GUNUNG API INDONESIA
15 Agustus 2017
24 Oktober 2013
"KRAKATAU, 1883"
26 Maret 2013
"POSISI DAN DELINEASI SUMBER ANOMALI MAGNETIK KOMPLEK VULKANIK G. DIENG"
27 Januari 2013
"Comparison of Focal Mechanisms and Source Parameters of Volcano-tectonic Earthquakes between Active and Normal Periods at Lokon Volcano, North Sulawesi, Indonesia"
"Source mechanisms of high frequency earthquake at Soputan Volcano"
25 November 2010
Agung
AGUNG, Pulau Bali
Compiler : Cecep Sulaeman (cecep@vsi.esdm.go.id)
Editor : Syamsul Rizal Wittiri
Keterangan Umum
Nama | : | G. Agung |
Nama Lain | : | Piek Van Bali, Piek of |
Lokasi a. Koordinat b. Geografi | : : | 08°20,5' Lintang Selatan dan 115°30,5' Bujur Timur Kec. Rendang, Kab. Karangasem, Pulau Bali. |
Ketinggian | : | 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963 |
| : | Karangasem |
Tipe Gunungapi | : | Strato |
Pos Pengamatan | : | 1. Rendang (8°25,5' LS, 115°26') 2. Budakeling (8°23,5' LS, 115°26') 3. Batulompeh (8°15' LS, 115°30') |
Pendahuluan
Cara pencapaian
Dapat dilakukan dari tiga jurusan:
(1) dari Pasar Agung (selatan puncak)
(2) dari Budakeling lewat Nangka (tenggara puncak)
(3) dari Besakih (baratdaya puncak)
Pendakian dari Pasar Agung
Dari sisi selatan, Pasar Agung ke tepi kawah pendakian dapat dicapai lk.3 jam. Pasar Agung dapat dicapai dari Selat dengan kendaraan bermotor roda empat.
Pendakian dari Budakeling lewat Nangka
Dilakukan dari Nangka (lk. 700 m dpl) yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda empat dari Karangasem melalui Budakeling. Pendakian melalui Pura Puseh lewat Pura Plawangan ke Pura Telaga Mas, kemudian ke Tirtadasar sampai di batas hutan di Pengubengan. Dari sini hanya dibutuhkan 1 - 2 jam pendakian hingga di tepi kawah sebelah tenggara. Pendakian seluruhnya memakan waktu 4 - 5 jam.
Pendakian dari Besakih
Perjalanan dilanjutkan hingga ke tempat perkemahan yang terletak pada garis ketinggian 2500 m, tempat ini dicapai lk. 4 jam pendakian. Pendakian terakhir lewat suatu punggung yang datar hingga dicapai tepi kawah sebelah barat. Pendakian melalui Besakih memerlukan waktu 5 – 6 jam.
SEJARAH LETUSAN
Letusan G. Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800, seperti diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Catatan Letusan G. Agung
Tahun letusan | Kegiatan |
1808 | Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu apung dengan jumlah luar biasa |
1821 | Terjadi letusan normal, selanjutnya tidak ada keterangan |
1843 | Letusan didahului oleh gempa bumi. Material yang dimuntahkan yaitu abu, pasir, dan batu apung. Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917 di berbagai tempat di dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan fumarola. |
1963 | Letusan dimulai tangga 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada tanggal 27 Januari 1964. Letusan bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka. |
Karakter Letusan
Pola dan sebaran hasil letusan lampau sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963 menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, diantaranya adalah bersifat eksplosif (letusan, dengan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan panas, dan aliran lava (Sutukno B., 1996).
Periode Letusan
Dari 4 kejadian letusan masa lampau, periode istirahat G. Agung dapat diketahui yakni terpendek 16 tahun dan terpanjang 120 tahun, seperti terlihat pada tabel di bawah.
Periode istirahat G. Agung
Tahun Letusan | Periode Istirahat (tahun) |
1805 | |
1821 | 16 |
1843 | 22 |
1963 | 120 |
Letusan 1963
Kronologi Letusan tahun 1963
Lama letusan G. Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan Pebruari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964, dengan kronologinya seperti diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kronologi letusan tahun 1963
Waktu | Kegiatan |
16 Pebruari 1963 | Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa Kampung Yekhori (lk. 928 m dari muka laut) di lereng selatan, kira-kira 6 km dari puncak G. Agung. |
17 Pebruari 1963 | Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai timur laut kaki gunung pada jarak lk. 11 km dari lubang kepundannya |
18 Pebruari 1963 | Kira-kira pukul 23.00 di pantai utara terdengar suara gemuruh dalam tanah |
19 Pebruari 1963 | Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan,makin hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh sembuaran asap berwarna kelabu kehitam-hitaman . Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang lainnya dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih. Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng selatan mulai mengungsi, terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai panas dan berbau belerang itu. Di sekitar Lebih, udara diliputi kabut, sedangabu mulai turun. Air di sungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan. Penghuninya tetap tenang dan melakukan persembahyangan. Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan ke arah gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar lerengnya. Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat sambung-menyambung di atas puncaknya. |
20 Pebruari 1963 | Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi 06.30 terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar. 07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke Tianyar, sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan Selat. |
21 Pebruari 1963 | Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah. Pukul 12.30 tampak leleran lava ke arah Blong di utara |
22 Pebruari 1963 | Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara gemuruh. |
23 Pebruari 1963 | Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta tajam, pasir serta abu. |
24 Pebruari 1963 | Hujan lumpur lebat turun di Besakih mengakibatkan beberapa bangunan Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan panas letusan turun lewat Tukad Daya hingga di Blong. |
25 Pebruari 1963 | Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timurlaut lewat Tukad Barak dan Daya. Lahar hujan di T. Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan Tianyar terputus. Desa Bantas-Siligading dilanda awan panas mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di Desa Ban , korban 8 orang. |
26 Pebruari 1963 | Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan mengalir hingga di Desa Sogra, Sangkan Kuasa. Asap tampak meningkat dan penduduk Desa Sogra, sangkan Kuasa, Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke selatan. Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di sekitar Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di T. Daya dan T. Barak. Pukul 18.15 hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi hawa belerang yang tajam sekali.Penduduknya mengungsi ke Babandem. Kemudian kegiatan G. Agung ini terus menerus berlangsung, boleh dikatakan setiap hari hujan abu turun, sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus meleler ke utara. |
17 Maret 1963 | Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan mencapai klimaksnya pada pk. 05.32. Pada saat itu tampak awan letusannya menurut pengamatan dari Rendang sudah melewati Zenith dan keadaan ini berlangsung hingga pukul 13.00. Awan panas turun dan masuk ke T. Yehsah, T. Langon, T. Barak dan T. Janga di selatan. Di utara gunung sejak pukul 01.00 suara letusan terdengar rata-rata setiap lima detik sekali. Awan panas turun bergumpal-gumpal menuju T. Sakti, T. Daya dan sungai lainnya di sebelah utara. Mulai pukul 07.40 lahar hujan terjadi mengepulkan asap putih, dan ini berlangsung hingga pukul 08.10. Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun hujan kerikil, dan sementara itu awan panas pun turun bergelombang. Pada pukul 11.00 hujan abu makin deras hingga penglihatan sama sekali terhalang. Pada pukul 12.00 lahar yang berasap putih itu mulai meluap dari tepi T. Daya. Baru pukul 12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30 suara letusan pun berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali. Adapun sungai yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini adalah sebanyak lk. 13 buah di lereng selatan dan 7 buah di lereng utara. Jarak terjauh yang dicapainya adalah lk.14 km, ialah di T. daya di utara. Sebelah barat dan timur gunung bebas awan panas. Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni selama lk. 10 jam yakni dari pukul 05.00 hingga pukul 15.00. |
21 Maret 1963 | Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan hingga jatuh korban lk. 140 orang. Setelah letusan dahsyat pada tanggal 17 Maret ini,amka aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh yang tadinya terus menerus terdengar hilang lenyap. Demikian leleran lava ke utara berhenti pada garis ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak lk. 7.290 m dari puncak. |
16 Mei 1963 | Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan, mula-mula lemah dan lambat laun bertambah kuat. Pada sore hari 16 Mei, kegiatan meningkat lagi terus meneru, hingga mencapai puncaknya pada pukul 17.07. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga sekitar pukul 21.00. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga sekitar pukul 21.00. |
Nopember 1963 | Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lk. 500 m di ats puncak. Sejak Nopember warna asap letusan adalah putih. |
10 Januari 1964 | Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas puncak |
26 Januari 1964 | Pk. 06.50 tampak kepulan asap dari puncak G. Agung berwarna kelabu dan kemudian pada pukul 07.02, 07.05 dan 07.07 tampak lagi letusan berasap hitam tebal serupa kol kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang, mula-mula dari sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian maksimal lk. 4.000 m di atas puncak. Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi olaeh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang terdengar pula. |
27 Januari 1964 | Kegiatan G. Agung berhenti |
Produk Letusan 1963
Lahar Hujan
Sesuai dengan letak geografi dari G. Agung yang bertindak sebagai penangkap hujan angin tenggara yang menghembus, lahar besar dimulai di lereng utara, kemudian di lereng timur menenggara untuk kemudian lambat laun bergeser ke jurusan barat dan mencapai klimaksnya di lereng selatan baratdaya. Lahar besar ke selatan mulai meluas pada ketinggian 500 m antara Rendang dan padangkerta. Kemudian di bawah T. jangga, yakni di T. Krekuk dan Jasi, Bugbug dan akhirnya di T. Unda. Mengingat daerah utara terletak dalam bayangan hujan, laharnya bukan bayangan daripada endapan lepas, yang sebenarnya maksimal jatuh di sebelah sini.
Aliran Lava
Lava yang meleler antara 19 Pebruari dan 17 Maret 1963 mengalir dari kawah utama di puncak ke utara, lewat tepi kawah yang paling rendah, berhenti pada garis ketinggian 505,64 m dan mencapai jarak lk. 7.290 m. Isi lava tersebut ditaksir sebanyak lk. 339,235 juta m3.
Bahan Lepas
Terdiri dari bom gunungapi, lapili, pasir dan abu, baik berasal dari awan panas letusan maupun dari ledakan kawah pusat.
Awan Panas G. Agung
Di G. Agung terdapat dua macam awan panas, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi pada waktu ada letusan besar. Pada waktu itu maka bagian bawah dari tiang letusan yang jenuh dengan bahan gunungapi melampaui tepi kawah dan meluncur ke bawah. Bergeraknya melalui bagian yang rendah di tepi kawah, ialah lurah dan selanjutnya mengikuti sungai. Kecepatan dari awan letusan ini menurut pengamatan dari Pos Rendang adalah rata-rata 60 km per jam dan di sebelah selatan mencapai jarak paling jauh 13 km, yakni di T. Luah dan di sebelah utara 14 km di T. Daya.
Menurut Suryo (1964) selanjutnya, awan panas guguran adalah awan panas yang sering meluncur dari bawah puncak (tepi kawah). walaupun tidak ada letusan dapat terjadi awan panas guguran. Dapat pula terjadi apabila terjadi bagian dari aliran lava yang masih panas gugur, seperti terjadi pada waktu lava meleler di lereng utara.
Daerah yang terserang awan panas letusan pada kegiatan 1963 terbatas pada lereng selatan dan utara saja, karena baik di barat maupun di sebelah timur kawah ada sebuah punggung.Kedua punggung ini memanjang dari barat ke timur. Awan panas letusan yang melampaui tepi kawah bagian timur dipecah oleh punggung menjadi dua jurusan ialah timur laut dan tenggara. Demikian awan panas di sebelah barat dipecah oleh punggung barat ke jurusan baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang terjadi selama kegiatan 1963 telah melanda tanah seluas lk.70km2 dan menyebabkan jatuh 863 korban manusia.
GEOLOGI
Morfologi
A. Nasution dan kawan-kawan (1989) membagi morfologi G. Agung menjadi 4 satuan, yaitu :
1. Satuan morfologi kerucut gunungapi
2. Satuan morfologi parasit gunungapi
3. Satuan morfologi perbukitan bergelombang
4. Satuan morfologi dataran
Satuan morfologi kerucut gunungapi
Satuan ini merupakan tubuh dari Gunung Agung. Bentuk morfologi ini hampir simetri dengan ketinggian 3014 m dpl, lerengnya relatif terjal. Pola alirannya berbentuk huruf V, mencerminkan relatif kasar, sedangkan bagian puncak berelief halus.
Satuan morfologi ini dibentuk oleh bahan piroklastik dan lava, bagian puncak ditutupi oleh bahan lepas yang cukup tebal, terutama piroklastik jatuhan hasil letusan tahun 1963.
Satuan morfologi Parasit Gunungapi
Satuan ini terdapat pada lereng tenggara, membentuk kerucut-kerucut gunungapi (cone shape), diantaranya G. Pawon (800 m dpl). Beberapa kerucut pada bagian timur G. Agung, diduga bukan merupakan parasit dari G. Agung.
Bahan pembentuksatuan morfologi ini terdiri dari lava dan bahan lepas berupa skoria atau “cinder”.
Satuan perbukitan bergelombang
Satuan ini berbentuk perbukitan sisa erosi, dan terdapat pada kaki bagian timur dan selatan. Puncak relatif landai dengan ketinggian antara 100 s/d 400 m dpl. Bahan pembentuknya terdiri dari produk tua Gunung Batur yang umumnya terdapat pada bagian lembah, dan kemudian ditutupi oleh hasil erupsi dari G. Agung. Morfologi ini terdapat pada bagian selatan. Pada bagian timur G. Agung, satuan morfologi ini didasari oleh hasil erupsi G. Seraya dan Formasi Ulakan, yang juga pada bagian atasnya ditutupi oleh hasil erupsi G. Agung.
Satuan morfologi dataran
Bila dilihat keadaan topografinya, bukan merupakan daerah dataran, tetapi sedikit melandai dan mempunyai ketinggian maksimum 75 meter dari permukaan laut. Satuan ini terdapat di Kubu, Tanjung Muntik, dan Bayadewa. Bahan pembentuk morfologi ini didominasi oleh lahar dan piroklastik baik dari G. Agung, Batur dan dari G. Seraya.
Stratigrafi
Penentuan stratigrafi didasarkan pada tingkat kesegaran batuan serta hubungan antara satuan batuan. Posisi stratigrafi dari produk yang tertua sampai dengan termuda dapat diuraikan sebagai berikut:
Kelompok batuan vulkanik tua
Formasi Ulakan (Uvs)
Formasi ini tersingkap di bagian selatan dan tenggara Gunung Agung, merupakan suatu perbukitan tua bergelombang, terdiri dari batu gamping koral, lava dan breksi vulkanik. Batuan ini diperkirakan Andesit basaltis.
Kelompok batuan Kondangdia (Kv)
Kelompok batuan ini terdapat pada bagian timur daerah penyelidikan, membentuk lereng dari aktifitas tua yang diduga bersumber tidak jauh dari lokasi singkapan. Singkapannya memperlihatkan suatu aliran lava tua dengan struktur "sheeting joint", agak lapuk. Dari keadaan singkapan dan tingkat pelapukannya diperkirakan kedudukannya kelompok batuan ini lebih muda dari kelompok batuan formasi Ulakan.
Kelompok Batuan Budakeling (Bv)
Kelompok batuan ini terdapat di bagian tenggara Gunung Agung yaitu di daerah Budakeling dan merupakan bukit-bukit soliter yang berbentuk tapal kuda. Kelompok ini terdiri dari lava dan breksi vulkanik dengan fragmen-fragmen batuan beku yang beraneka ragam. Ukuran fragmen dari kerikil sampai bongkah dengan bentuk komponen menyudut, tertanam di dalam masa dasar pasiran. Sebagian dari batuan tersebut telah mengalami proses pelapukan.
Kelompok Batuan Cemara (Cv)
Kelompok ini terdapat pada bagian selatan, berbentuk agak membulat dan menonjol diantara hasil erupsi Gunung Agung, ketinggian mencapai 1063 m dari permukaan laut. Singkapan terlihat berupa lava dan batuan piroklastik. Nama batuan ini diduga basalt.
Kelompok Batuan Tabis (Tv)
Terletak di sebelah barat Gunung Agung, merupakan bukit sisa gunungapi tua yang dibentuk oleh lava dan piroklastik.
Kelompok Batuan Vulkanik Batur (BAv)
Kelompok ini terdapat pada bagian barat G. Agung dan merupakan hasil erupsi G. Batur tua. Ia berbatasan dengan produk dari G. Agung di sepanjang Tukad Daya (di utara) dan Tukad Latang (di selatan).
Hasil Erupsi G. Agung
Lava Agung 1 (A1 1)
Satuan batuan ini adalah hasil erupsi G. Agung yang tertua, berupa aliran lava masif, berwarna abu-abu gelap, “vesikuler”, tersingkap baik di hulu Tukad Besumik dan merupakan dasar dari sungai ini. Nama batuan : Andesit piroksin.
Lava Agung 2 (A1 2)
Penyebarannya terbatas pada dasar-dasar sungai di daerah desa Tumukus pada ketinggian di atas 1000 meter di atas permukaan laut. Nama batuan diduga olivin basalt.
Lava Agung 3 (A1 3)
Satuan batuan ini membentuk punggungan memanjang di atas Desa Blong, Bonyoh dan hulu Tukad Kidang.
Aliran Piroklastik 1 (Aap 1)
Sebarannya terbatas pada lereng utara membentuk suatu punggungan yang memanjang. Singkapan yang dijumpai pada Tukad Bokeng, mempunyai ketebalan lebih dari 10 meter, berwarna abu-abu gelap sampai kecoklatan, mudah gugur, fragmen berukuran pasir - kerakal, makin ke atas fragmen-fragmennya makin mengecil, kemas mengambang, menyudut tanggung, tersusun oleh fragmen magmatis dan litik. satuan batuan ini ditutupi oleh Lava Agung 3 (A1 3).
Lava Agung 4 (A1 4)
Sebarannya terdapat di bagian utara G. Agung, yaitu di sekitar Kampung Prasan, Pucang dan sepanjang aliran Tukad Daya pada ketinggian 40 m dari permukaan laut. Ia membentuk punggungan yang memanjang dan berbatasan dengan produk Gunung Batur Tua. Nama batuan Andesit piroksin.
Lava Agung 5 (A1 5)
Sebarannya terdapat di bagian timur daerah penelitian, tersingkap di sepanjang dasar Tukad Celagi pada ketinggian antara 100 meter hingga 800 meter dpl. Nama batuan basalt.
Lava Agung 6 (A1 6)
Sebarannya terdapat di bagian timur G. Agung, tersingkap di tepi jalan raya sebelah utara Desa Abadi dan di Tukad Lenceng, Desa Kesimpar (lebih kurang 5 km dari Desa Abang). Nama batuan Basalt dengan tingkat kesegaran yang cukup baik.
Lava Agung 7 (A1 7)
Sebarannya terdapat di sebelah barat Tukad Sangkandadi pada ketinggian 700 meter hingga 1500 meter dpl, membentuk suatu punggungan yang memanjang dan sebagian besar sudah tertutup oleh produk yang lebih muda.
Lava Agung 8 (A1 8)
Sebarannya terbatas, yaitu hanya di bagian timur G. Agung, di daerah Tukad Klatad pada ketinggian 900 meter hingga 2000 meter dpl.
Lava Pawon (P1)
Satuan batuan Lava Pawon tersingkap pada dinding sebelah barat Gunung Pawon. Satuan batuan ini diduga muncul sebagai parasit G. Agung.
Aliran Piroklastik 2 (Aap 2)
Sebarannya meliputi bagian tenggara, yaitu di daerah Pidpid (Tukad Kelenceng), Kesimpar (sebelah utara bukitPawon) dan daerah Nangka I (Tukad Pangadingah), Linggasana (sebelah barat bukit Pawon).
Satuan batuan ini dibentuk oleh material magmatis (60%) dan litik (40%).
Skoria Pawon (Psk)
Satuan batuan membentuk suatu kerucut yang terletak di bagian tenggara Gunung Agung pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Penyusun tubuh kerucut terdiri dari skoria (basaltic scoria).
Lava Agung 9 (A1 9)
Sebarannya di bagian selatan G. Agung, yaitu di Tukad Kerukuk dan di bagian timur, yaitu di hulu Tukad Klenceng. Nama batuan Andesit piroksin.
Aliran Piroklastik 3 (Aap 3)
Penyebarannya di Kesimpar, Puto, dan Telung Buana. Singkapan terbaik dijumpai di tebing Tukad Dusuh daerah Sebudi bawah.
Lava Agung 10 (A1 10)
Sebarannya terbatas pada dasar sungai, di Tukad Iseh, hulu Tukad Langon dan Tukad Sabu, pada ketinggian di atas 1000 meter di permukaan laut. Nama batuan andesit basaltis.
Aliran Piroklastik 4 (Aap 4)
Penyebarannya di timur laut G. Agung, yaitu di daerah Batudawa, Batudulu. Satuan batuan ini dibentuk oleh material magmatis (60 %) dan litik (40 %).
Lava Agung 11 (A1 11)
Sebarannya di timur laut G. Agung membentuk kipas dan berakhir di laut (Selat Lombok), meliputi daerah Munting dan Tulamben. Nama batuan Andesit piroksin.
Lava Agung 12 (A1 12)
Sebarannya di timur laut G. Agung , yaitu di daerah Tulamben. Di utara penyebarannya terbatas pada Tukad Moong, sedang di bagian selatan dibatasi oleh Tukad Lamben. Posisi stratigrafi terletak di atas satuan Lava Agung 9.
Aliran Piroklastik 5 (Aap 5)
Penyebarannya di bagian utara G. Agung, yaitu di daerah Selagading, Bantas, Juntal dan Bangkelan.
Lahar 1 (Alh 1)
Penyebarannya di bagian selatan G. Agung, terutama di daerah Selat dan Bebandem. Endapan diduga merupakan lahar yang cukup tua.
Lava Agung 13 (A1 13)
Sebarannya memanjang dari puncak ke arah utara dan berhenti pada ketinggian 550 meter di atas permukaan laut, yaitu pada bagian hulu Tukad Linggah dan Tukad Gamongan. Nama batuan basalt.
Jatuhan Piroklstik 1 (Ajp 1)
Sebarannya di bagian barat daya Gunung Agung, yaitu di Tukad Iseh. Singkapan berupa abu, sedikit pumice, skoria dan fragmen litik.
Lahar 2 (Alh 2)
Sebarannya di bagian timur laut Gunung Agung membentuk punggungan dan berakhir di laut. Singkapan berupa pasir sampai kerakal dengan beberapa blok-blok lava, kemas terbuka, fragmen menyudut hingga menyudut tanggung.
Lava Agung 14 (A1 14)
Sebarannya di bagian utara puncak Gunung Agung, hasil aktifitas G. Agung tahun 1963. Nama batuan basalt.
Aliran Piroklastik 6 (Aap 6)
Penyebarannya di bagian selatan G. Agung, sedikit di bagian timur dan menipis di bagian utara. satuan batuan ini hasil aktifitas G. Agung tahun 1963.
Jatuhan Piroklstik 2 (Ajp 2)
Sebarannya tebal di bagian barat dan selatan puncak Gunung Agung, sebagai hasil aktifitas G. Agung tahun 1963. Singkapan terdiri dari fragmen skoria, dan litik berukuran abu sampai kerikil.
Lahar 3 (Alh 3)
Sebarannya hampir seluruh sungai-sungai yang berhulu pada Gunung Agung, pada ketinggian 700 - 800 meter di atas permukaan laut. Batuan penyusun lahar berupa pasir, abu, fragmen skoria, litik dan lumpur.
Aluvial (A1)
Sebaran di pesisir utara G. Agung. Endapan berupa pasir, kerikil, kerakal dan endapan halus lainnya.
Pola Struktur
Komplek G. Agung - Abang - Batur - Budakeling menunjukkan suatu kelurusan berarah barat laut - tenggara. Sungai Tukad Daya - Tukad lateng menunjukkan suatu kelurusan yang memotong sebagian bukit Tabis yang terdapat di bagian tengahnya.
Pada bagian selatan - tenggara Gunung Agung memperlihatkan alihan pematang punggungan yang diduga akan terbentuk rekahan geser menganan.
GEOFISIKA
Seismik
Berdasarkan hasil pengamatan seismik diketahui bahwa jumlah gempa vulkanik yang terekam oleh seismograf bervariasi antara 2 hingga 20 kejadian per bulan. Disamping gempa vulkanik terekam pula gempa tektonik dengan jumlah antara 10 hingga 200 kejadian per bulan, kecuali pada Juni 1994 terekam 400 kejadian.
Dari hasil pengamatan seismik dengan multistasiun pada periode tahun 2000 -2002, memperlihatkan sebaran episenter berada di luar kawah (puncak) G. Agung dengan kedalaman 10 - 70 km di atas muka laut (Sulaeman, 2002). Beberapa episenter membentuk kelurusan berarah timur laut – barat daya. Gempa-gempa tersebut diduga sebagai gempa tektonik akibat aktifitas struktur di daerah tersebut.
Potensial Diri
Penyelidikan potensial diri dilakukan pada tahun 1993, oleh sebuah tim Direktorat Vulkanologi yang dipimpin oleh Sjafra Dwipa. Lintasan pengukuran berjumlah 4 buah, dengan profil harga self potensial (SP) sebagai berikut:
· lintasan Pasar Agung - sekitar puncak bagian selatan (A-B), menunjukkan terdapat anomali yang lebar dengan harga S-P relatif rendah di lereng dan anomali positif dengan harga SP tertinggi di puncak.
· lintasan sekitar puncak bagian barat - Temukus (C-D), menunjukkan bentuk anomali menurun tajam ke arah puncak.
· lintasan sekitar puncak bagian timur - Tanah Aron (E-F), menunjukkan terdapat korelasi antara nilai SP dengan elivasi.
· lintasan Kedampal - sekitar puncak bagian selatan, menunjukkan terdapat hubungan terbalik antara nilai SP dengan elivasi.
GEOKIMIA
Jenis Batuan
Batuan basalt dan andesit baslatis merupakan pembentuk utama lava G. Agung (Mawardi, 1990 dan Eka Kadarsetia 1993). Ringkasan informasi mineralogi dan petrografi diperlihatkan pada Tabel 9.
Hasil analisis contoh aliran lava tahun 1963 menunjukkan lava tersebut sebagai andesit agak basaltik dengan kandungan An 38 – An55, hypersten dan augit. (W.S. Modjo 1963 dalam Kusunadinata 1979). Sebuah bom 1963 adalah andesit yang mengandung kwarsa dengan augit sebagai piroksen sedang bom kerak roti lama terdiri dari andesit piroksin vitrifir. Hasil analisis kimia batuan diperlihatkan pada Tabel 10.
Tabel 9. Ringkasan petrografi dan mineralogy dari beberapa contoh sayatan G. Agung
contoh | batuan | fenokris | masa dasar | catatan |
Ag.2 Ag.5 Ag.11 Ag.15 Ag.20 Ag.32A Ag.32B Ag.33 | Basalt andesit-basalt basalt basalt andesit basalt basalt basalt | Plg (An48-An55), beberapa inklusi:cpx, olivin,mineral opaque Plg (An44-An50), opx, cpx, mineral opaque Plg (An50), cpx, olivin Plg, teralterasi, olivin Plg (An40-An45), teralterasi, cpx, opx Plg (An42-An45), cpx, opx Plg, teralterasi, cpx (subhedral) plg (An45-An50), cpx, olivin | Mikrokristalin:mikrolit plg Mikro-hipokristalin:mikrolit plg Mikrokristalin:mikrolit plg Mikrokristalin:mikrolit plg Mikrokristalin:mikrolit plg, min. opaque Mikrokristalin:mikrolit plg, min. opaque Mikrokristalin:(gelap) mikrolit plg Mikrokristalin:mikrolit plg, min. opaque | aliran lava lava G. Pawon lava G. Cemara lava shetting aliran lava lava puncak lava puncak |
Tabel 10. Hasil analisis kimia batuan G. Agung
| Pasir (Tampak Siring) (%) | Lapili (Besakih) 253-63 (%) | Abu (Batuniti) 27-3-63 (%) | Bom lava (Batuniti) (%) | Abu (rending) 13-3-63 (%) | Lapili Batuapung (Rendang) 17-3-63 (%) | |
| 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 |
SiO2 Fe2O3 Al2O3 CaO MgO MnO TiO2 P2O5 S(total) Na2O K2O H2O Hilang dibakar FeO | 53,68 9,42 21,53 8,10 4,47 0,25 0,94 0,11 0,35 0,31 0,01 0,23 0,60 | 50,78 10,72 20,11 8,39 4,11 1,98 0,94 0,07 0,72 0,46 0,05 0,13 0,90 | 50,99 8,77 20,11 7,88 3,44 0,12 1,02 0,11 3,51 0,28 0,01 2,45 0,96 | 50,54 10,98 19,86 8,62 5,58 1,98 1,05 0,04 0,61 0,22 0,01 0,27 0,90 | 55,00 5,28 19,85 7,27 2,90 0,13 0,93 0,05 1,27 1,50 0,25 1,00 4,22 2,45 | 53,25 4,99 18,81 8,01 4,64 0,18 0,95 0,03 0,21 2,04 1,49 0,14 0,85 4,65 | 53,70 4,58 16,69 8,27 4,90 0,20 0,95 0,08 0,17 2,33 1,55 0,41 1,02 5,82 |
| Lapili (Rendang) 17-3-73 (%) | Endapan awan panas (Yeshas) 14-4-63 (%) | Ladu (Yeshas) 15-4-63 (%) | Melanik Porfir lapili (rendang) 17-3-73 (%) | |
| 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
SiO2 Fe2O3 Al2O3 CaO MgO MnO TiO2 P2O5 S(total) Na2O K2O H2O Hilang dibakar FeO | 54,43 3,79 19,04 8,21 4,35 0,18 1,06 0,03 0,23 1,76 1,07 0,38 1,29 4,63 | 54,10 5,16 18,39 8,10 4,17 0,20 1,06 0,09 0,15 1,83 0,82 0,43 1,13 5,08 | 48,30 6,05 18,39 7,58 3,26 0,12 1,00 0,09 3,60 1,07 0,35 2,98 12,40 1,48 | 48,65 5,90 17,56 7,66 3,26 0,13 1,06 0,07 3,25 1,60 0,35 3,55 12,00 1,81 | 54,70 5,36 17,81 7,96 5,43 0,20 1,00 0,03 0,17 1,69 0,41 0,64 1,20 4,44 |
| lapili leukokritik (Rendang) 17-3-63 (%) | Batu apung leukokritik (Rendang) 17-3-63 (%) | Lapili (Batulompeh) 16-5-63 (%) | Lapili (Rendang) 29-5-63 (%) |
| 13 | 14 | 15 | 16 |
SiO2 Fe2O3 Al2O3 CaO MgO MnO TiO2 P2O5 S(total) Na2O K2O H2O Hilang dibakar FeO | 58,85 4,47 18,88 6,97 2,68 0,18 0,68 0,10 0,16 1,50 0,78 0,86 1,46 3,28 | 56,40 4,72 18,40 7,66 3,98 0,19 0,87 0,04 0,17 1,50 0,78 0,67 1,20 4,11 | 52,70 8,86 19,44 8,04 4,17 0,14 0,95 0,08 1,29 1,77 1,40 1,20 2,62 - | 53,45 9,94 19,65 8,91 5,29 0,22 0,95 0,01 0,03 0,90 0,42 0,21 0,30 - |
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pengamatan
G. Agung memiliki 3 buah Pos Pengamatan Gunungapi (Pos PGA) yakni di Rendang, Budakeling dan Batulompeh. Pemantauan di Pos PGA Rendang dan Budakeling dilengkapi dengan metoda seismik disamping secara visual. Sedangkan di Batulompeh pengamatan hanya secara visual.
Dalam pengamatan seismik tersebut telah dioperasikan 8 stasiun gempa, masing-masing di G. Agung 4 buah dan di G. Batur 4 buah. Peta lokasi stasiun gempa diperlihatkan pada Gambar 1. Nama dan lokasi stasiun seismometer di G. Agung diperlihatkan pada Tabel 8. Sinyal seismik dalam bentuk analog dari masing-masing stasiun dipancarkan ke Pos Pengamatan Terpadu di Rendang dengan radio telemetri sistem. Kemudian sinyal analog tersebut diubah menjadi bentuk digital dan ditampilkan pada layar komputer (PC) memakai software ACQ. Pengolahan data seismik tersebut memakai software Sismalp.
Laporan kegiatan G. Agung disampaikan ke DVMBG melalui radio SSB dan surat. Dalam kondisi normal pelaporan kegiatan G. Agung ke DVMBG dilakukan melalui radio SSB dua kali sehari dan satu bulan sekali melalui surat.
Kawasan Rawan Bencana G. Agung
Kawasan Rawan Bencana G. Agung terdiri dari 2 bagian, yaitu Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)dan Kawasan Rawan Bencana II (KRB II).
KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat), dan aliran lava. Khusus di dalam kawah ancaman juga berupa gas beracun . Untuk bahaya yang bersifat aliran, KRB II ini mencakup seluruh lereng utara sampai ke pantai Laut Bali, lereng selatan dan tenggara hingga berjarak lk. 14 km dari puncak. Sedangkan bahaya lontaran batu (pijar) terbatas pada radius 6 km dari kawah pada sekeliling lerengnya. Luas seluruh KRB II ini adalah lk. 215 km2. Jumlah penduduk yang bermukim dalam kawasan ini sebanyak 35.886 jiwa.
KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan, banjir dan hujan abu lebat serta kemungkinan perluasan aliran awan panas dan lontaran batu (pijar) terutama jika letusannya semakin membesar. Derajat kerawanan KRB I ini lebih rendah dari KRB II. KRB I terhadap aliran massa terutama di sepanjang aliran sungai, yaitu Tk. Daya di kaki sebelah utara dan Tk. Batang di kaki sebelah timur. Di kaki tenggara aliran lahar mengancam kota Amlapura dan dataran Karangasem melalui Tk. Rilah, Tk. Lajang, Tk. Luah, Tk. Pangandingah, Tk. Krekuk, Tk. Bangka, Tk. Timbul, Tk. Bedih, Tk. Buhu, dan Tk. Jangga.
Sedangkan aliran lahar ke selatan melalui Tk. Telaga Waja, dan Tk. Unda mengancam kota Semarapura, Kabupaten Kelungkung. Kawasan rawan bencana hujan abu lebat dan kemungkinan lontaran batu (pijar) mempunyai radius 10 km dari kawah, tanpa memperhitungkan arah angin. Kawasan ini meliputi areal seluas 185 km2. Jumlah penduduk yang bermukim dalam kawasan ini sebanyak 77.815 jiwa.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Agung hanya berlaku apabila:
1. Letusan terjadi di kawah pusat
2. Arah letusan tegak lurus tanpa memperhatikan arah angin
3. Tidak terjadi letusan pembentukan kaldera yang berakibat (kawah berdiameter 2 km).
DAFTAR PUSTAKA
· Deden Wahyudin, 2002, Laporan Pemetaan Bahan Galian Gunungapi Agung, Direktorat Vulkanologi
· Eka Kadarsetia, 1993, Penyelidikan Petrokimia , Direktorat Vulkanologi
· Kusumadinata, 1979, Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi
· Mawardi dan wahyu Suherman, Penyelidikan Petrokimia G. Agung, 1990, Direktorat Vulkanologi
· Nasution, M. Hendrasto dan Dadi Mulyadi, 1989, laporan Pemetaan Geologi G. Agung, Direktorat Vulkanologi
· Rizal D. Erfan, Yana karyana, Tardin, Maemunah, Laporan Pengumpulan Bahan Informasi Kegunungapian G. Agung, Juni 1999, Direktrat Vulkanologi
· Sjafra Dwipa, Yusep Hidayat H., Saleh S., Samid, 1993, Pengukuran Potensial Diri G. Agung, Direktorat Vulkanologi
· S. Bronto, M. S. Santoso, A. Martono, Ato Djuhara, 1996, Laporan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Agung, Direktorat Vulkanologi
· Sulaeman c., 2001, Laporan Pengamatan G. Agung, Direktorat Vulkanologi
Dokumentasi Peta
1. Indek Peta Rupa Bumi (Bakosurtanal) No.
1707-842
1707-624
1707-622
1707-344
1807-431
1807-413
1807-411
1807-133
1807-414
1807-412