16 November 2010

Slamet

SLAMET, Jawa Tengah

Compiler : Agus Solihin (agus@vsi.esdm.go.id)

Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution



Keterangan Umum

Nama

:

G. Slamet

Nama Lain

:

Slamat

Nama Kawah

:

K1, K2, K3 dan K4

Lokasi

a. Geografi

b. Administratif

:

:

7°14,30' Lintang Selatan dan 109°12,30 Bujur Timur

Kab.Pemalang, Kab. Banyumas dan Kab. Brebes, Kab. Tegal dan Kab. Pubalingga, Jawa Tengah

Ketinggian

:

3432 m dml

Kota Terdekat

:

Bumiayu, Purwokerto, Purbalingga

Tipe Gunungapi

:

Strato

Pos Pengamatan

:

Desa Gambuhan, Kab. Pemalang

Cara Pencapaian

Untuk mencapai kawah G. Slamet, pendakiannya dilakukan dari arah timur, yakni dari Bambangan. Pada tahun 1853, Junghuhn mendaki puncak G. Slamet melalui kampung Priatin, sebelah timur Kutabawa. Dalam 1923 Taverne mendaki puncaknya juga dari arah timur. Matahelumual (1961) dan Siswowidjojo (1970) mendaki puncaknya dari kampung Bambangan. Dalam tahun 1973 pendakian dari sini sampai puncaknya memerlukan waktu lk. 7 jam, kembalinya hanya dalam waktu 3 jam. Sampai ketinggian 1400 m dimana - mana masih terdapat kebun rakyat, dan setelah itu sampai ketinggian 1700 m yang ada hanya hutan pinus. Selanjutnya melalui hutan lebat dengan kayu - kayuan yang besar sampai ketinggian 2600 m, disini sebagian jalan setapak harus dirintis karena tertutup semak belukar. Sampai ketinggian lk. 3220 m masih terdapat berbagai tumbuhan kekayuan, diantaranya kayu tanganan dan wanarasa, dan makin ke atas lagi di puncaknya gundul, yang ada hanya batuan lepas (Hamidi, 1973).

Sistem Pemantauan

Kegiatan G. Slamet, baik secara visual maupun kegempaan, dipantau secara terus-menerus dari Pos Pengamatan G. Slamet di Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang. Kegiatan kegempaan G. Slamet, dipantau dengan menggunakan seismograf (model MEQ-800) satu komponen, yang dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS).

Sejarah Letusan


Tabel sejarah letusan G. Slamet, Jawa Tengah

Tahun

Peristiwa

1772

11-12 Agustus, terjadi letusan abu dan lava

1825

Oktober, terjadi letusan abu

1835

September (2 hari), terjadi letusan abu

1847

Peningkatan kegiatan

1849

1 Desember, terjadi letusan abu

1860

19 Maret dan 11 April, terjadi letusan abu

1875

Mei, Juni, November dan Desember, terjadi letusan abu

1885

21- 30 Maret, terjadi letusan abu

1890

Terjadi letusan abu

1904

14 Juli - 9 Agustus, terjadi letusan abu dan lava

1923

Juni, terjadi letusan abu dan lava

1926

November (selama seminggu), terjadi letusan abu dan lava

1927

27 Februari, terjadi letusan abu dan lava

1928

20 - 29 Maret dan 8 - 12 Mei, terjadi letusan abu dan lava

1929

6, 7 dan 15 Juni, terjadi letusan abu dan lava

1930

2 - 13 April, terjadi letusan abu dan lava

1932

1 Juli dan 12 September, terjadi letusan abu dan lava

1934

Peningkatan kegiatan

1939

20 Maret, akhir April, 6 Mei, 15 Juli dan 4 Desember, terjadi letusan abu

1940

15 - 20 Maret dan 15 April, terjadi letusan abu

1943

18 Maret, 1 - 10 Oktober, terjadi peningkatan kegiatan, hujan abu dan suara dentuman

1944

5 Januari, 30 Juni, Juli dan 28 - 30 Oktober, terjadi peningkatan kegiatan

1948

14 November, terjadi peningkatan kegiatan

1949

Terjadi peningkatan kegiatan

1951

11 Februari, 26 Juni, 2 Juli, 24 Agustus, Oktober dan 30 Desember, terjadi peningkatan kegiatan

1952

1 Januari, terjadi peningkatan kegiatan

1953

Juli, Agustus dan Oktober, terjadi letusan abu dan lava

1955

12 - 13 November, 6 dan 16 Desember, terjadi letusan abu dan lava

1957

8 Februari, terjadi letusan abu

1958

17 April, 4 dan 6 Mei, 5 dan 13 September, Oktober, terjadi letusan abu dan lava

1960

Desember, terjadi letusan abu

1961

Januari, terjadi letusan abu

1966

Terjadi letusan abu

1969

Juni, Juli dan Agustus, terjadi letusan abu

1973

Agustus, terjadi semburan lava di kawah

1988

12 - 13 Juli, terjadi letusan abu dan lava

1989

9 - akhir Oktober, terjadi peningkatan kegempaan

1990

20 Februari - 29 Maret, terjadi peningkatan kegempaan

1991

28 Juni - 9 Juli, terjadi peningkatan kegempaan

1992

12 Maret - 4 April, terjadi peningkatan kegempaan



Karakter Letusan

Berdasarkan catatan sejarah letusan, pada umumnya letusan G. Slamet adalah letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari, pada keadaan luar biasa mencapai beberapa minggu.

Bila terjadi letusan besar, seperti letusan G. Agung (1962), G. Galunggung (1982) atau G. Colo (1983), maka bahaya utama letusan G. Slamet atau bahaya primer (bahaya langsung akibat letusan) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari letusan) adalah lahar hujan yang terjadi setelah letusan apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.

Jauhnya sebaran jatuhan piroklastik, tergantung pada ketinggian lontaran dan kencangnya angin yang bertiup pada saat terjadi letusan, terutama penyebaran hujan abu dan pasir.

Perioda Letusan

Letusan G. Slamet berulang-ulang dalam tempo, berlangsung paling lama sampai beberapa minggu (kurang dari satu bulan). Periode istirahat terpendek antara dua letusan lk. 1 tahun dan terpanjang 53 tahun. Untuk periode istirahat lk. 1 tahun mungkin masih satu fase letusan atau kegiatan lanjutan.

Karakter Letusan

Berdasarkan catatan sejarah letusan, pada umumnya letusan G. Slamet adalah letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari, pada keadaan luar biasa mencapai beberapa minggu.

Bila terjadi letusan besar, seperti letusan G. Agung (1962), G. Galunggung (1982) atau G. Colo (1983), maka bahaya utama letusan G. Slamet atau bahaya primer (bahaya langsung akibat letusan) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari letusan) adalah lahar hujan yang terjadi setelah letusan apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.

Jauhnya sebaran jatuhan piroklastik, tergantung pada ketinggian lontaran dan kencangnya angin yang bertiup pada saat terjadi letusan, terutama penyebaran hujan abu dan pasir.

Perioda Letusan

Letusan G. Slamet berulang-ulang dalam tempo, berlangsung paling lama sampai beberapa minggu (kurang dari satu bulan). Periode istirahat terpendek antara dua letusan lk. 1 tahun dan terpanjang 53 tahun. Untuk periode istirahat lk. 1 tahun mungkin masih satu fase letusan atau kegiatan lanjutan.

GEOFISIKA


Seismik

Kegempaan di G. Slamet dipantau dengan menggunakan seismograf (model MEQ-800) satu komponen, yang dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS). Sejak 17 Mei 1993, seismometer (sensor gempa), ditempatkan di sekitar G. Cilik (1600 m) di lereng utara G. Slamet, sedangkan rekordernya (perekam gempa) dipasang di Pos PGA G. Slamet. Sebelumnya seismometer ditempatkan di lereng utara G. Slamet pada ketinggian lk. 3000 m.

Jenis gempa yang terekam di G. Slamet terdiri dari gempa vulkanik A, vulkanik B, Tektonik dan gempa hembusan. Gempa hembusan merupakan gempa yang mendominasi rekaman seismograf di G. Slamet.

Geomagnet

Harga medan magnit regional untuk daerah G. Slamet dan sekitarnya, yang merupakan bagian dari peta magnit dunia adalah sebesar 45.000 nT (nano Telsa). Adanya penyimpangan-penyimpangan (anomali) yang terjadi, sangat berhubungan erat dengan kondisi geologi setempat.

Penyelidikan magnit di G. Slamet menggunakan dua buah magnetometer proton dari jenis SCINTREX tipe MP-3 dengan ketelitian 0,1 nT yang masing-masing dilengkapi dengan sebuah sensor magnit. Pengambilan data dilakukan secara random. Interpretasi penyelidikan dilakukan secara kualitatif, yang berdasarkan pada pola penyebaran anomalinya dan pembuatan model 2 dimensi dari lintasan yang ada dalam peta Isomagnetik.

Berdasarkan pola penyebaran anomali magnetik, maka daerah G. Slamet dan sekitarnya dibagi menjadi 3 zona anomali. Anomali tinggi (diatas 45.000 nT), menempati daerah ujung timur, utara dan selatan. Anomali sedang (44.000 - 45.000 nT) berada di daerah barat, tengah melingkar G. Slamet, sebagian baratlaut, timur dengan membentuk kelurusan relatif utara - selatan. Sedangkan anomali rendah (42.000 - 44.000 nT) terdapat di daerah sekitar tubuh dan puncak G. Slamet sekarang.

Gaya Berat

Pola anomali Bourguer di G. Slamet dan sekitarnya, secara umum memiliki kecenderungan arah baratlaut - tenggara. Harga anomali besar terlihat di bagian baratdaya dan mengecil ke arah timurlaut. Pola anomali sisa orde 2 juga memperlihatkan kecenderungan arah baratlaut - tenggara, namun memiliki anomali yang lebih menonjol di bagian timurlaut.

G. Slamet sendiri masuk dalam daerah anomali rendah, namun belum bisa melihat pola anomali di sekitar puncak, karena belum ada data gaya berat untuk bagian puncak. Pendugaan keberadaan struktur geologi di G. Slamet dan sekiarnya berdasarkan data gaya berat tersebut, secara umum berarah baratlaut - tenggara.

GEOKIMIA


Jenis Batuan

Berdasarkan analisa kimia sample pasir dan batuan lava !988 G. Slamet, diperoleh unsur-unsur kimia sebagai berikut :

Unsur

Pasir (%)

Lava (%)

SiO2

51,84

52,55

Al2O3

19,12

18,69

Fe2O3

3,32

3,82

FeO

6,83

6,12

CaO

7,98

8,26

MgO

4,66

4,26

Na2O

2,73

2,83

K2O

0,87

0,98

TiO2

1,12

1,18

MnO

0,20

0,18

SO3

0,12

0,06

P2O5

0,07

0,02

H2O-

0,25

0,49

HD

0,97

0,87




Dengan menggunakan metode Whitford (1975), M.J. Le Bas (1985), metoda indek mafik (Thornton & Tuttle, 1960) dan kandungan kimianya, diinterpretasikan bahwa :

1. Jenis lavanya andesit basaltis

2. Temperatur magma berkisar antara 1140 - 1150 °C

3. Kedalaman magma sekitar 153 km di bawah permukaan bumi

Analisa Gas

Cuplikan gas vulkanik dan kondensat diambil di dinding kawah IV, yaitu pada titik tradisi 1 dan 2. Kedua lokasi tersebut berjarak kl. 1000 m dengan temperatur 263°C - 270°C. Lokasi 1 merupakan titik tradisi di G. Slamet dengan lokasi yang dianggap representif dan dapat dijangkau. Pengambilan cuplikan gas dilakukan dengan metoda "Giggenbach". Sedangkan lokasi pengukuran suhu dilakukan di Segoro wedi, Kawah I, II, III dan kawah IV, dilakukan dengan thermocouple digital yang dilengkapi elektroda sepanjang 1 meter.

Pengukuran kecepatan emisi gas SO2 dilakukan di Gunung Guci, sebelah baratlaut puncak G. Slamet dengan jarak 4,7 km dari puncak. Dipilih lokasi tersebut karena sumber asap solfatara berada di sebelah barat puncak.

Hasil analisa gas terhadap unsur utama yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta :


Mei 1996

Mei 1996

Unsur

Lokasi 1

(satuan % mol)

Lokasi 1

(satuan % mol)

Lokasi 2

(satuan % mol)

H2

0,06

0,16

0,07

O2 + Ar

0,007

0,01

0,01

N2

0,04

0,13

0,14

CO2

1,41

1,07

1,45

SO2

1,19

1,21

1,23

H2S

0,19

0,39

1,69

HCl

0,47

0,42

0,28

H2O

96,64

96,61

95,14

Temperatur

261,5 °C

263 °C

270 °C

Hasil pengukuran suhu di puncak G. Slamet (Mei 1996) :

Lokasi

Temperatur (°C)

1. 1.

263

2. 2.

270

3. 3.

90,8

4. 4.

89,6

5. 5.

89,3

6. 6.

88,9

7. 7.

85,4

8. 8.

89,2

9. 9.

61,0

10. 10.

89,2

11. 11.

77,1

12. 12.

86,3

Hasil analisis kimia kondensat puncak G. Slamet (Mei 1996)

Unsur

Lokasi 1

(ppm)

Al

0

Fe

0,31

Ca

1,05

Mg

0,57

Na

0,06

K

0,15

Mn

0

SO4

109,89

H2S

137,10

NH3

14,35

Cl -

3.285,71

B

111,68

Hasil pengukuran kecepatan emisi gas SO2

No

Tanggal

Rata-rata (ton/hari)

Minimun (ton/hari)

Maksimum (ton/hari)

1

18 Mei 1996

76

21

97

2

19 Mei 1996

kabut

kabut

kabut

3

20 Mei 1996

kabut

kabut

kabut

4

21 Mei 1996

53

25

93

5

22 Mei 1996

34

22

52

BAHAYA GUNUNGAPI


Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

Untuk menghadapi bahaya letusan G. Slamet jika terjadi letusan besar, maka digunakan Peta Daerah Bahaya atau Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Peta Daerah Bahaya G. Slamet dibagi menjadi 2 zona, yaitu Daerah Bahaya (Kawasan Rawan Bencana II) dan Daerah Waspada (Kawasan Rawan Bencana I).

· Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya)

Adalah daerah yang letaknya terdekat dengan sumber bahaya, sehingga kemungkinan akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan panas, aliran lava dan lontaran piroklastik serta lahar hujan. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada saat terjadi letusan, daerah bahaya ini diperkirakan meliputi wilayah dalam radius lk 5 km berpusatkan kawah aktif di puncak G. Slamet. Kawasan ini diperpanjang pada lembah-lembah sungai yang curam yang berhulu di daerah puncak/tepi kawah sampai sejauh lk 10-14 km. Sungai-sungai tersebut yaitu : Kali Gung diperpanjang sampai lk. 14 km, K. Pelus dan K. Ponggawa lk.12 km, k. Sat dan K. Alurjero lk 10 km. Sungai-sungai lainnya diperpanjang lk 607 km.

· Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah Waspada)

Adalah kawasan yang letaknya lebih jauh dari sumber bahaya. Daerah ini mungkin akan terlanda hujan abu, pasir dan lapili. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada saat terjadi letusan, daerah ini meliputi wilayah antara radius 5 dan 8 km dari kawah aktif di puncak G. Slamet. Daerah ini terutama hanya berdasarkan untuk kemungkinan terlanda lontara piroklastik (pyroclastic fall). Untuk kemungkinan bahaya lahar, meliputi lembah dan daerah aliran sepanjang sungai-sungai yang berhulu di daerah puncak.

DAFTAR PUSTAKA


Aswin, D., dkk, Laporan kemajuan II, Pemetaan Geologi Gunungapi Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1984.

Hamidi, S., dkk, Laporan Kegiatan Pemetaan Daerah Bahaya G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1989.

Hamidi, S., dkk, Laporan Pengumpulan Data dan Informasi G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1998.

Hidayat, Y., dkk, Penyelidikan Gaya Berat G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1997.

Kusumadinata, K., Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1979.

Palgunadi, S., dkk, Penyelidikan Geomagnet G. Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1996.

Rakimin, Penyelidikan Petrologi G. Slamet, Jawa Tengah, rsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1990.

Sumarti, S., dkk, Penyelidikan Geokimia dan Emisi Gas SO2 G.Slamet, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1996.

Wahyudin, D., dkk, Evaluasi Kegiatan Vulkanik G.Slamet, Januari-Oktober 1993 ditinjau dari Pengamatan Visual dan Kegempaan, Arsip Direktorat Vulkanologi Bandung 1993.

Wildan, A., dkk, Relokasi Seismograf PS-2 dan Pemeriksaan Visual Kawah di G.Slamet sehubungan dengan terjadinya Peningkatan Kegempaan, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung, 1999.

Dokumentasi Peta

Nama Lembar Peta

Nomor Lembar Peta

Skala Peta

Penerbit Peta

Tahun Penerbitan

: Peta Topografi (AMS)

: 4821, I-4821, II-4821, III-4821, IV-4821, 4820I - 4820IV

: 1 : 50.000

:

:

:

:

5 komentar: