernah terjadi pada 1959.
Kegiatan selanjutnya pada awal Januari dan 11 Maret sampai dengan 15 Mei 1971, keduanya berupa letusan abu yang menyebar di dalam kaldera dan hujan abu tipis di Kintamani. Letusan Maret 1974 berupa letusan yang mengeluarkan leleran lava ke arah barat, sekitar Yehmampeh.
Letusan periode 1994 - 2000
Letusan periode tahun 1994 - 1995 didominasi oleh letusan strobolian, kemudian periode 1997 - 1999 letusan-letusannya dominan bersifat letusan gas/asap, sedangkan letusan 7 juli 2000 berupa letusan strombolian. Dari 28 kejadian letusan yang diketahui secara rinci dari hasil para peneliti terdahulu, maka karakter letusan G. Batur dapat dibedakan berupa lontaran piroklastik/strombolian dan leleran lava, leleran lava, letusan abu dan semburan gas, dengan persentase kecenderungan dominan sebagai berikut :
· Kombinasi strombolian dan efusif : 10 kejadian
· Strombolian/lontaran piroklastik : 3 kejadian
· Letusan abu : 11 kejadian
· Semburan gas/asap : 4 kejadian
Periode Letusan
Periode letusan G. Batur umumya berlangsung lama (bulanan) dengan intesitas relatif kecil/lemah. Sedangkan tenggang waktu antar kejadian letusan dalam sutu periode berlangsung beberapa menit/detik hingga beberapa jam. Waktu istirahat antar pereode letusan 1 s/d 39 tahun.
Daftar Acuan:
· Hamidi , S. dkk., 1970; Pemriksaan kawah-kawah G. Batur,
· Karsana, A.A., 1994; Kegiatan G. Batur 7 Juli 1994. Laporan Direktorat Vulknaologi, tidak diterbitkan.
· Kusumadinata, K., 1979; Data dasar Gunungapi
· Kusumadinata, K., 1964; Nota Umum mengenai aktivita efusiva tahun 1963 di dalam Kaldera G. Batur (Bali), Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Nasution, A., 1993; Mt.Batur and
·
· Purbawinata, M.A., 2001; Evaluasi Kegiatan G. Batur, Purna Letusan 7 Juli 2000 s/d April 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Purbawinata, M.A., 2001; Penurunan Status Kegiatan G. Batur, 3 Mei 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sean Buletin, 1989; Batur : Thermal activity. Sean Bulletin vol. 14, no. 11, Nov. 1989, p.11.
· Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur (Bali) pada bulan September 1968. Laporan Dirtektorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur, Bali bulan Juni 1974. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1975; Pemetaan topografi penyebaran leleran lava 1974, G. Batur, Bali, Agustus – September 1975. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sauryo, I., 1959; Pemeriksaan Danau Batur (Bali) dalam bulan Agustyus 1959. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Suryo,
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 2000; A Guide to the geological phenomena of Batur Caldera, Bali, Indonesia, IAVCI GENERAL ASSEMBLY 2000. Tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 19904; Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, Direktorat Vulkanologi, No. 68/DV/1994, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 19967; Pemeriksaan Kawah dan Pengamatan Gempa G. Batur, September 1996. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1997; Peninmgkatan Kegiatan G. Batur Oktober 1997. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1998; Evaluasi Kegiatan G. Batur 1994 – 1998, di P. Bali. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
GEOLOGI
Pemetaan geologi G. Batur (Gambar 6, 7 dan 8), telah dipetakan oleh Sdr. I.S. Sutawidjaja, dkk, (1990).
Kronologi kegiatan G. Batur
G. Batur merupakan gunungapi berkaldera dengan membentuk danau di bagian dalammnya. Kaldera Batur terbentuk dari dua periode, yaitu Kaldera Batur I dan Kaldera Batur II.
Pertumbuhan kerucut gunungapi purba dengan ketinggian lk. 300 m di atas muka laut. Sekitar 29300 tahun yang lalu terjadi letusan awan panas yang mengandung batuapung berkomposisi dasit, setelah letusan tersebut terjadilah amblasan pada bagian atas kerucut yang membentuk Kaldera Batur I, dengan G. Ambang (+2152 m) merupakan sisa tubuh kerucut purba.
Letusan besar kedua terjadi sekitar 20150 tahun yang lalu dengan komposisi yang sama dengan yang pertama, letusan ini diikuti dengan pembentukan beberapa kerucut dan kubah seperti G. Payang dang dan G. Bunbulan. Amblasan kedua terjadi dan membentuk Kaldera Batur II dengan kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas hampir separuhnya. Amblasan kedua kalinya Kaldera I membentuk undak Kintamani di sebelah barat dan baratlaut di dalam kaldera.
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur hingga kini terbentuk. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah-pindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan.
Menurut I.S. Sutawidjaja, 1990; kronologi pembentukan kaldera tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan kerucut gunungapi purba dengan ketinggian 300 m di atas muka laut.
2. Letusan awan panas batuapungan berkomposisi dasit pada 29300 tahun yang lalu.
3. Amblasnya bagian atas kerucut membentuk Kaldera I, dimana G. Abang (+2152 m) merupakan sisa tubuh kerucut purba.
4. Letusan besar kedua berkomposisi sama terjadi pada 20150 tahun yang lalu, diikuti pembetukan beberapa kerucut dan kubah seperti G. Payang dan G. Bunbulan.
5. Amblas kedua kalinya membentuk Kaldera II, dimana kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas hampir separuhnya.
6. Amblas kedua kalinya Kaldera I membentuk undak Kintamani di sebelah barat dan baratlaut di dalam kaldera.
7. Kegiatan purna kaldera ditandai pertumbuhan kerucut G. Batur hingga kini. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah-pindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strombolian.
Bentuk danStruktur
Menurut Kemmerling (1918) dan Stehn (1928), Kaldera Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m 2152 m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya lk. 16 km2. Tinggi permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau tersebut terjadi karena suatu penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926) terbentuknya kemudian.
Kondisi Kawah
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur. Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strobolian. leelran lava terbanyak terjadi pada bulan September 1963 menutupi daerah seluas lk. 5.967.550 m2. Lokasi kawah-kawah G. Batur dan penyebaran endapan leleran lava serta tahun kejadiannya dapat dilihat pada (Gambar 7 dan 8). Letusan terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3 kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Letusan disertai lontaran piroklastik, seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap dengan radius lk. 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000, berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.
Sebaran Batuan Hasil Letusan G.Batur
Penyebaran batuan yang dihasilkan dari G. Batur dapat dibagi menjadi 5 periode yaitu :
Periode I Zaman tersier
Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera)
Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I (29300 tahun yang lalu)
Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20150 tahun yang lalu)
Periode V Zaman Purna Kaldera (5500 tahun yang lalu)
Periode I Zaman Tersier
Batuan tertua yang tersingkap adalah Endapan aliran piroklastik Bukit Jangkrik yang dicirikan dengan endapannya terpadatkan, sangat lapuk, memiliki perlapisan yang buruk dari batuapung berukuran abu hingga lapili dan litik andesitik yang mengandung augit, berwarna putih, abu-abu sampai kuning, dengan beberapa selingan lapisan litik. Batuan ini tersingkap di bagian selatan.
Batuan selanjutnya yang tersingkap adalah Lava Cempaga yang berkomposisi basal olivin holokristalin, berwarna abu-abu gelap dengan masadasar gelas vesikuler kuning sampai coklat, olivin (1-2 mm) merupakan fase fenokris dominan, sedangkan plagioklas dan klinopiroksen sangat miskin. Batuan ini tersingkap sedikit di bagian selatan.
Batuan mudanya adalah Lava Tejakulak yang tersingkap di bagian utara, tersusun dari basal olivin porfiritik, abu-abu cerah, fenokris (sekitar 40 %) dicirikan oleh olivin besar berbentuk euhedral - subhedral dengan plagioklas subhedral (kurang dari 2 mm).
Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera)
Batuan yang tersingkap dari yang tertua sampai termuda adalah sebagai berikut : Endapan Aliran Piroklastik Tianyar yang tersebar di bagian timur, Kerucut Sinder Paleg yang tersebar di lereng timurlaut kaldera, Lava Gunung Abang yang tersusun dari porfiritik basal tersebara di bagian tenggara cukup luas dan endapan yang termuda adalah Lahar Tukad Daya yang terpadatkan.
Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I ( 29300 tahun yang lalu)
Batuan tertua yang tersingkap selama pembentukan Kaldera I adalah Ignimbrit Ubud yang tersebar sangat luas di sebelah selatan di luar Kaldera. Batuan lainnya adalah Endpan Aliran Piroklastik Gretek tersebar di bagian luar kaldera sebelah timurlaut dekat pantai. Batuan yang tersingkap paling muda adalah Lava Tanjungbatu, tersebar di bagian utara hingga baratlaut, serta pada dinding Kaldera I
Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20150 tahun yang lalu)
Batuan yang tersingkap pada Zaman ini yang tertua adalah Ignimbrit Gunungkawi (Gki) dan Ignimbrit Batur (Bri) yang memiliki umur sama, Gki tersingkap di luar kaldera di bagian selatan tersebar sangat luas, hasil analisa 14c batuan ini memiliki umur 19600 + 690 (wk-1450), sedangkan Bri tersebar pada dinding Kaldera II bagian dalam. Batuan lebih mudanya lagi tersingkap adalah Ignimbrit Payang terdapat di dalam Kaldera I tersebar di sekitar G. Payang. Batuan yang tersingkap adalah Lava Payang tersingkap di sekitar G. Payang dan menyebar ke arah selatan.
Periode V Zaman Purna Kaldera (5500 tahun yang lalu)
Batuan yang tersingkap pada Zaman ini adalah batuan hasil letusan di dalam Kaldera I mungkin hasil dari pembentukan Kaldera III. Batuan yang tersingkap dari tua kemuda adalah: Lava Bunbulan yang tersingkap di sekitar G. Bunbulan sebelah timurlaut G. Batur, Endapan Surge Blingkang yang tersingkap di antara dinding Kaldera I dan II sebelah timurlaut G. Batur, Ignimbrit Blingkang bersifat andesitik tersebar menutupi endapan Surge Blingkang, Endapan Freatomagmatik Blingkang bersifat dasit dan andesitik tersebar luas di antara Kaldera I dan II sebelah utara hingga baratlaut G. Batur. Endapan Freatomagmatik Payang bersifat dasitik tersebar di dalam Kaldera I bagian barat hingga tenggara G. Batur. Endapan Jatuhan Piroklastik Panelokan tersebar luas keluar Kaldera I bagian baratlaut hingga baratdaya berkomposisi dasit. Endapan Jatuhan Penulisan tersebar menutupi sekeliling permukaan Kaldera I bagian luar. Maar Sampeanwani merupakan kelompok beberapa kawah di dalam kaldera dalam bentuk maar, umumnya hancur oleh leleran lava G. Batur. Yang terakhir adalah Kerucut Sinder Gunung Anti membentuk kelompok sinder di dalam Kaldera II.
Batuan yang tercatat dalam sejarah yang merupakan hasil letusan dari kerucut G. Batur adalah leleran lava, hasil letusan pada 1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963, 1968, 1974, yang sebaran endapanya terbatas di dalam Kaldera II, seperti trelihat pada peta geologi dalam Kaldera Batur (Gambar 7). Setelah letusan 1974 yang menghasilkan leleran lava, belum pernah terjadi lagi letusan yang disertai leleran lava. Letusan-letusan terakhir terjadi dalam tahun 1994, 1995, 1997, 1998, 1999 dan 2000, hasil letusannya berupa jatuhan piroklastik dan bom vulkanik yang menyebar dan mengendap hanya di skitar lubang letusan.
Daftar Acuan:
· 1.Bronto, S. & Martono, A., 1998; Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Batur, Propinsi Bali, 1998. Direktorat Vulkanologi.
· 2.Chainago, R., dkk., 1990; Pemetaan Geologi Komplek Kaldera G.Batur dan sekitarnya, Bali 1990. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· 3.Hamidi,S. dkk.,m 1970; Pemeriksaan kawah-kawah G. Batur, Bali tahun 1970 dan Daerah Bahaya. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· 4.Kusumadinata, K., 1979; Data Dasar Gunungapi
· 5.
· 6.Sobana, dkk., 1995; Pemetaan situasi topografi puncak G. Batur, Bali 1995. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· 7.Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur, Bali, September 1968. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· 8.Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur, Bali. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· 9.Sudarso, 1975; Pemetaan topografi penmyebaran leleran lava 1974, G. Batur, Bali. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· 10.Suryo, I., 1985; G. Batur, Bulletin of Volcanological Survey of Indonesia, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· 11.Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· 12.Sutawidjaja, I.S., 2000; A Guide to the geological phenomeaof Batur Caldera, Bali, Indonesia, IAVCEI GENERAL ASSEMBLY 2000. Tidak diterbitkan.
· 13.Tulus, dkk., 1998; Evaluasi Kegiatan G. Batur 1994 –1998, di P. Bali, Juli – Agustus 1998. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· 14.Wheller, G.E. and Varne , R., 1986; Genesis of the dacitic magmatism at Batur Volcano,
GEOFISIKA
Gaya Berat
Penyelidikan gayaberat (gravity) Kaldera Batur telah dilakukan oleh I. Yokoyama, dkk., dalam bulan September 1968. Alat yang digunakan adalah Model “G”, tipe La Caste & Romberg. Jumlah titik-titik pengukuran sebanyak 74 titik, termasuk titik-titik di luar Kaldera Batur, seperti di Gilimanuk, Bangli, Klungkung dan Rendang.
Di Kaldera Batur, anomali gayaberat naik ke arah timur, seperti terlihat pada (Gambar 10). Ke arah bagian timur mempunyai gradient yang curam (+ 30 mgal/3 km) pada undak Kintamani, terletak di antara dua dinding kaldera. Kemungkinan merupakan indikasi adanya pengumpulan massa di dalam dinding luar kaldera. Di bagian tengah kaldera, anomali sisa posistif naik sampai lebih dari 5 mgal, mungkin lebih di antara tendensi kenaikan di atas, yang mana tidak terlalu menonjol seperti di bagian barat. Pada rate tertentu kedua consentris Kaldera Batur ditunjukan oleh tipe anomali grafity tinggi menurut klasifikasi kaldera oleh salah satu penulis (Yokoyama, 1963).
Seismik
Pra Letusan 1994
Dari hasil interpretasi seismogram hasil rekaman seismograf MEQ-800 di Pos PGA Batur, selama kondisi aktif normal (Pra letusan 1994) gempa-gempa yang tercatat dalah jenis gempa vulkanik dangkal (tipe B0, vulkanik dalam (tipe A), tektonik lokal dan tektonik jauh.
Berdasarkan data jumlah gempa yang tercatat oleh seismograf di Pos PGA Batur, dalam kondisi aktif normal seismograf lebih banyak mencatat gempa tektonik dibandingkan dengan jenis gempa vulkanik. Sebagai contoh selama 1990 seismograf hanya mencatat 3 kejadian gempa vulkanik, kemudian tahun berikutnya 1991 hanya mencatat 1 kejadian. Sejak tahun 1992 seismograf mulai mencatat kecenderungan peningkatan jumlah gempa vulkanik, tetapi jumlah gempa tektonik masih mendominasi (Ganbar 12). Dalam kondisi aktif normal jumlah gempa vulkanik G. Batur berfluktuasi antara 0 - 11 kejadian per bulan, jenis gempa yang tercatat hanyalah gempa vulkanik dan tektonik. Gempa vulkanik G. Batur sebelum erupsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal.
Pra erupsi G. Batur 1994, sejak awal tahun 1992 gempa vulkanik dangkal lebih dominan jumlahnya dibandingkan dengan gempa vulkanik dalam. Peningkatan jumlah gempa vulkanik dangkal terjadi pada bulan Agustus 1992, Juni dan Oktober 1993, Juni dan Juli 1994.
Data Magnituda gempa menunjukkan bahwa magnituda gempa vulkanik didomonasi oleh gempa dengan magnituda (M) = 2 Richter, walaupun ada beberapa yang mencapai lebih dari 3 Skala Richter, yang terjadi pada bulan Maret, Mei 1993 dan Februari 1994 masing-masing satu kejadian. Tetapi sejak Juni 1993 sampai Juli 1994 Magnituda gempa vulkanik di bawah 2 Skala Richter. Data tersebut dapat sebagai indikasi bahwa dalam kondisi aktif normal magnituda gempa vulkanik G. Batur umumnya di bawah 2 Sakal Richter.
Periode Letusan 1994 -2000
Sejak awal letusan G. Batur 1994, seismogram didominasi oleh gempa tremor vulaknik/letusan. Amplituda tercatat gempa tremor berikasar maksimum antara 2 - 25 mm. Sedangkan frekuensi gelombang gempa tremor berkisar antara 1,2 - 2 Hz. Ferkuensi 2 Hz umumnya terbaca pada gempa tremor vulkanik, frekuensi 1 - 1,5 Hz terbaca pada gempa tremor letusan.
Data gempa vulkanik menjelang letusan 8 November 1997, sejak Januari sampai dengan Oktober 1997 jumlahnya berfluktuasi antara 5 - 24 kejadian, kecuali bulan Oktober 1997 terjadi peningkatan jumlah gempa mencapai 3242 kejadian, yang mulai tampak meningkat sejak pertengahan bulan. Jumlah gempabumi vulkanik dalam mencapai puncaknya pada tgl. 27 Oktober 1997. Seminggu menjelang letusan, seismogram didominasi oleh gempa vulkanik dangkal yang meningkat cukup drastis. Data tersebut dapat sebagai indikasi aktivitas magma (sumber tekanan) relatif dangkal.
Setelah letusan 1997, kegempaan didamonasi oleh gempa tremor, kegiatan tersebut berlangsung sampai dengan terbentuknya Kawah 1998. Gejala gempa yang mendahului letusan 2 Juni 1998 adalah kejadian gempa vulkanik dalam yang tercatat pada tgl. 25 dan 31 Mei 1998, masing-masing 7 dan 2 kejadian, dengan magnitude maksimum 1,66 dan minimum 1,54 Sakal Richter, yang masing-masing menunjukkan suatu peningkatan magnituda.
Purna Letusan 2000
Jumlah gempa vulkanik purna erupsi, sejak awal tahun 2001, sejak Januari s/d April tercatat masing-masing 6, 10, 20 dan 6 kejadian per bulan. Sebagai bahan perbandingan jumlah gempa vulkanik dalam kondisi aktif normal pra letusan 1994 tercatat 0 - 11 kejadian per bulan, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan vulkanik G. Batur masih di atas aktif normal, yang dicirikan juga oleh tercatatnya gempa-gempa vulkanik jenis hembusan gas. Jenis gempa ini sifat fisiknya sama dengan jenis gempa letusan adalah sama-sama pelepasan gas. Antara jenis gempa letusan dan hembusan dapat dibedakan dengan cara mengamati bahwa gempa letusan secara visual teramati produk material letusannya (seperti asap, abu, lapili dan piroklastik lainnya), tetapi gempa hembusan gas tidak disertai oleh material letusan hanya kadang-kadang disertai suara dentuman atau desisan.
Dari hasil pengolahan data gempa periode Agustus - September 2000, teramati bahwa sumber gempa vulkanik G. Batur, pada kedalaman antara 2 - 5 km di bawah puncak G. Batur. Data ini menunjukkan bahwa pusat aktifitas vulkanik G. Batur bawah permukaan relatif dangkal.
Deformasi
Pengukuran EDM
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik faktor ketinggian dari titik yang dipasang adalah memegang peranan penting, untuk mendapatkan titik ketinggian yang sebenarnya maka harus mengacu pada titik triangulasi yang ada di peta. Pada penelitian ini titik triangulasi yang dipakai yaitu yang terdapat di G. Bunbulan, dimana lokasi DBT4 terdapat, yaitu pada ketinggian 1300 m dpl.
Pengukuran Levelling
Pengukuran leveling dilakukan pada lokasi jalan menuju ke kawah G. Batur, berarah radial terhadap kawah dengan jarak antar titik ukur antara 250 m sampai dengan 300 m, data dari hasil pengukuran levelling dihitung ulang dan dilakukan koreksi, sehingga diperoleh beda tinggi aetiap titik ukur seperti yang terlihat pada. Pada pengukuran berikutnya diharapakan akan dapat mengetahui terjadinya perubahan vertikal dari titik ukur tersebut, dengan ditempatkannya titik ukur ini dengan arah radial terhadap kawah, maka titik ukur yang paling dekat dengan kawah atau sumber tekanan akan berubah lebih besar dibanding yang jauh dari sumber tekanan tersebut, walaupun untuk hal ini sumber tekanan masih belum diketahui, tetapi keberadaan kawah setidak-tidaknya dapat sebagai indikasi sebagai tempat yang paling dekat dengan posisi sumber tekanan, dengan penempatan titik-titik ukur dalam arah radial terhadap kawah maka perubahan yang terjadi pada setiap titik ukur dipermukaan dapat mewakili kondisi mengenai tekanan internal tersebut.
Penyelidikan GPS
Pengukuran GPS di G. Batur pertama pada bulan Mei 1999, dimana G. Batur dalam kondisi aktif (meningkat kegiatannya), dan pengukuran kedua pada bulan Februari 2001, dimana G. Batur kegiatannya dalam konsisi menurun (aktif normal). Hasil dari dua kali pengukuran menunjukkan bahwa jaringan GPS teramati terjadi proses deflasi dengan magnitude pada 0,8 - 6 Cm dalam dua tahun. Dalam hal pergerakan horizontal dicirikan oleh arah radial menuju ke kawah G. Batur. Berdasarkan hasil pengolahan data GPS, sumber tekanan diperkirakan berada di bawah Kawah Batur I, dengan kedalaman lk. 8 km dari dasar kaldera.
Geomagnit
Dari hasil penelitian geomagnetik G. Batur yang dilakukan oleh Sdr. Salman Palgunadi (1996). Harga anomali tinggi terlihat melingkari G. Batur, yang ditengahnya ditunujukkan oleh anomali rendah. Kondisi tersebut erat hubungannya dengan kondisi struktur batuan dibagian bawahnya. Diperkirakan bahwa G. Batur telah mengalami letusan yang dasyat dimasa lampau, dengan meninggalkan batuan-batuan masif dari dinding kaldera yang membentuk relatif melingkar, sedangkan bagian tengahnya terjadi kekosongan dan terisi oleh material-material piroklastik hasil letusannya, serta dibagian timur tertinggal Danau Batur.
Aktivitas G. Batur saat ini menempati bagian dalam dari lingkaran kaldera tersebut di atas. Sedangkan kemungkinan perpindahan pusat aktivitas G. Batur diwaktu mendatang akan masih dikontrol oleh dinding kaldera dibagian barat, sehingga akan mengikuti arah dari bentuk kaldera yaitu baratdaya-timurlaut.
Potensial Diri
Pengukuran metoda potensial diri (SP) di G. Batur dilakukan pertama kali pada bulan Desember 1992 oleh Sdr. I.N. Dana, dkk. dari Direktorat Vulkanologi. Pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan data SP yang akan dijadikan acuan metoda SP, bila suatu saat nanti terjadi peningkatan aktivitas dan merupakan pendahuluan untuk pengamatan G. Batur dengan metoda SP. Hasil pengukuran diperlihatkan berupa profil yang melintas secara radial, dimulai dari kaki gunung menuju kawah.
Daftar Acuan:
· Dana, IU.N., dkk., 1993; Pengukuran Metode Potensial Diri di G. Batur,
· Darmawan, dkk., 2001; Deformation of Batur Volcano Infered from GPS Measurements. Prosiding Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan ke 26,
· Kamid, M., 1984; Geodinamika Gunungapi Komplek Agung dan Batur, P. Bali. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Karsana, A.A., 1994; Kegiatan G. Batur 7 Juli 1994. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kusumadinata, K., 1979; Data Dasar Gunungapi
·
· Purbawinata, M.N,V., 1951; Evaluasi Kegiatan G. Batur, Purna letusan 7 Juli 2000 s/d April 2001. Laporan Direktorat Vulkanoplogi, tidak diterbitkan.
· Suganda, O., dkk., 1995; Penelitian Deformasi G. Batur dengan metode EDM dan Levelling. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sulaeman, C., dkk., 1996; Pemeriksaan Kawah dan Pengamatan Gempa G. Batur, September 1996. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sulaeman, C., dkk., 2001; Pengamatan seismic G. Batur dan Agung, Mei 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Suryo,
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 2000; A Guide to the geological phenomeaof Batur Caldera, Bali, Indonesia, IAVCEI GENERAL ASSEMBLY 2000. Tidak diterbitkan.
· Sean Bulletin, 1989; Batur : Thermal activity. Sean Bulletin Vo. 14, No. 11, Nov. 1989, p. 11.
· Tulus, dkk., 1994; Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1996; Pemeriksaan kawah dan Pengamatan Gempa G. Batur, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1997; Peningkatan Kegiatan G. Batur, Oktober 1997, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan
· Tulus, dkk., 1998; Evaluasi kegiatan G. Batur 1994 - 1998, di P. Bali.Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Yokoyama,
GEOKIMIA
Jenis Batuan
Petrologi
G. Batur Purba diperkirakan mempunyai ketinggian 2500 - 300 m di atas muka laut. lava basalt yang dihasilkan oleh Batur Purba tersingkap pada barroncos yang cukup dalam di lereng utara. Satu sukuen aliran lava tersingkap secara setempat di dasar dinding kaldera. Lava tersebut mengandung plagioklas dan olivin, dan sedikit klinopiroksen serta Ti-magnetit sebagai fenokris, dan umumnya mempunyai masa dasar gelas.
Dinding Kaldera Batur terutama terdiri dari piroksen dasitik, termasuk beberapa type piroklastik yang terlaskan (ignimbrite) dan tidak terlaskan. Endapan-endapan piroklastik berupa material dasitik berwarna hitam dan bersifat gelasan. Mineral-mineral terdiri dari plagioklas, klinopiroksen, orthopiroksen, olivin, Ti-magnetitdan apatit. Mikroxenolith andesitik berbentuk angular banyak ditemukan pada beberapa batuan.
Produk-produk terbaru G. Batur banyak berupa aliran-aliran lava basalt dan mengisi dasar kaldera. Volumenya kecil, bersifat vesikuler, mengandung olivin, klinopiroksen, plagioklas dan Ti-magnetit sebagai fenokris. Sembilan buah aliran lava telah dihasilkan sejak 1849 di bagian barat dasar kaldera. Beberapa aliran lava yang lebih tua terdapat dibagian timur. Lava termuda dihasilkan oleh aktifitas 1974. Aliran lava terbesar dalam sejarah terjadi tahun 1963 ketika G. Agung meletus secara lebih eksplosif.
Petrogarfi/Mineralogi
Dalam dasit G. Batur kristal-kristal plagioklas memiliki komposisi intermidiet (Ar60-31), tidak memiliki inklusi dan zoning tidak kuat (Wheller dan Varne, 19986). Analisa terhadap inti fenokris plagioklas dalam bom dasit menunjukkan sebuah distribusi komposisi bimodal. Pendugaan terhadap “Coexisting” piroksen-piroksen dalam dasit (Lindsley, 1983) memberikan petunjuk bahwa temperatur magmatik berkisar antara 1070oC sampai 1000oC.
Olivin-olivin dalam dasit G. Batur Mempunayai Fe yang tinggi (Fe56-32) yang mana hal ini tidak biasa terjadi dalam komposisiyang sama, sebagai contoh adalah batuan vulkanik sub alkaline glass Mountain, dimana olivin mengandung Mg yang tinggi menunjukkan proses kritalisasi dari magma basalt yang mengalami percampuran dengan riolit dan membentuk dasit (Eichelberger, 1975 dan Whiller dan Varne, 1986).
Dengan mengaplikasikan “Geophygrometer” dari Merzbacher dan Eggler (1984) terduga bahwa dasit Batur memiliki <>oC, P-T-H2O experimen dari Mezbacher dan Eggler (1984) St. Helens dasit lapili maka diduga dasit Batur terbentuk pada tekanan yang sangat rendah, kemungkinan sekitar 0,5 kbar (sekitar kedalaman 1,5 km).
Walaupun demikian dasit G. Batur memiliki perbedaan komposisi dengan dasit St. Helens, dimana dasi Batur mengandung normative quartz sedikit lebih kecil, juga anortit dan enstatit serta lebih normative alkali feldsfar.
Kimia Batuan
Dari hasil analisis kimia pertama-tama dapat memberikan gambaran bahwa produk-produk pra kaldera umumnya bersifat basaltik sampai andeistik (SiO2 = 48% - 59%). Produk-produk kaldera umumnya bersifat dasitik (SiO2 = 62% - 60%). Produk-produk post kaldera bersifat basaltik-andesitik (SiO2 = 52% - 56%).
Tabel 5. Komposisi kimia Kaldera Batur (Wheller & Varne, 1986).
| | Pra Kaldera | | | Kaldera | | | Purna Kaldera | |||||
Nomor | 67325 | 67336 | 67342 | 67331 | 67273 | 67294 | 67238 | 67266 | |||||
SiO2 TiO2 Al2O3 Fe2O3 MnO MgO CaO Na2O K2O P2O5 LOI H2O- rest | 48.83 1.02 17.62 12.12 0.22 5.78 10.33 2.79 0.60 0.14 -0.39 0.34 0.15 | 55.18 1.29 16.09 10.76 0.25 2.95 6.92 3.89 2.11 0.47 -0.28 0.21 0.17 | 58.58 1.33 15.29 9.40 0.23 1.80 5.06 3.51 3.38 0.61 0.01 0.50 0.20 | 61.69 0.79 16.09 6.64 0.21 1.43 3.98 5.23 2.32 0.31 0.55 0.35 0.14 | 64.59 0.77 16.18 5.83 0.22 1.16 3.25 5.50 1.60 0.28 0.03 0.07 0.13 | 65.83 0.55 15.25 4.72 0.18 0.56 2.05 5.16 2.66 0.14 1.65 0.54 0.14 | 52.94 1.02 18.57 9.23 0.20 2.68 8.20 3.81 0.94 0.27 -0.41 0.08 0.15 | 54.86 1.03 18.57 9.23 0.20 2.68 8.20 3.81 0.94 0.27 -0.41 0.08 0.15 | |||||
Total | 99.55 | 100.01 | 99.90 | 99.73 | 99.61 | 99.43 | 100.07 | 99.61 | |||||
Ba Rb Sr Zr Nb Y La Ce Nd Sc V Ni Cr | 178 8 417 41 2 16 7 15 10 33 383 25 35 | 369 49 362 159 9 40 19 45 27 30 230 5 11 | 581 97 326 318 17 66 38 88 49 26 26 3 7 | 444 47 295 153 9 36 18 43 25 17 42 2 2 | 437 49 280 156 10 33 18 34 22 16 18 2 4 | 518 74 192 220 13 41 24 50 26 16 6 2 2 | 232 22 428 78 5 22 16 24 15 27 265 9 9 | 268 23 431 89 6 26 14 26 18 27 228 6 6 | |||||
Mg/(Mg+Fe) | 0.486 | 0.352 | 0.275 | 0.299 | 0.283 | 0.190 | 0.413 | 0.365 | |||||
| | | | | | | | | | | | | |
Analisis Gas
Penyelidikkan kimia gas G. Batur, telah dilakukan oleh Sdr. Priatna, 1993; analisis gas dilakukan terhadap gas fumarola kawah-kawah G. Batur. Lapangan fumarola gas G. Batur relatif rendah aktifitasnya. Pada September 1993, telah dilakukan analisa terhadap gas Kawah Batur II, diperoleh data bahwa kadar H2O mencapai 56,21 %, CO2 mencapai 21,00 % dan N2 mencapai 16,46 %, sedangkan gas-gas yang lainnya kecil konsentrasinya.
Daftar Acuan:
· Chainago, R., dkk., 1990; Pemetaan Geologi Komplek Kaldera G.Batur dan sekitarnya, Bali 1990. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kadarsetia, E., dkk., 1993; Penyelidikan Petrokimia Batuan G. Batur, Bali, Nopember 1993. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan
· Kusumadinata, K., 1979; Data Dasar Gunungapi
· Mawardi, dkk., 1990; Petrokimia G. Batur dan sekitarnya, 1990. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
·
· Priatna, dkk., 1993; Penyeledikan Kimia Gas G. Batur,
· Sriwana, T., 1991; Penyelidikan Kimia Gas dan Air G. Batur,
· Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur,
· Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur,
· Sudarso, 1975; Pemetaan topografi penmyebaran leleran lava 1974, G. Batur,
· Suryo, I., 1985; G. Batur, Bulletin of Volcanological Survey of Indonesia, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 2000; A Guide to the geological phenomeaof Batur Caldera, Bali, Indonesia, IAVCEI GENERAL ASSEMBLY 2000. Tidak diterbitkan.
· Wheller, G.E. and Varne , R., 1986; Genesis of the dacitic magmatism at Batur Volcano,
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Kawasan Rawan Bencana G. Batur
Pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) G. Batur adalah sebagai salah satu sarana (data acuan) dalam pelaksanaan penanggulangan mitigasi bencana letusan G. Batur, dalam kondisi pra letusan, kondisi letusan maupun purna letusan. Hal ini sangat diperlukan karena bannyak pemukiman penduduk yang berda di dalam kawasan Rawan Bencana Letusan G. Batur, disamping obyek wisata kawasan G. Batur berkembang pesat.
G. Batur termasuk gunungapi yang sering meletus, walaupun letusan-letusannya tidak begitu besar, tetapi karena kepadatan penduduk serta banyaknya wisatawan di kawasan tersebut. Maka Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi telah melakukan pemantauan G. Batur, disamping menyusun Peta Kawasan Rawan Bencana. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Batur (Gambar 5) dibagi menjadi tiga satuan yaitu : Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
1. Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan Rawan Bencana III G. Batur adalah kawasan yang sering terlanda aliran lava, lontaran batu pijar, hujan abu lebat dan kemungkinan gas beracun. Kawasan ini meliputi daerah puncak G. Batur dan lereng bagian tenggara, selatan, baratdaya, barat dan baratlaut. Ke arah tenggara Kawasan Rawan Bencana III ini dibatasi oleh danau Batur, sedangkan ke arah lainnya dibatasi oleh dinding kaldera dalam. Karena tingginya tingkat kerawanan bencana di kawasan ini maka pemukiman dan usaha jasa pariwisata yang bersifat menetap seperti mendirikan dan rumah makan tidak diperbolehkan. Pada saat terjadi peningkatan kegiatan/letusan masyarakat juga tidak boleh melakukan kegiatan apapun di kawasan ini.
2. Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan Rawan Bencana II G. Batur adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar. Daerah ini mencakup kaki sebelah utara, timurlautdan timur G. Batur, hingga berbatasan dengan didinding kaldera dalam Batur dan danau Batur.
Kawasan rawan bencana hujan abu lebat dan lontaran batu pijar meliputi wilayah hingga jari-jari lk. 3 km dari puncak G. Batur. Pada peningkatan kegiatan atau erupsi, pernyataan atau saran apakah penduduk harus mengungsi atau tetap tinggal di tempat, wisatawan dilarang memasuki kawasan rawan bencana, serta keadaan telah aman kembali diputuskan oleh pemerintah daerah setempat atas saran dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
3. Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan ini hanya akan terancam oleh hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius lk. 6 km dari puncak G. Batur. Karena tingkat letusan G. Batur lemah, maka KRB I ini umumnya hanya terjadi hujan abu tipis. dengan demikian secara relatif wilayah ini cukup layak untuk pemukiman dan kegiatan usaha. Kewaspadaan sangat diperlukan apabila mendirikan bangunan di kaki kaldera yang berlereng sangat terjal, karena daerah tersebut rawan tanah longsordan batu guling. Bila terjadi letusan G. Batur, pengungsian dan kebijaksanaan lainnya hanya dilakukan atas perintah pemerintah daerah setempat berdasarkan saran dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Upaya mitigasi bencana gunungapi perlu dilakukan dengan cepat, tepat dan terkoordinir agar tercapai hasil yang maksimal, sehingga prediksi kegiatan gunungapi secara tepat merupakan unsur utama dalam informasi peringatan dini bahaya letusan gunungapi, terutama dalam untuk menyelamatkan penduduk yang bermukim di Kawasan Rawan bencana agar terhindar dari ancaman bahaya letusan gunungapi.
Daftar Acuan:
· Bronto, S. & Martono, A., 1998; Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Batur, Propinsi Bali, 1998. Direktorat Vulkanologi.
· Hamidi,S. dkk.,m 1970; Pemeriksaan kawah-kawah G. Batur, Bali tahun 1970 dan Daerah Bahaya. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Karsana, A.A., 1994; Kegiatan G. Batur 7 Juli 1994. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kusumadinata, K., 1979; Data Dasar Gunungapi
·
· Purbawinata, M.A., 2001; Evaluasi Kegiatan G. Batur, Purna Letusan 7 Juli 1994 s/d April 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur, Bali, September 1968. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur, Bali. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1975; Pemetaan topografi penmyebaran leleran lava 1974, G. Batur, Bali. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sulaeman, C. dkk., 2001; Pengamatan Seismik G. Batur dan G. Agung, Mei 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Suryo,
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 2000; A Guide to the geological phenomeaof Batur Caldera, Bali, Indonesia, IAVCEI GENERAL ASSEMBLY 2000. Tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1994; Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, Direktorat Vulkanologi, No. 68/DV/1994, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1996; Pemeriksaan Kawah dan Penmgamatan Gempa G. Batur, September 1996. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1997; Peningkatan Kegiatan G. Batur Oktober 1997, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1998; Evaluasi Kegiatan G. Batur 1994 –1998, di P. Bali, Juli – Agustus 1998. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
· Bronto, S. & Martono, A., 1998; Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Batur, Propinsi Bali, 1998. Direktorat Vulkanologi.
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus. Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 1992; Peta Geologi Kaldera Batur, Bali, Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
· Chainago, R., dkk., 1990; Pemetaan Geologi Komplek Kaldera G. Batur dan sekitarnya, Bali, 1990. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Chainago, R., 1981; Penelitian hasil penafsiran citra landsat dan potret udara G. Batur dan sekitarnya, tahap ke II, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Dana, I.N. dkk., 1993; Penukuran metoda potensial diri di G. Batur, Bali, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Darmawan, D., dkk., 2001; Deformation of Batur Volcano Inferred from GPS Measurements. Prosiding Himpunan Ahli Geofisika
· Hamidi, S., 1970; Pemeriksaan kawah-kawah G. Batur, Bali, Tahun 1970, dan daerah bahayanya, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Ilyas, M.E., 1989; Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G. Batur, Kabupaten Bangli, tgl. 5 Juni 1989, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kadarstia, E. dkk., 1993; Penyelidikkan Petrokimia Batuan G. Batur, Bali, Nopember 1993, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kamid, M., 1984; Geodinamika Gunungapi Komplek Agung dan Batur, P. Bali, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Karsana, A.A., 1994; Kegiatan G. Batur 7 Juli 200, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kemmerling, G.L.L., 1982; Gunungapi Batur dan Agung di Bali (1917), 1982.
· Kusumadinata, K. 1962; Nota peninjauan singkat ke danau Batur - Bali, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Kusumadinata, K., 1964; Nota Umum mengenai Aktivita efusiva tahun 1963 di dalam Kaldera G. Batur (Bali), Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Marinelli, G. dan Tazieff, H., 1968; L’Ignimbrite et la Caldera de Batur, Bali, Indonesia, Bull. Volc. Tome XXXII - 1, 1968, pp. 89 - 120.
· Mawardi, dkk., 1990; Petrokimia G. Batur dan sekitarnya, 1990, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Nasution, A., 1993;
· Olas, M., dkk., 1990; Pemasangan seismograf dan pemriksaan G. Batur, Januari 1990, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
·
· Priatna, dkk., 1993; Penyelidikkan Kimia Gas G. Batur, Bali, 1993, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Purbawinata, M.A., 2001; Evaluasi Kegiatan G. Batur, Purna Letusan 7 Juli 2000 s/d April 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Purbawinata, M.A., 2001; Penurunan Status Kegiatan G. Batur, 3 Mei 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Samuel , 1968; Penyebaran lava G. Batur (Bali) 1968, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sean Bulletin, 1989; Batur : Thermal activity. Sean Bulletin vol. 14, no. 11, Nov. 1989 : pp. 11.
· Sobana, dkk., 1995; Pemetaan situasi topografi puncak G. Batur, Bali, 1995, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sriwana, T., 1991; Penyelidikkan Kimia Gas dan Air G. Batur, Bali, 1991, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur (Bali) pada bulan September 1968, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur, Bali, bulan Juni 1974, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1975; Pemetaan tiopografi penyebaran leleran lava 1974, G. Batur, Bali, Agustus - September 1975, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Suganda, dkk., 1995; Penelitian deformasi G. Batur dengan metode EDM dan Leveling, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sulaeman, C., dkk., 1996; Pemeriksaan kawah dan pengamatan gempa G. Batur, September 1996, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Suryo, I., 1959; Pemeriksaan Danau Batur (Bli) dalam bulan Agustus 1959, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Suryo,
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, No. 158.
· Tulus, dkk., 1992; Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, 1992, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1994; Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, Agustus - September 1994, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1996; Pemeriksaan Kawah dan Pengamatan Gempa G. Batur, September 1996, Laporan Direktorat Vulknaologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, 1997; Peningkatan Kegiatan G. Batur Oktober 1997, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak ditebitkan.
· Tulus, dkk., 1998; Evaluasi Kegiatan G. Batur 1994 - 1998, di P. Bali, Juli - Agustus 1998, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Wenten, I.M., dkk., 1985; Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G. Batur, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Wheller, G.E., anad Varne, R., 1986; Genesis of dacitic magmatism at Batur Volcano,
· Wikartadipura, S., 1973; Pemriksaan G. Batur , Bali, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Yokoyama,
Dokumentasi Peta
Daftar Dokumentasi Peta G. Batur
No. | Nama Lembar Peta | Nomor Lembar Peta | Skala Peta | Wilayah Adiministrasi | Pemilik Peta | Tahun Penerbitan |
1 2 3 | ……….. ……… …….. | 1 : 50.000 1 : 50.000 1 :75.000 | Propinsi Bali Propinsi Bali Propinsi Bali | DVMBG DVMBG DVMBG | 1992 1998 1990 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar