KARANGETANG, P. Siau - Kepulauan Sangir
Compiler : Syamsul Rizal Wittiri (syamsul@vsi.esdm.go.id)
Editor : Asnawir Nasution
KETERANGAN UMUM
 
Keterangan Umum 
 
| Nama | : | G. Karangetang   | 
| Nama Lain | : | Gunung   Api Siau | 
| Nama Kawah | : | Kawah Utara (kawah Utama, KI) | 
| Lokasi | : | a. Posisi geografi 125o 29’ BT    dan 02o47’ L  b.    Administrasi : Pulau    Siau, Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Sangir   Talaud, Provinsi SulawesiUtara. | 
| Ketinggian | : | a. 1820 m   dml (1996)      | 
|  | : |  | 
| Tipe Gunungapi | : | Gunungapi   berlapis (strato) | 
| Pos   Pengamatan  | : | Bukit Maralawa, Desa Salili, Kecamatan Siau Barat Posisi geografi 125o27’ BT & 02o45’   LU.                          Ketinggian   250 m dml.   | 
 
                                      
Pendahuluan
Cara Mencapai Wilayah 
Satu-satunya cara untuk mencapai Pulau Siau hanya dengan kapal laut dari Kota Manado. Pelayaran Rakyat (kapal kayu bertonase 30 – 40 ton) yang melayari route dari Manado ke Siau atau dari Manado ke Sangir Talaud dan singgah di Siau. Lama pelayaran dari Manado ke Siau antara 10 – 12 jam setiap hari senin, rabu, dan jumat dari Manado. Sedangkan pelayaran sebaliknya setiap hari selasa, kamis, dan sabtu. Dalam tahun 2000 mulai dioperasikan kapal laut cepat dengan route dan jadwal yang sama dengan waktu tempuh lebih singkat, yaitu antara 3 – 4 jam berpenumpang 75 orang.
  
Cara Mencapai Puncak 
Sebelum tahun 1980 pendakian puncak dimulai dari Kampung Tarorane, Ulu Siau, sebelah tenggara puncak. Jalur ini melewati Lembah Kali Kahetang. Tetapi sejak lembah tersebut terisi lava dan dilanda lahar dalam tahun 1988, maka pendakian dilakukan dari arah baratdaya, yaitu Desa Salili atau Beong mengikuti lembah barat dari punggungan Arengkambing. Jalur pendakian inipun menjadi tertutup karena endapan lava yang mengalir dalam tahun 1992. Dalam tahun 1998 jalur pendakian baru dimulai dari Kampung Batubulan, arah utara puncak. Untuk mencapai Batubulan harus dengan naik perahu motor dari Ulu Siau selama 1 jam. Sedangkan pendakiannya sendiri diperlukan waktu selama 5 jam.
SEJARAH LETUSAN 
  
Tercatat Gunung Karangetang pertama kali meletus dalam tahun 1675. Berikut ini catatan sejarah kegiatannya.
  Catatan letusan/peningkatan kegiatan Gunung Karangetang
 
| Waktu  | Kegiatan  | 
| 1675  | Terjadi letusan eksplosif normal dari puncak, pembentukan Kawah Utama (?)    | 
| 1712  | 16 Januari, letusan   eksplosif normal  | 
| 1825  | Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1864  | 16 Juni, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1883  | 25 - 26 Agustus, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama, kemungkinan   pembentukan Kawah Utara (KII)  | 
| 1886  | Terjadi peningkatan kegiatan, kemungkinan pembentukan Kawah III (KIII).  | 
| 1887  | 27 Mei, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1892  | 14 Juni, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1899  | Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1900  | Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1905  | 21, 22 Mei, menyemburkan abu yang jatuh di bagian barat  | 
| 1921  | Letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1922  | 9 atau 10 Mei, peningkatan kegiatan, nampak sinar api di atas kawah. Tanggal 14 Agustus, letusan abu  | 
| 1924  | Mei, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1926  | Oktober, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1930  | 4, 6 Februari, letusan dari Kawah Selatan (KIV)  Terjadi gempabumi terasa.  | 
| 1935  | 31 Agustus, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama  | 
| 1940  | 1, 2, dan 9 Maret, letusan eksplosif normal dari Kawah Utama, korban 1   orang meninggal, 2 orang luka-luka dan ratusan pohon kelapa musnah.  20 Juni, 22 Juli, 23 Agustus, peningkatan kegiatan  | 
|    1941  | 29 atau 30 Oktober, terjadi gempa terasa pada pukul 00.35, kemudian   diikuti dengan letusan yang berlangsung hingga pukul 10.00. Abu campur lapili   jatuh di Ondong, Lehi, Hiung, Kiawang, Batubulan dan Nameng, mengakibatkan   seorang luka-luka.  | 
| 1947  | 9 Februari, 1 - 15 Desember, 21 Desember, letusan eksplosif normal dari   Kawah Utama  | 
| 1949  | 14 September, terjadi gempa terasa pada pukul 05.00, kemudian diikuti   letusan abu pada pukul 15.00  | 
| 1950  | Juli, letusan abu setinggi   300 m.
 | 
| 1952  | Terjadi letusan di Kawah Utama  dan   Kawah Utara  | 
| 1961  | Terjadi beberapa kali letusan besar dan kecil yang dimulai sejak 17   Februari. Tinggi kolom asap mencapai 2000 m, lemparan bom berjarak 500 m dari   kawah. Material berukuran lapili dilontarkan sejauh antara 1 - 2 km. Letusan   besar yang terjadi sering didahului oleh gempa terasa.  | 
| 1962  | 29 Januari, letusan abu setinggi 2000 m.  2 Februari, letusan besar, mengeluarkan rempah vulkanik pijar dan kilat   api, serta asap hitam tebal.  29 Mei, letusan abu setinggi 2000 m.  14 September, leleran lava pijar dan suara ledakan. Tinggi asap mencapai   3000 m. Tiga jam sebelumnya terjadi gempa terasa.  13 Desember, terjadi lahar dingin akibat hujan lebat di puncak,   mengakibatkan jalan rusak, 5 rumah hancur dan 5 lainnya rusak di Ulu dan   Tarorane.  | 
| 1963  | Januari, letusan asap setinggi 300 - 400 m  | 
| 1965  | April - Mei, terjadi semburan lava pijar di sekitar kawah dan letusan   abu.  Agustus, terjadi beberapa kali letusan, tinggi asap maksimum 900 m.  27 dan 30 Oktober, terjadi letusan dengan semburan material pijar dan   asap tebal setinggi 1000 m, mengakibatkan 2 orang luka-luka.  | 
| 1966  | Januari, letusan asap setinggi 2000 m  April, letusan asap dan leleran lava di sekitar kawah  | 
| 1967  | 13 Januari terjadi gempabumi terasa menyebabkan kerusakan rumah penduduk   di Ondong, Kanawong, dan Ulu Siau.  16 Januari, semburan material pijar di sekitar kawah  Juni, semburan material pijar si sekitar kawah  29 November, letusan besar mengeluarkan material pijar dan diikuti dengan   awan panas guguran  | 
| 1970 - 1971  | Peningkatan kegiatan dimulai akhir Desember 1970. Suara gemuruh terus   menerus terdengar, disertai asap putih tebal dan sinar api setinggi 200 m di   atas puncak.  | 
| 1972  | 27 Juni terjadi gempabumi terasa. Terjadi kerusakan rumah disepanjang   lereng antara Kampung Pehe hingga Nameng. Tanahlongsor di Kampung Batubulan.  | 
| 1974  | 11 - 23 Februari, dimalam tampak sinar api dan semburan lava pijar.   Terjadi leleran lava ke arah selatan dan baratdaya sejauh 1 km. Kubah lava di   Kawah Utama di perkirakan mencapai 12 juta m3. Hingga bulan April hampir   setiap hari terjadi gempa tektonik (terasa), yang menyebabkan kerusakan   bangunan dan tanah longsor, 3 orang meninggal dunia  | 
| 1975  | 15, 17 dan 21 Januari, terjadi letusan besar yang menyemburkan abu   mencapai tinggi 600 m, kemudian diikuti dengan semburan lava pijar (letusan   tipe strombolian). 26 Oktober, letusan abu.  20 November, letusan asap,   mencapai tinggi 1100 m.  Desember, letusan-letusan masih terjadi, bahkan lebih besar dari   November, dengan lemparan lava pijar se tinggi 300 m.  | 
| 1976  | 15 dan 17 September terjadi letusan samping membentuk 2 (dua) titik di   Bukit Areng Kambing, lereng selatan puncak. Titik letusan yang terjadi pada   15 September mengambil tempat di ketinggian 1000 m, sedangkan yang terjadi   pada 17 September di ketinggian 850 m. Letusan samping dengan leleran lava tersebut diawali gempa tektonik   terasa semenjak Agustus. Gempa terasa ini terus meningkat, bahkan mencapai   120 kejadian per-hari.dan berlangsung hingga pertengahan September 15 September, pukul 07.00 terjadi letusan, kepulan asap mencapai tinggi   500, kemudian sore harinya terjadi leleran lava. 17 September, terjadi letusan kecil, 300 m bagian selatan lubang letusan   15 September, yangdiikuti dengan leleran lava dan alirannya bersatu dengan   aliran lava sebelumnya. Leleran lava tersebut    berhenti pada 23 Oktober, mencapai panjang 7 km dari pusat erupsi.   Peristiwa tersebut mengakibatkan korban satu orang meninggal dan 1 orang   luka-luka akibat tersembur awan panas longsoran lava pijar pada waktu   menonton lava yang sedang mengalir pada malam hari. | 
| 1979  | Muncul kawah baru diatas Kampung Batu Bulan, dikenal dengan Kawah Batu   Bulan  | 
| 1983  | Terjadi peningkatan   kegiatan  | 
| 1984  | Aliran lava dari Kawah Utama, mengalir ke Kali Beha (Barat), Kali Keting   (Timur), Kali Batuawang (Selatan(. 5   September awan panas guguran ke Kali Keting, Batuawang dan Kali Beha.  | 
| 1985  | Leleran lava terus keluar dari pusat kegiatan baru Arengkambing, Kawah   Utama dan Kawah III ke Kali Beha, Kali Keting dan Kali Batuawang. Tanggal 31 Desember terjadi awan panas guguran ke   Kali Keting.  | 
| 1986  | Alirang lava ke Kali Keting berlanjut terus, dan 19 Januari terjadi   penyimpangan leleran lava pada daerah ketinggian 1.000 m dpl.  | 
| 1987  | Suara gemuruh bagaikan pesawat jet dan letusan asap terjadi sepanjang   tahun. Tanggal 6 Februari terjadi semburan material pijar disertai awan panas   sejauh lebih kurang 1.500 m.  | 
| 1988  | Januari - Februari terjadi semburan lava pijar.  18 - 20 Agustus terjadi letusan disertai suara gemuruh kuat  25 Oktober letusan kuat diikuti muntahan lava pijar dan menabrak tumpukan   lava yang nampak selama ini, sehingga terjadi awan panas guguran.  | 
| 1989  | 10 - 12 Januari, Februari terjadi leleran lava sejauh 750 m  Maret terjadi semburan/luncuran lava pijar  9 dan 22 Mei terjadi leleran lava menuju ke Kali Beha  8 Agustus sebagian lidah   lava gugur dan terjadi awan panas guguran  | 
| 1990  | 2, 6, 8, 11, dan 19 September terjadi semburan dan luncuran material   pijar ke Kali Keting dan Kali Beha  6 dan 13 Oktober terjadi letusan agak kuat dengan asap setinggi lebih   kurang 1.500 m.  Bulan November terjadi leleran lava yang teramati sejauh lebih kurang   250m.  | 
| 1991  | Februari, terjadi letusan asap yang kemudian disusul leleran lava sejauh   750 m kearah Kali Hiung.  Juni, terjadi letusan yang disertai lontaran material pijar yang   berlangsung hingga Agustus.  | 
| 1992  | Februari, letusan abu  Mei, terjadi leleran lava   ke Kali Beha Timur yang disertai awan panas guguran, yang mengakibatkan 6   (enam) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang lukan bakar  | 
| 1993  | Juni, terjadi lahar di Kali   Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu Siau menyebabkan   beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung pertemuan, asrama   polisi, jalan dan jembatan hancur  | 
| 1996  | Januari, terjadi letusan abu  13 Februari, terjadi leleran lava pijar dari Kawah Utama ke Keting dan ke   Kali Batuawang, Kali Beha dan Kali Batang berlangsung hingga Maret. Juni, terjadi letusan abu mencapai ketinggian 1.500 m.  Juli, terjadi letusan abu setinggi 2.000 m.  Agustus, terjadi letusan abu yang kemudian diikuti leleran lava  | 
| 1997  | Maret, letusan abu terjadi hampir setiap hari. 17 April, terjadi letusan abu yang disertai strombolian dan leleran lava   ke arah Kali Bahembang berlangsung hingga akhir Juni, panjang leleran lava   mencapai 3.400 m. Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang penduduk desa Dame   meninggal diterjang awan panas guguran  | 
| 1998  | Pada 5 Maret mulai   terdengar suara gemuruh dari arah puncak, semakin hari bertambah kuat,   sinarapi di Kawah Pusat mulai membesar. Tanggal 13 Maret leleran lava   terlihat mengalir ke arah Kali Keting. Tanggal 19 Maret lava membesar serta   melebar ke arah Kali Kahetang. Keesokan harinya terjadi awanpanas guguran   sejauh 1000 m di Lembah Kali Keting. Tidak ada korban jiwa. 15 Juli, pukul 12.17 terjadi letusan eksplosif dari Kawah Pusat. Hujan   abu mengguyur Desa Kinali, Hiung, dan Kiawang. Tebal abu tidak diketahui   karena hujan air menyusul kemudian | 
| 2000  | Diawali dengan membesarnya sinarapi di Kawah Utama pada 26 Mei. Tanggal   27 Mei, pukul 18.15 mulai terlihat leleran lava ke Kali Bahembang, satu jalur   dengan Lava 1997. Tanggal 30 Mei terjadi letusan strombolian disertai suara   gemuruh kuat.  27 Oktober terjadi letusan eksplosif. Asap letusan mencapai tinggi 1000   m. Material letusan jatuh di bagian timur, selatan dan barat dan menyebabkan   kebakaran hutan di sekitarnya. 2 November terjadi letusan abu disusul kemudian dengan letusan   strombolian. Material pijar dilontarkan setinggi 1750 m.  6 November mulai terlihat   lava di puncak, seolah-olah membentuk kubah.  | 
| 2001  | Sepanjang tahun kenaikan kegiatan.  Januari mulai terjadi leleran lava kelanjutan dari kegiatan November   2000. Lava mengalir dari Kawah Utama dan Kawah Selatan ke arah baratdaya,   timur dan selatan-tengara ke Kali Beha Timur, Kali Kahetang, Kali Batuawang.  25 Juni terjadi letusan kuat disertai awanpanas dari Kawah Selatan dan   menghancurkan dinding/bibir selatan dari Kawah Selatan, 1 (satu) orang luka   terkena udara panas (surge). Tanggal 29 Juni kubah baru mulai muncul kembali   mengisi bekas letusan 25 Juni dan dikenal dengan Kubah 2001. Hingga akhir   tahun kubah baru tersebut belum berhenti tumbuh meskipun sangat lambat.  Dalam September terjadi lahar di dalam Kali Kahetang dan melanda sebagian   rumah penduduk di Kampung Tarorane dan Terminal Ulu Siau. Tidak korban jiwa.  | 
Karakter Letusan 
Sebagai gunungapi yang sangat aktif, masa istirahat Gunung Karangetang sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada umumnya kegiatan dimulai dengan letusan asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Kegiatan berlanjut berupa letusan magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava (efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Letusan eksplosif terkadang diikuti oleh awanpanas letusan, tetapi yang sering terjadi setiap leleran lava selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse) karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunung Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunung Karangetang hampir selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah. Hal tersebut terjadi karena perbedaan viskositas magma dari masing-masing gunungapi.
 
Salah satu ciri khas Gunung Karangetang yang patut dicatat, adalah peran gempabumi tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu letusan.
Daftar Acuan:
·      Laporan Bulanan Pos Pengamatan Gunungapi Karangetang, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tidak diterbitkan. 
·      K. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi 
·      M. Neumann Van Padang, 1951, Cataloque Of The Active Volcanoes Of The World Including Solfatara Fields, Part I, 
·      R.W. Van Bemmelen, 1941, Bulletin Of The Indian Volcanological Survey For The Year 1941 (Bulletin Nrs. 95-98), Pert. Tjahaja, 
GEOLOGI
Struktur Kawah 
Secara garis besar, kawah Gunung Karangetang menempati puncak dan lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus.
Berdasarkan Peta Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama. 
 
| 
 | 
Peta Topografi Puncak Gunung Karangetang tahun 1962
  
Agaknya beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi ajang letusan dalam satu atau beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi puncak dan lereng selatan Gunung Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979 memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan Kawah II (KII) di sisi utara.
 
Dalam tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap terlihat dan pada kenyataannya masih aktif.
 
Pada Juli 2001, purna Letusan 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam komplek Kawah Utama. Agar menjadi simple dan mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII) sesuai posisinya di puncak.
 
  
Pada September 1976 terjadi letusan (efusif) samping di lereng selatan yang dikenal dengan Lava Arengkambing. Letusan tersebut tidak meninggalkan lobang letusan.
Dalam Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan. Semula lokasi tersebut hanya berupa lobang solfatara, kemudian terjadi longsoran akibat gempabumi tektonik. Lobang tersebut melebar dan bertambah dalam serta berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik letusan.
 
 
Stratigrafi 
G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan selalu disertai oleh leleran lava.
 Dalam Peta Geologi Gunungapi Karangetang (2000), batuan disusun berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder. Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas kejadiannya dalam tahun 1976. Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang  dari yang tua hingga yang paling muda.
Aliran Lava 1 Karangetang (Kl.1). Lava andesit, dijumpai di kaki selatan dan barat sejak pantai hingga ketinggian 300 m.
Aliran Lava 2 Karangetang. (Kl.2). Lava andesit basaltis, tersingkap di baratlaut puncak.
Aliran Lava 3 Karangetang (Kl.3). Lava andesit basaltis ini tersingkap di Nameng, Batubulan (utara).
Aliran Lava 4 Karangetang (Kl.4). Satuan lava andesit, dijumpai di tenggara dan sepanjang sisi timur di Kali Beha dan Kali Lanage.
Aliran Lava 5 Karangetang (Kl.5). Satuan ini tersingkap di lereng selatan dan umumnya ditutupi oleh lapukan setebal 0,5 m dan berasosiasi dengan endapan guguran lava, berkomposisi andesit.
Aliran Lava 7 Karangetang (Kl.7). Lava andesit basaltis, dijumpai di Kali Kanawong dan Batuawang, baratdaya puncak selatan Karangetang.
Aliran Lava 8 Karangetang (Kl.8). Lava yang menjadi fondasi jalan antara Batuawang dan Beong yang berasosiasi dengan material guguran lava, berkomposisi andesit.
Aliran Lava 9 Karangetang (Kl.9). Satuan ini membentuk morfologi Bukit Arengkambing (1400 m) adalah andesit.
Aliran Lava 10 Karangetang (Kl.10). Lava andesit abu-abu.
Aliran Lava 11 Karangetang (Kl.11). Dari jenis andesit basaltis yang di jumpai di Kali Beha Barat, lereng barat puncak.
Aliran Lava 12 Karangetang (Kl.12). Satuan ini berkomposisi andesit basaltis dan dijumpai di bagian timur pada ketinggian 1600 m.
Aliran Lava 13 Karangetang (Kl.13). Tersingkap di Kiawang berkomposisi andesit berwarna abu-abu.
Aliran Lava 14 Karangetang (Kl.14). Lava ini tersebut di bagian utara di Desa Batubulan berkomposisi andesit basaltis.
Aliran Lava 16 Karangetang (Kl.16). Lava ini tersingkap di bagian utara puncak adalah lava andesit basaltis.
Aliran Lava Arengkambing (Akl). Leleran lava ini terjadi dalam tahun 1976 dan merupakan letusan samping G. Karangetang. Titik letusannya di lereng Arengkambing, pada ketinggian 900 m. Lava mengalir hingga mendekati pantai tenggara Pulau Siau.
Kubah Lava 1 Karangetang (Kk.1). Dierupsikan dari Kawah Utara berkomposisi andesit basaltis dan membentuk kubah di puncak.
Kubah Lava 2 Karangetang (Kk.2). Terbentuk di Kawah Selatan berkomposisi andesit basaltis berwarna hitam.
Aliran Lava 17 Karangetang (Kl. 17). Lava ini mengalir ke barat dan selatan hingga ketinggian 500 – 600 m, berkomposisi andesit basaltis.
Batuan sekunder terdiri dari endapan lahar dan alluvial
Daftar Acuan : 
·      A. Martono, 1979, Peta Situasi G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      A. Solihin, 1991, Laporan Pengamatan Visual, Seismik dan Pemeriksaan Kawah G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, Tidak diterbitkan 
·      L. Manalu, 1986, G. Karangetang, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus No. 109, Direktorat Vulkanologi. 
·      S. Harto, 1962, Peta Topografi Puncak G. Karangetang 
·      A. Budianto, M.N. Kartadinata, Kusdaryanto, 2000, Peta Geologi Gunung Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi 
GEOFISIKA
   
Seismik 
Penelitian seismic pertama kali dilakukan oleh 
Sejak dioperasikannya pos pengamatan gunungapi dalam tahun 1978, seismograf adalah salah satu peralatan standard, dengan demikian pengamatan seismik mulai kontinyu dilakukan. Masa awal pengoperasiannya dipergunakan seismograf Hosaka dengan sistem telematri kabel (mekanik). Tahun 1993 sistem tersebut dirubah menjadi sistem telemetri radio (RTS). Transducer (seismometer) ditempatkan di lereng selatan, 2 km dari puncak.
 
Sampai saat ini ada 6 (enam) jenis gempabumi yang lazim terekam di Karangtang, yaitu;
1.      gempa  vulkanik tipe A (VA)
2.      gempa vulkanik tipe B (VB)
3.      gempa tektonik local (TL)
4.      gempa fasebanyak (FB)
5.     gempa letusan
  
  
Gempa Vulkanik Tipe A (VA) adalah gempa yang berasosiasi dengan perekahan di bawah tubuh gunungapi dengan kedalaman antara > 1 – 10 km. Nilai (S-P) <>
  
Gempa Vulkanik Tipe B (VB) adalah gempa yang berasosiasi dengan perekahan di bawah tubuh gunungapi dengan kedalaman <>
  
Gempa Tektonik Lokal (TL) khas di Karangetang. Gempa ini secara fisik sama dengan VA, tetapi tidak terjadi di bawah tubuh Karangetang. Nilai (S-P)-nya > 5 detik.
  
Gempa Fasebanyak (FB) adalah gempa yang terjadi karena kenaikan magma ke permukaan dan menjelang leleran atau pembentukan kubah.
  
Gaya Berat
Penelitian gaya berat dilakukan pada Mei 1996. Dari penelitian tersebut diketahui, bahwa zona lemah di G. Karangetang bentuknya konsentris terhadap puncak dan mengecil ke arah puncak. Hal tersebut diinterpretasikan adanya sistem saluran magma (diatrema) yang terbuka. Semaki ke arah selatan strukturnya lebih kompak dan homogen karena sistem vulkanisnya berada di bagian utara Pulau Siau.
 
Daftar Acuan: 
·      Kristianto, 1998, Laporan Pengamatan Seismik Kegiatan G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      Minakami, Takeshi, 1974, Seismology of Volcanoes in 
·      S. Siswowijoyo, 1974, Laporan Pengamatan Seismik G. Karangetang di P. Siau, tidak diterbitkan 
·      SR. Wittiri, 1986 Laporan Penelitian Seismik G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      Edi Suhanto, dkk, 1997, Laporan Penyelidikan Gaya Berat di G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
GEOKIMIA 
  Petrografi 
  Lava Karangetang pada umumnya adalah andesit – andesit basaltis berforitik dan sebagian kecil pilataksitik dengan fenokris plagioklas dan hornbelende dalam masa dasar mikrolit plagioklas, gelas, mineral opak dan mikrogranular piroksen.
Mineral plagioklas dijumpai dengan jumlah 40 – 50 % berbentuk subhedral – euhedral. Sedangkan mineal opak tampil sebagai masa dasar berbentuk anhedral. Piroksen ditemui sebagai masa dasar sebanyak 5 – 15 % berbentuk prismatik berupa kristal subhedral – euhedral. Terkadang dijumpai berasosiasi dengan gelas, opak dan mikrolit plagioklas. Hornblende hanya 5 % dengan ring structur.
  
Kimia batuan 
  Kandungan silica yang terdapat pada batuan Karangetang berkisar 52 – 54 %, tetapi sample terakhir (Lava 2001) prosentase tersebut meningkat menjadi     57 %.
Perpaduan antara unsur alkali dari Na2O + K2O terhadap MgO + FeO menunjukan, bahwa lava di Karangetang berada dalam kelompok calk alkali.
Berikut ini hasil analisis kimia batuan G. Karangetang.
  
Hasil analisis kimia batuan/lava G. Karangetang, tahun 1976, 1985, 1996, 2001
| Unsur  | Lava 1976  | Lava  1985  | Lava 1996  | Lava 2001  | 
| SiO2  | 53,59  | 52,53  | 53,14  | 57,09  | 
| Al2O3    | 18,36  | 18,12  | 17,59  | 17,62  | 
| Fe2O3    | 5,59  | 10,10  | 9,86  | 8,17  | 
| CaO  | 8,05  | 9,34  | 9,41  | 8,50  | 
| MgO  | 4,79  | 4,28  | 4,51  | 3,71  | 
| Na2O  | 2,80  | 3,18  | 3,10  | 2,28  | 
| K2O  | 0,86  | 1,16  | 1,14  | 1,12  | 
| MnO  | 0,29  | 0,20  | 0,21  | 0,20  | 
| TiO2  | 0,73  | 0,86  | 0,85  | 0,63  | 
| P2O5  | 0,08  | 0,23  | 0,20  | 0,26  | 
| H2O  | 0,30  |    |    | 0,10  | 
| HD  | 0,45  |    |    | 0,01  | 
  
Daftar Acuan:
·      Imam Santoso dkk, 1996, Laporan Penyelidikan G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      Soeharto Umar, Analisis Kimia Batuan Karangetang 1976 dalam tulisan Kamid, BSc, 1976, Laporan Lapangan Peninjauan G. Api Siau (Dalam rangka pemetaan  topografi), Direktorat Geologi, tidak diterbitkan 
·      Hasil Analisis Kimia, Laboratorium Kimia Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Dalam rangka memitigasi ancaman bahaya primer dan bahaya sekunder terhadap penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi, telah dibuat Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Karangetang yang dapat menjadi pedoman beraktifitas. Peta tersebut dibuat berdasarkan bentuk bentang alam, karakteristik dan potensi bahaya yang ada. Kawasan rawan bencana dibagi atas 3 bagian berdasarkan ancaman bahaya yang mungkin melanda, yaitu Kawasan Rawan Bencana III (KRB III), Kawasan Rawan Bencana II (KRB II), dan Kawasan Rawan Bencana I (KRB I).
 
Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan ini sering terlanda awanpanas, lontaran dan guguran material (pijar) dan aliran lava. Kawasan ini berdiameter 2 km meliputi daerah puncak dan beberapa aliran sungai yang berhulu di puncak hingga 3 km ke hilir. Misalnya Kali Kahetang dan Kali Keting di sebelah selatan, Kali Maralebuhe dan Kali Batuawang di sebelah utara. Secara umum kawasan ini mencapai luas 18 km2 dan di dalam peta berwarna merahjambu (pink) tua.
 
Kawasan Rawan Bencana II
Berpotensi terlanda aliran lava dan lahar serta kemungkinan perluasan awanpanas yang mencakup lereng dan aliran sungai di sebelah barat, utara, timurlaut, dan tenggara puncak seluas 28 km2. Di dalam peta berwarna merahjambu (pink) muda.
 
Kawasan Rawan Bencana I
Sangat mungkin terlanda hujan abu yang meliputi radius 6 km dengan pusat di puncak. Dalam peta kawasan ini bergaris kuning dengan batas lingkaran berwarna kuning.
  
Daftar Acuan:
·      S. Bronto, A. Djuhara, 1996, Laporan Evaluasi Kegiatan Gunungapi dan Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Kabupaten Sangir Talaud,  Direktorat Vulkanologi. 
·      Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi Sulawesi Utara, 1996 
DAFTAR PUSTAKA 
·      A. Martono, dkk., 1979, Peta Situasi G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      A. Budianto, M.N. Kartadinata, Kusdaryanto, 2000, Peta Geologi G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi 
·      A. Solihin, 1991, Laporan Pengamatan Visual, Seismik dan Pemeriksaan Kawah G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      Edi Suhanto, dkk, 1997, Laporan Penyelidikan Gaya Berat di G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      Imam Santoso dkk, 1996, Laporan Penyelidikan G. Karangetang, Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      Kamid, BSc, 1976, Laporan Lapangan Peninjauan G. Api Siau (Dalam rangka pemetaan topografi), Direktorat Geologi, tidak diterbitkan. 
·      K. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi 
·      Kristianto, 1998, Laporan Pengamatan Seismik Kegiatan G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan 
·      L. Manalu, 1986, G. Karangetang, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus
 No. 109, Direktorat Vulkanologi. 
·      Minakami, Takeshi, 1974, Seismology of Volcanoes in 
·      …………. ,1974, Prediction of Volcanic Eruptiuon, Phisical Volcanology, Elsevier Sci. Pub. Co 
·      M. Neumann Van Padang, 1951, Cataloque Of The Active Volcanoes Of The World Including Solfatara Fields, Part I, 
·      N.E. Sutaningsih, 2001, Hasil Analisis Kimia, Laboratorium Kimia Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2001 
·      R.W. Van Bemmelen, 1941, Bulletin Of The Indian Volcanological Survey For The Year 1941 (Bulletin Nrs. 95-98), Pert. Tjahaja, 
·      S. Harto, 1962, Peta Topografi Puncak G. Karangetang, 
·      S. Siswowijoyo, 1974, Laporan Pengamatan Seismik G. Karangetang di P. Siau, tidak diterbitkan 
·      SR. Wittiri, 1986 Laporan Penelitian Seismik G. Karangetang, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan. 
·      S. Bronto, A. Djuhara, 1996, Laporan Evaluasi Kegiatan Gunungapi dan Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Kabupaten Sangir Talaud, Direktorat Vulkanologi. 
·      …………. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi Sulawesi Utara, 1996 
 
Dokumentasi Peta 
1.      Peta Lingkungan Pantai Indonesia
Lembar LPI 2418-04, Ulu Siau
Skala 1: 50.000
Tahun 1995 (edisi I), Bakosurtanal
 
2.      Peta Sitausi G. Karangetang, Pulau Siau, Sulawesi Utara
Skala 1 : 10.000
Tahun 1979, Direktorat Vulkanologi
 
3.      Peta Rawan Bencana Gunungapi Karangetang, Propinsi Sulawesi Utara
Skala 1 : 50.000
Tahun 1996, Direktorat Vulkanologi
 
4.      Peta Geologi Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara
Skala 1 : 50.000
Tahun 2000, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar