SLAMET, Jawa Tengah
Compiler : Agus Solihin (agus@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution
Keterangan Umum
Nama | : | G. Slamet |
Nama Lain | : | Slamat |
Nama Kawah | : | K1, |
Lokasi a. Geografi b. Administratif | : : | 7°14,30' Lintang Selatan dan 109°12,30 Bujur Timur Kab.Pemalang, Kab. Banyumas dan Kab. Brebes, Kab. Tegal dan Kab. Pubalingga, Jawa Tengah |
Ketinggian | : | 3432 m dml |
| : | Bumiayu, Purwokerto, Purbalingga |
Tipe Gunungapi | : | Strato |
Pos Pengamatan | : | Desa Gambuhan, Kab. Pemalang |
Cara Pencapaian
Untuk mencapai kawah G. Slamet, pendakiannya dilakukan dari arah timur, yakni dari Bambangan. Pada tahun 1853, Junghuhn mendaki puncak G. Slamet melalui kampung Priatin, sebelah timur Kutabawa. Dalam 1923 Taverne mendaki puncaknya juga dari arah timur. Matahelumual (1961) dan Siswowidjojo (1970) mendaki puncaknya dari kampung Bambangan. Dalam tahun 1973 pendakian dari sini sampai puncaknya memerlukan waktu lk. 7 jam, kembalinya hanya dalam waktu 3 jam. Sampai ketinggian 1400 m dimana - mana masih terdapat kebun rakyat, dan setelah itu sampai ketinggian 1700 m yang ada hanya hutan pinus. Selanjutnya melalui hutan lebat dengan kayu - kayuan yang besar sampai ketinggian 2600 m, disini sebagian jalan setapak harus dirintis karena tertutup semak belukar. Sampai ketinggian lk. 3220 m masih terdapat berbagai tumbuhan kekayuan, diantaranya kayu tanganan dan wanarasa, dan makin ke atas lagi di puncaknya gundul, yang ada hanya batuan lepas (Hamidi, 1973).
Sistem Pemantauan
Kegiatan G. Slamet, baik secara visual maupun kegempaan, dipantau secara terus-menerus dari Pos Pengamatan G. Slamet di Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang. Kegiatan kegempaan G. Slamet, dipantau dengan menggunakan seismograf (model MEQ-800) satu komponen, yang dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS).
Sejarah Letusan
Tabel sejarah letusan G. Slamet, Jawa Tengah
Tahun | Peristiwa |
1772 | 11-12 Agustus, terjadi letusan abu dan lava |
1825 | Oktober, terjadi letusan abu |
1835 | September (2 hari), terjadi letusan abu |
1847 | Peningkatan kegiatan |
1849 | 1 Desember, terjadi letusan abu |
1860 | 19 Maret dan 11 April, terjadi letusan abu |
1875 | Mei, Juni, November dan Desember, terjadi letusan abu |
1885 | 21- 30 Maret, terjadi letusan abu |
1890 | Terjadi letusan abu |
1904 | 14 Juli - 9 Agustus, terjadi letusan abu dan lava |
1923 | Juni, terjadi letusan abu dan lava |
1926 | November (selama seminggu), terjadi letusan abu dan lava |
1927 | 27 Februari, terjadi letusan abu dan lava |
1928 | 20 - 29 Maret dan 8 - 12 Mei, terjadi letusan abu dan lava |
1929 | 6, 7 dan 15 Juni, terjadi letusan abu dan lava |
1930 | 2 - 13 April, terjadi letusan abu dan lava |
1932 | 1 Juli dan 12 September, terjadi letusan abu dan lava |
1934 | Peningkatan kegiatan |
1939 | 20 Maret, akhir April, 6 Mei, 15 Juli dan 4 Desember, terjadi letusan abu |
1940 | 15 - 20 Maret dan 15 April, terjadi letusan abu |
1943 | 18 Maret, 1 - 10 Oktober, terjadi peningkatan kegiatan, hujan abu dan suara dentuman |
1944 | 5 Januari, 30 Juni, Juli dan 28 - 30 Oktober, terjadi peningkatan kegiatan |
1948 | 14 November, terjadi peningkatan kegiatan |
1949 | Terjadi peningkatan kegiatan |
1951 | 11 Februari, 26 Juni, 2 Juli, 24 Agustus, Oktober dan 30 Desember, terjadi peningkatan kegiatan |
1952 | 1 Januari, terjadi peningkatan kegiatan |
1953 | Juli, Agustus dan Oktober, terjadi letusan abu dan lava |
1955 | 12 - 13 November, 6 dan 16 Desember, terjadi letusan abu dan lava |
1957 | 8 Februari, terjadi letusan abu |
1958 | 17 April, 4 dan 6 Mei, 5 dan 13 September, Oktober, terjadi letusan abu dan lava |
1960 | Desember, terjadi letusan abu |
1961 | Januari, terjadi letusan abu |
1966 | Terjadi letusan abu |
1969 | Juni, Juli dan Agustus, terjadi letusan abu |
1973 | Agustus, terjadi semburan lava di kawah |
1988 | 12 - 13 Juli, terjadi letusan abu dan lava |
1989 | 9 - akhir Oktober, terjadi peningkatan kegempaan |
1990 | 20 Februari - 29 Maret, terjadi peningkatan kegempaan |
1991 | 28 Juni - 9 Juli, terjadi peningkatan kegempaan |
1992 | 12 Maret - 4 April, terjadi peningkatan kegempaan |
| |
Karakter Letusan
Berdasarkan catatan sejarah letusan, pada umumnya letusan G. Slamet adalah letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari, pada keadaan luar biasa mencapai beberapa minggu.
Bila terjadi letusan besar, seperti letusan G. Agung (1962), G. Galunggung (1982) atau G. Colo (1983), maka bahaya utama letusan G. Slamet atau bahaya primer (bahaya langsung akibat letusan) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari letusan) adalah lahar hujan yang terjadi setelah letusan apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.
Jauhnya sebaran jatuhan piroklastik, tergantung pada ketinggian lontaran dan kencangnya angin yang bertiup pada saat terjadi letusan, terutama penyebaran hujan abu dan pasir.
Perioda Letusan
Letusan G. Slamet berulang-ulang dalam tempo, berlangsung paling lama sampai beberapa minggu (kurang dari satu bulan). Periode istirahat terpendek antara dua letusan lk. 1 tahun dan terpanjang 53 tahun. Untuk periode istirahat lk. 1 tahun mungkin masih satu fase letusan atau kegiatan lanjutan.
Karakter Letusan
Berdasarkan catatan sejarah letusan, pada umumnya letusan G. Slamet adalah letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari, pada keadaan luar biasa mencapai beberapa minggu.
Bila terjadi letusan besar, seperti letusan G. Agung (1962), G. Galunggung (1982) atau G. Colo (1983), maka bahaya utama letusan G. Slamet atau bahaya primer (bahaya langsung akibat letusan) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari letusan) adalah lahar hujan yang terjadi setelah letusan apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.
Jauhnya sebaran jatuhan piroklastik, tergantung pada ketinggian lontaran dan kencangnya angin yang bertiup pada saat terjadi letusan, terutama penyebaran hujan abu dan pasir.
Perioda Letusan
Letusan G. Slamet berulang-ulang dalam tempo, berlangsung paling lama sampai beberapa minggu (kurang dari satu bulan). Periode istirahat terpendek antara dua letusan lk. 1 tahun dan terpanjang 53 tahun. Untuk periode istirahat lk. 1 tahun mungkin masih satu fase letusan atau kegiatan lanjutan.
GEOFISIKA
Seismik
Kegempaan di G. Slamet dipantau dengan menggunakan seismograf (model MEQ-800) satu komponen, yang dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS). Sejak 17 Mei 1993, seismometer (sensor gempa), ditempatkan di sekitar G. Cilik (1600 m) di lereng utara G. Slamet, sedangkan rekordernya (perekam gempa) dipasang di Pos PGA G. Slamet. Sebelumnya seismometer ditempatkan di lereng utara G. Slamet pada ketinggian lk. 3000 m.
Jenis gempa yang terekam di G. Slamet terdiri dari gempa vulkanik A, vulkanik B, Tektonik dan gempa hembusan. Gempa hembusan merupakan gempa yang mendominasi rekaman seismograf di G. Slamet.
Geomagnet
Harga
Penyelidikan magnit di G. Slamet menggunakan dua buah magnetometer proton dari jenis SCINTREX tipe MP-3 dengan ketelitian 0,1 nT yang masing-masing dilengkapi dengan sebuah sensor magnit. Pengambilan data dilakukan secara random. Interpretasi penyelidikan dilakukan secara kualitatif, yang berdasarkan pada pola penyebaran anomalinya dan pembuatan model 2 dimensi dari lintasan yang ada dalam peta Isomagnetik.
Berdasarkan pola penyebaran anomali magnetik, maka daerah G. Slamet dan sekitarnya dibagi menjadi 3 zona anomali. Anomali tinggi (diatas 45.000 nT), menempati daerah ujung timur, utara dan selatan. Anomali sedang (44.000 - 45.000 nT) berada di daerah barat, tengah melingkar G. Slamet, sebagian baratlaut, timur dengan membentuk kelurusan relatif utara - selatan. Sedangkan anomali rendah (42.000 - 44.000 nT) terdapat di daerah sekitar tubuh dan puncak G. Slamet sekarang.
Pola anomali Bourguer di G. Slamet dan sekitarnya, secara umum memiliki kecenderungan arah baratlaut - tenggara. Harga anomali besar terlihat di bagian baratdaya dan mengecil ke arah timurlaut. Pola anomali sisa orde 2 juga memperlihatkan kecenderungan arah baratlaut - tenggara, namun memiliki anomali yang lebih menonjol di bagian timurlaut.
G. Slamet sendiri masuk dalam daerah anomali rendah, namun belum bisa melihat pola anomali di sekitar puncak, karena belum ada data
GEOKIMIA
Jenis Batuan
Berdasarkan analisa kimia sample pasir dan batuan lava !988 G. Slamet, diperoleh unsur-unsur kimia sebagai berikut :
Unsur | Pasir (%) | Lava (%) |
SiO2 | 51,84 | 52,55 |
Al2O3 | 19,12 | 18,69 |
Fe2O3 | 3,32 | 3,82 |
FeO | 6,83 | 6,12 |
CaO | 7,98 | 8,26 |
MgO | 4,66 | 4,26 |
Na2O | 2,73 | 2,83 |
K2O | 0,87 | 0,98 |
TiO2 | 1,12 | 1,18 |
MnO | 0,20 | 0,18 |
SO3 | 0,12 | 0,06 |
P2O5 | 0,07 | 0,02 |
H2O- | 0,25 | 0,49 |
HD | 0,97 | 0,87 |
| | |
Dengan menggunakan metode Whitford (1975), M.J. Le Bas (1985), metoda indek mafik (Thornton & Tuttle, 1960) dan kandungan kimianya, diinterpretasikan bahwa :
1. Jenis lavanya andesit basaltis
2. Temperatur magma berkisar antara 1140 - 1150 °C
3. Kedalaman magma sekitar 153 km di bawah permukaan bumi
Analisa Gas
Cuplikan gas vulkanik dan kondensat diambil di dinding kawah IV, yaitu pada titik tradisi 1 dan 2. Kedua lokasi tersebut berjarak kl. 1000 m dengan temperatur 263°C - 270°C. Lokasi 1 merupakan titik tradisi di G. Slamet dengan lokasi yang dianggap representif dan dapat dijangkau. Pengambilan cuplikan gas dilakukan dengan metoda "Giggenbach". Sedangkan lokasi pengukuran suhu dilakukan di Segoro wedi, Kawah I, II, III dan kawah IV, dilakukan dengan thermocouple digital yang dilengkapi elektroda sepanjang 1 meter.
Pengukuran kecepatan emisi gas SO2 dilakukan di Gunung Guci, sebelah baratlaut puncak G. Slamet dengan jarak 4,7 km dari puncak. Dipilih lokasi tersebut karena sumber asap solfatara berada di sebelah barat puncak.
Hasil analisa gas terhadap unsur utama yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta :
| Mei 1996 | Mei 1996 | |
Unsur | Lokasi 1 (satuan % mol) | Lokasi 1 (satuan % mol) | Lokasi 2 (satuan % mol) |
H2 | 0,06 | 0,16 | 0,07 |
O2 + Ar | 0,007 | 0,01 | 0,01 |
N2 | 0,04 | 0,13 | 0,14 |
CO2 | 1,41 | 1,07 | 1,45 |
SO2 | 1,19 | 1,21 | 1,23 |
H2S | 0,19 | 0,39 | 1,69 |
HCl | 0,47 | 0,42 | 0,28 |
H2O | 96,64 | 96,61 | 95,14 |
Temperatur | 261,5 °C | 263 °C | 270 °C |
Hasil pengukuran suhu di puncak G. Slamet (Mei 1996) :
Lokasi | Temperatur (°C) |
1. 1. | 263 |
2. 2. | 270 |
3. 3. | 90,8 |
4. 4. | 89,6 |
5. 5. | 89,3 |
6. 6. | 88,9 |
7. 7. | 85,4 |
8. 8. | 89,2 |
9. 9. | 61,0 |
10. 10. | 89,2 |
11. 11. | 77,1 |
12. 12. | 86,3 |
Hasil analisis kimia kondensat puncak G. Slamet (Mei 1996)
Unsur | Lokasi 1 (ppm) |
Al | 0 |
Fe | 0,31 |
Ca | 1,05 |
Mg | 0,57 |
Na | 0,06 |
K | 0,15 |
Mn | 0 |
SO4 | 109,89 |
H2S | 137,10 |
NH3 | 14,35 |
Cl - | 3.285,71 |
B | 111,68 |
Hasil pengukuran kecepatan emisi gas SO2
No | Tanggal | Rata-rata (ton/hari) | Minimun (ton/hari) | Maksimum (ton/hari) |
1 | 18 Mei 1996 | 76 | 21 | 97 |
2 | 19 Mei 1996 | kabut | kabut | kabut |
3 | 20 Mei 1996 | kabut | kabut | kabut |
4 | 21 Mei 1996 | 53 | 25 | 93 |
5 | 22 Mei 1996 | 34 | 22 | 52 |
BAHAYA GUNUNGAPI
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
Untuk menghadapi bahaya letusan G. Slamet jika terjadi letusan besar, maka digunakan Peta Daerah Bahaya atau Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Peta Daerah Bahaya G. Slamet dibagi menjadi 2 zona, yaitu Daerah Bahaya (Kawasan Rawan Bencana II) dan Daerah Waspada (Kawasan Rawan Bencana I).
· Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya)
Adalah daerah yang letaknya terdekat dengan sumber bahaya, sehingga kemungkinan akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan panas, aliran lava dan lontaran piroklastik serta lahar hujan. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada saat terjadi letusan, daerah bahaya ini diperkirakan meliputi wilayah dalam radius lk 5 km berpusatkan kawah aktif di puncak G. Slamet. Kawasan ini diperpanjang pada lembah-lembah sungai yang curam yang berhulu di daerah puncak/tepi kawah sampai sejauh lk 10-14 km. Sungai-sungai tersebut yaitu : Kali Gung diperpanjang sampai lk. 14 km, K. Pelus dan K. Ponggawa lk.12 km, k. Sat dan K. Alurjero lk 10 km. Sungai-sungai lainnya diperpanjang lk 607 km.
· Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah Waspada)
Adalah kawasan yang letaknya lebih jauh dari sumber bahaya. Daerah ini mungkin akan terlanda hujan abu, pasir dan lapili. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada saat terjadi letusan, daerah ini meliputi wilayah antara radius 5 dan 8 km dari kawah aktif di puncak G. Slamet. Daerah ini terutama hanya berdasarkan untuk kemungkinan terlanda lontara piroklastik (pyroclastic fall). Untuk kemungkinan bahaya lahar, meliputi lembah dan daerah aliran sepanjang sungai-sungai yang berhulu di daerah puncak.
DAFTAR PUSTAKA
Aswin, D., dkk, Laporan kemajuan II, Pemetaan Geologi Gunungapi Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1984.
Hamidi, S., dkk, Laporan Kegiatan Pemetaan Daerah Bahaya G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi,
Hamidi, S., dkk, Laporan Pengumpulan Data dan Informasi G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1998.
Hidayat, Y., dkk, Penyelidikan Gaya Berat G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1997.
Kusumadinata, K., Data Dasar Gunungapi
Palgunadi, S., dkk, Penyelidikan Geomagnet G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1996.
Rakimin, Penyelidikan Petrologi G. Slamet, Jawa Tengah, rsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1990.
Sumarti, S., dkk, Penyelidikan Geokimia dan Emisi Gas SO2 G.Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1996.
Wahyudin, D., dkk, Evaluasi Kegiatan Vulkanik G.Slamet, Januari-Oktober 1993 ditinjau dari Pengamatan Visual dan Kegempaan, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1993.
Wildan, A., dkk, Relokasi Seismograf PS-2 dan Pemeriksaan Visual Kawah di G.Slamet sehubungan dengan terjadinya Peningkatan Kegempaan, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1999.
Dokumentasi Peta
Nama Lembar Peta Nomor Lembar Peta Skala Peta Penerbit Peta Tahun Penerbitan | : Peta Topografi (AMS) : 4821, I-4821, II-4821, III-4821, IV-4821, 4820I - 4820IV : 1 : 50.000 : : : : |
visitor of your website i will share it with my friends.Thanks.
BalasHapuscheap jewellery for sale
TINYN NETWORK SURF FREE ONLINE NO DEPOSIT
BalasHapusTINYN NETWORK SURF FREE ONLINE NO DEPOSIT SURF FREE ONLINE NO 샌즈 DEPOSIT $250 FREE harbor freight titanium welder + 100$ FREE BONUS - TINYN titanium stud earrings LINK 2021. TINYN NETWORK head titanium ti s6 SURF FREE nano titanium by babyliss pro $250 FREE + 100
anonymous sex chair,love dolls,sex toys,dog dildo,sex chair,male masturbator,dildo,dildos,japanese sex dolls review
BalasHapusf704w9orqul392 sex toys,dog dildo,g-spot dildos,wolf dildo,wolf dildo,japanese sex dolls,wholesale sex toys,prostate massagers,horse dildo g356v2fuvkl919
BalasHapusoc476 pinko sapatilhas,buffalo shoes paris,mephistouae,volcomgreeceshop,pinko kott,pinko чанта,pinko torebka,kipling rugzak,volcom mochila sg872
BalasHapus